Monday, 9 July 2012

SBY : Sekarang (Kita) Gagah Sama IMF

foto
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyambut Direktur IMF Christine Lagarde sebelum pertemuan merka di Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/7). AP/Dita Alangkara

SBY : Sekarang (Kita) Gagah Sama IMF  


TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pemberian bantuan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) ternyata menaikkan harga diri pemerintah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan kebanggaannya terhadap rencana itu di kantor presiden, Selasa, 10 Juli 2012.

"Sekarang (kita) gagah sama IMF," ujar SBY di depan para wartawan sebelum menyambut kedatangan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde.

Apalagi, SBY menambahkan, Indonesia sudah berhasil melunasi utang kepada lembaga yang dulu mengarahkan perekonomian Tanah Air semasa krisis 1998. Perekonomian Indonesia setelah krisis Asia hingga krisis Eropa dua tahun terakhir dinilai stabil. Angka pertumbuhan tahun ini diprediksi mencapai 6,3 persen.

Bahkan, kata SBY, Indonesia pun tidak perlu tergantung pada lembaga pendonor. Sejak 2005, CGI (Consultative Group on Indonesia), kumpulan negara pendonor untuk Indonesia pengganti IGGI, pun sudah dibubarkan. "Kita mandiri. Kita tidak harus meminta-minta," ucapnya.

Pemberian bantuan kepada IMF ini sudah mendapat persetujuan bank sentral. "Ini harus dilihat juga dari kepentingan kita agar ketidakpastian ekonomi global segera teratasi," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Pengelolaan Moneter, Hartadi A. Sarwono, Ahad lalu.

Akan tetapi, pemerintah belum mengetahui mekanisme pemberian bantuan itu. "Saya tidak tahu mekanisme seperti itu," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Istana Merdeka, Senin kemarin.

DIANING SARI

R.A.A Wiranatakusumah “Raja Sunda” Terakhir

R.A.A Wiranatakusumah “Raja Sunda” Terakhir

”Enam tahun lamanya saya hidup sebagai seorang Barat dalam pergaulan orang Barat. Setelah itu saya tiba-tiba mesti menjadi bumiputra yang sejatinja pula, harus berlaku menurut adat tertip sopan Bumiputera. Susah benar saya mengusahakan diri saya supaya sesuai dengan keadaan tempat saya. Walaupun demikian tiada sempat juga saya mengetahui sekalian adat kebiasaan bumiputera…”(R.A.A Wiranatakusumah)

Tokoh kita ini adalah Raden Adipati Aria Muharam Wiranatakusumah. Muharam adalah nama kecilnya. Wiranatakusumah V adalah gelarnya sebagai Bupati Bandung. Ia lahir di Bandung, 8 Agustus 1888. Versi lain menyebutkan 23 November 1888. Wiranatakusumah adalah putra dari pasangan R. Adipati Kusumahdilaga dan R. A. Soekarsih.
Ayahnya adalah Bupati Bandung (1874-1893). Ketika Muharam berusia lima tahun, ayahnya wafat. Ia lalu diasuh dan dididik oleh ibunya hingga usia sembilan tahun. Setelah ayahnya mangkat, ditunjuklah tiga orang sebagai walinya, yaitu R. Martanagara (Bupati Bandung), R. Ardinagara (Jaksa Bandung), dan Suriadiningrat (Camat Cilokotot/Cimahi). Kepada ketiganya juga  dipasrahkan kewajiban untuk mengurus semua warisan Kusumahdilaga.
Pada usia sembilan tahun, Muharam dititipkan pada keluarga Adams untuk mendapatkan pendidikan ala Barat. Sekolah formal yang sempat diikutinya adalah ELS (1901), sempat melanjutkan ke OSVIA hingga kelas III, kemudian atas anjuran dr. Snouck Hurgronje, pada 1904 ia pindah ke HBS atau Gymnasium Willem III di Batavia dan mendapatkan diploma pada 1910.
Di Batavia, Muharam tinggal di rumah inspektur sekolah Hellwig. Selain belajar di sekolah, setiap hari Minggu, dari jam 9.00-16.00, ia mendapatkan pelajaran tambahan di rumah Hurgronje. Ia belajar bahasa Prancis, Jerman, dan Inggris. Ketika R. Ardinagara wafat, Hurgronje menggantikannya sebagai wali bagi Muharam. Selain Hurgronje, tokoh lain yang ikut membentuk kepribadian Muharanm adalah Prof. G. J. A. Hazeu.
Mengenai kehidupannya di dua dunia Timur dan Barat ini, Muharam menuturkan kebimbangannya sebagai seorang bumiputra, yang dipaksa keadaan harus mengenal budaya asing, yaitu Eropa. Ia menjelaskan pertentangan batinnya yang hebat melihat perbedaan dua dunia itu. Ia merasa seperti dipindahkan dari dunia bumiputra ke dunia Eropa.
”Saya rasakan bagaimana sejak kecil hati saya tertarik ke dalam dunia bumiputra, dan saya rasakan pula betapa beberapa hal yang mendesak saya ke dunia Eropa,” katanya waktu itu.
Dua dunia itu diakuinya membuatnya gamang dan mengalami pertentangan batin. Sekalipun demikian, ia mengakui bahwa pada akhirnya ia berhasil mendamaikan kedua dunia itu. Pengalaman batin ini boleh disebut sebagai pertemuan budaya Timur dan Barat.
Setelah lulus HBS, Muharam diangkat sebagai juru tulis di Kecamatan Tanjungsari dengan gaji 30 gulden. Lalu dengan keputusan Residen Priangan tertanggal 11 Januari 1911, Nomor 829/8, ia diangkat menjadi mantra polisi di Cibadak Sukabumi. Tak berselang lama ia diangkat sebagai camat di Cibeureum Sukapura (Tasikmalaya). Melihat prestasi kerjanya yang mengesankan, tahun 1912, pada usianya yang ke-24, ia diangkat sebagai Bupati Cianjur. Setelah meraih berbagai prestasi, pada 1920 ia pindah menjadi Bupati Bandung. Setahun berselang, ia terpilih sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat) mewakili Sedio Moelio, perhimpunan para bupati.
Muharam Wiranatakusumah adalah sosok yang masagi. Sebagai ambtenaar ia disegani atasan dan dicintai bawahan dan rakyatnya. Sebagai seorang Muslim, ia mendalami keilmuan Islam hingga layak disebut sebagai ulama. Karya-karya tulisnya dalam kajian Islam bisa menjelaskan predikat itu. Karyanya antara lain: ”Islam dan Demokrasi”, ”Arti Penting Hari-hari Besar Islam”, ”Tafsir Surat Al-Baqarah”, ”Riwayat Kangjeng Nabi”, ”Mi`raj Kangjeng Nabi”, dan ”Khalwat”.
Nama Wiranatakusumah juga melekat dengan sejarah film Indonesia yang pertama, ”Loetoeng Kasaroeng”, 1926. Selain membantu biaya produksi film bisu tersebut, anaknya pun ada yang ikut bermain.  Lima tahun sebelumnya, 1921, ia memprakarsai drama modern Sunda dalam lakon yang sama. ”Tunil Loetoeng Kasaroeng” itu digelar dalam rangka memeriahkan kongres Java Instituut di Bandung. Drama kolosal tersebut ditampilkan dalam panggung raksasa, dibangun di depan pendopo kabupaten. Ditonton ribuan orang, tunil itu dilukiskan sangat memukau. Bahkan sinyo-noni Belanda waktu itu, belum pernah ada yang tampil di panggung terbuka. Pentas terbuka seperti itu baru menjadi tren di Eropa dan Wiranatakusumah berhasil menghadirkannya di Bandung. Karya ini merupakan kolaborasi antara Bupati Bandung, Kartabrata, D.K. Ardiwinata, dan Yudadibrata.

Wiranatakusumah dan Negara Pasundan

Pada masa revolusi (1947 – 1949), Jawa Barat merupakan salah satu daerah terpenting di Indonesia dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Pada masa ini, di Jabar berdiri dua kali Negara Pasundan. Pertama, Negara Pasundan yang didirikan oleh Soeria Kartalegawa pada 1947. Kedua, Negara Pasundan yang dihasilkan melalui Konferensi Jabar dengan wali negaranya R.A.A. Wiranatakusumah pada 1948. Negara Pasundan yang pertama kurang didukung oleh tokoh-tokoh Jabar sehingga tidak berjalan, sedangkan yang kedua melibatkan tokoh-tokoh Jabar melalui konferensi.
Ada dua sikap politik dari para tokoh Jabar dalam keterlibatan Negara Pasundan yang kedua, yaitu federalis dan republiken. Federalis adalah sikap yang mendukung terhadap terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) sedangkan republiken menolak terbentuknya RIS dan mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keterlibatan para tokoh republiken pada Negara Pasundan, lebih banyak merupakan strategi politik agar Jabar tidak lepas dari RI. Salah satu tokoh penting dalam perjuangan tersebut adalah Wiranatakusumah yang diangkat menjadi pimpinan Negara Pasundan.

“Raja Sunda” terakhir

Jika dilihat dari sisi sebagai orang Sunda, Wiranatakusumah adalah tokoh dengan jabatan tertinggi yang bisa diraih pribumi, baik secara struktural (bupati) maupun kultural (PPBB). Apalagi, selain itu, ia juga pernah menjabat Ketua Sedio Moelio, asosiasi bupati se-Hindia Belanda. Ditambah kedudukannya sebagai pendiri dan penasihat dalam berbagai kelompok kebudayaan, bukan mengada-ada jika Wiranatakusumah disebut sebagai “Siliwangi” modern. Dia bahkan mempunyai pengaruh yang lebih luas, menjangkau seluruh wilayah nusantara, tanpa kehilangan segala atribut kesundaannya. Rasanya tak berlebihan jika ia dijuluki “Raja Sunda” terakhir.
Setelah Wiranatakusumah, tak ada lagi tokoh Sunda yang memiliki pengaruh sekuat dirinya. Memang banyak orang Sunda yang tampil di pentas Jawa Barat atau nasional, tetapi kurang berakar di tengah masyarakatnya sendiri. Kebanyakan mereka “terpelanting” ke pusat-pusat kekuasaan karena faktor kedekatan dengan penguasa.
Apakah Wiranatakusumah layak menjadi pahlawan nasional? Ah, biarlah hal itu jadi diskursus bagi para sejarawan dan Badan Pembinaan Pahlawan Daerah saja. Bagi nonoman Sunda yang melek, Wiranatakusumah sudah menjadi pahlawan. Pengakuan negara hanyalah legitimasi administratif yang tidak perlu diminta-minta. Biarkanlah waktu yang akan mengujinya. Sebab, sebagaimana dikatakan Wiranatakusumah ketika menolak anugerah bintang pada 1948, “Belum pantas saya menerima bintang. Negara itu bukanlah saya, akan tetapi negara itu rakyat. Maka dalam tahun-tahun yang terakhir dari umur saya ini, saya akan bekerja lebih keras, menjelmakan cita-cita, tekad mengangkat rakyat ini dari kemiskinan dan kesengsaraan.”
Tulisan lengkap tentang R.A.A Wiranatakusumah tersaji dalam Koran Pikiran Rakyat Edisi Senin 01 Maret 2010 dalam kolom “Selisik” diantaranya :
sumber : http://serbasejarah.wordpress.com/2010/03/01/r-a-a-wiranatakusumah-%E2%80%9Craja-sunda%E2%80%9D-terakhir/

Thursday, 21 June 2012

Rupiah Berceceran



Hari itu saya katakan kepada teman saya. Ternyata negeri kita “negeri orang gila”. Betapa tidak saya sebut gila. Uang rupiah berceceran di luar sistem. Berpeti-peti, berkontiner-kontiner dengan nilai ribuan triliun. Dollar Amerika Serikat (USD) juga bertebaran berpeti-peti. Uang Brazil (UB) juga berton-ton beratnya. Bahkan belakangan, ada sekelompok teman yang sedang menyimpang Dollar Singapura terbaru dan mata uang Cina, Yuan. Sebuah nilai tak terhingga. Mereka tukarkan mata uang itu sedikit demi sedikit melalui money changger. Dan memang asli. Jadi wajar saya sebut “negeri orang gila”.
Ketika ada sekelompok orang yang tidur di atas tumpukan uang, sisi lain sebagian masyarakat kita hidup dalam keprihatinan. Cadangan devisa kita tak sampai USD 70 milyar, padahal angka ekspor kita setahunnya mencapai nilai cadangan itu. Bandingkan dengan Singapura dengan tanah secuil itu, cadangan devisa bisa mencapai USD 170 milyar. Malaysia mencapai lebih dari USD 130 milyar.
Hasil perjalanan saya selama ini, beberapa pebisnis di tanah air mengetahui persis adanya dana-dana tercecer di luar sistem itu. Sebuah perbuatan yang sia-sia, karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk menjaganya dan memeliharanya bertahun-tahun. Mengapa Bank Indonesia dan Pemerintah tidak membentuk Tim Khusus untuk melakukan pendekatan terhadap pemilik uang tercecer itu. Jika Pemerintah dan BI tidak memiliki kolateral sebagai syarat untuk memasukkan uang itu, barangkali saya bisa menuntun melalui jaringan fund manager di luar negeri yang bisa membantu masalah ini. Karena kolateral yang berasal dari aset bangsa Indonesia di luar negeri juga bervariasi nilainya. Mulai dari USD 100 juta hingga mencapai USD/Euro 100 milyar. Aneh memang, tapi itu nyata. Bundelan dokumen agen-agen keuangan Eropa selalu mempublikasikan kolateral-kolateral tersebut. Bahkan di Indonesia sendiri, menurut saya ada kolateral yang layak dipercaya kebenarannya. Hanya saja perlu penelitian dan penyelelidikan yang mendalam dan profesional.
Persoalan yang terjadi adalah, karena masing-masing pihak ingin memiliki sendiri aset itu sebagai milik dan haknya. Jika ada sedikit saja, keiinginan para pihak untuk mengurangi nafsu “gila” uang itu, maka jalan keluar akan terbuka. Sebab, syarat masuk uang baru ke dalam sistem bank adalah mengharuskan adanya koletaral, sehingga rupiah tidak terganggu. Menurut saya, Pemerintah dan BI harus membentuk Tim Khusus secara terbuka, jangan dilakukan secara diam-diam seperti sekarang ini. Kerja diam-diam ada prasangka buruk bagi kita sebagai rakyat. Soalnya menyangkut uang begitu banyak.
Bagi saya, tercecarnya rupiah, USD, Euro dan mata uang lainnhya di luar sistem di negeri kita, merupakan kegagalan semua pihak. Atau itu sebagai akibat “kegilaan” orang yang punya hak untuk itu. Dan saling mencurigai satu sama lain. Salah seorang pemilik uang berkata: “Saya tidak mau masuk sistem, karena terlalu banyak potongannya.” Benarkah BI memberikan potongan amat mahal jika mereka memasukkan uang? Saya pikir BI harus transparan dan mengumumkannya dengan gerakan semacam “aktualisasi rupiah” sehingga menjadi tambahan cadangan devisa negera kita. Jika itu merupakan uang palsu, saya pikir semua pihak harus memusnahkannya, karena keberadaannya akan mengganggu sistem keuangan kita.
Melalui tulisan ini saya tidak menyinggung soal darimana uang-uang tersebut berasal. Tetapi yang jelas ada sejarahnya. Bahkan konon, ceritanya IDR dicetak pada era Soeharto ketika masih menjadi Presiden. Kala itu George Soros memberikan janji kepada Soeharto agar mencetak rupiah dalam jumlah banyak, sebagai kolateralnya Soros berjanji menyiapkannya. Padahal kolateral yang dimaksudkan Soros itu adalah kolateral yang sudah ia koleksi berpeti-peti dari Indonesia sendiri. Bahkan hampir setengah dari aset Soros habis terpakai untuk membiayai pemburuan aset-aset bangsa Indonesia itu. Tapi sayang, setelah rupiah di cetak di Australia, Soros gagal memenuhi janjinya. Resikonya, nilai rupiah turun tajam sehingga menebus angka 1 USD = Rp 14.000,- dan menurunkan Soeharto dari kursi kepresidenan. Akibatnya, rupiah yang sudah dicetak beratus kontiner itu jadi barang mati. Inilah kemudian yang menjadi masalah. Sementara Pemerintah dan BI seakan tutup mata. Padahal itu order negara dan dibayar dengan uang negara.
Tetapi, apapun soalnya, saya kira ada jalan keluar. Yang penting ada kiinginan bersama bahwa dana-dana tersebut untuk membangun bangsa dan negara yang sudah terpuruk ini. Sebab, rupiah yang tercecer itu saja mencapai ribuan triliun rupiah, atau setara setahun APBN kita. Luar biasa. Kapan sih, kita hidup tanpa “kegilaan dalam bayangan nafsu.” Semoga bulan Ramadhan nanti bisa mengurangi hawa nafsu itu. (*****).

Penulis : 
Ia pendiri IFID (International Fund for Indonesia Development) yang berkantor di Hong Kong. Berprofesi sebagai jurnalis diawali di Harian Prioritas 1987, setelah dibredel Orde Baru, ia bergabung dengan Majalah Warta Ekonomi, ANTV, dan terakhir di Lativi (kini TvOne) 2005. Karir jurnalistik dirintisnya semasa kuliah di UIN Jakarta dan sempat aktif pada Himpunan Pers Mahasiswa Indonesia, sebelum melanjutkan studi ke Pascasarjana Fikom Universitas Padjadjaran Bandung.


Sunday, 10 June 2012

Misteri Emas Batangan Ir. Soekarno

Mungkin belum banyak yang tahu kalau ada sebuah perjanjian maha penting yang dibuat Presiden I RI Ir Soekarno dan Presiden ke 35 AS John Fitzgerald Kennedy. Konon penembakan John F Kennedy pada November 1963 yang membuatnya tewas secara tragis lantaran menandatangani perjanjian tersebut.
Konon pula penggulingan Ir Soekarno dari kursi kepresidenan wajib dilakukan jaringan intelijen AS disponsori komplotan Jahudi (Zionis Internasional) yang tidak mau AS bangkrut dan hancur karena mesti mematuhi perjanjian tersebut juga tidak rela melihat RI justru menjadi kuat secara ekonomi di samping modal sumber daya alamnya yang semakin menunjang kekuatan ekonomi RI. selain itu ada beberapa tujuan lain yang harus dilaksanakan sesuai agenda Zionis Internasional. Berikut ini saya coba tulis hasil penelusuran pada tahun 1994 s/d 1998, berlanjut tahun 2006 s/d 2010, ditambah informasi dari beberapa sumber. Tapi mohon diingat, anggap saja tulisan ini hanya penambah wawasan belaka.
Perjanjian itu biasa disebut sebagai salah satu ’Dana Revolusi’, atau ’Harta Amanah Bangsa Indonesia’, atau pun ’Dana Abadi Ummat Manusia’. Sejak jaman Presiden Soeharto hingga Presiden Megawati cukup getol menelisik keberadaannya dalam upaya mencairkannya.

Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva dibuat dan ditandatangani pada 21 November 1963 di hotel Hilton Geneva oleh Presiden AS John F Kennedy (beberapa hari sebelum dia terbunuh) dan Presiden RI Ir Soekarno dengan saksi tokoh negara Swiss William Vouker. Perjanjian ini menyusul MoU diantara RI dan AS tiga tahun sebelumnya. Point penting perjanjian itu; Pemerintahan AS (selaku pihak I) mengakui 50 persen keberadaan emas murni batangan milik RI, yaitu sebanyak 57.150 ton dalam kemasan 17 paket emas dan pemerintah RI (selaku pihak II) menerima batangan emas itu dalam bentuk biaya sewa penggunaan kolateral dolar yang diperuntukkan pembangunan keuangan AS.
Dalam point penting lain pada dokumen perjanjian itu, tercantum klausul yang memuat perincian ; atas penggunaan kolateral tersebut pemerintah AS harus membayar fee 2,5 persen setiap tahunnya sebagai biaya sewa kepada Indonesia, mulai berlaku jatuh tempo sejak 21 November 1965 (dua tahun setelah perjanjian). Account khusus akan dibuat untuk menampung asset pencairan fee tersebut. Maksudnya, walau point dalam perjanjian tersebut tanpa mencantumkan klausul pengembalian harta, namun ada butir pengakuan status koloteral tersebut yang bersifat sewa (leasing). Biaya yang ditetapkan dalam dalam perjanjian itu sebesar 2,5 persen setiap tahun bagi siapa atau bagi negara mana saja yang menggunakannya.
Biaya pembayaran sewa kolateral yang 2,5 persen ini dibayarkan pada sebuah account khusus atas nama The Heritage Foundation (The HEF) yang pencairannya hanya boleh dilakukan oleh Bung Karno sendiri atas restu Sri Paus Vatikan. Sedang pelaksanaan operasionalnya dilakukan Pemerintahan Swiss melalui United Bank of Switzerland (UBS). Kesepakatan ini berlaku dalam dua tahun ke depan sejak ditandatanganinya perjanjian tersebut, yakni pada 21 November 1965.

Namun pihak-pihak yang menolak kebijakan John F. Kennedy menandatangani perjanjian itu, khususnya segelintir kelompok Zionis Internasional yang sangat berpengaruh di AS bertekat untuk menghabisi nyawa dan minimal karir politik kedua kepala negara penandatangan perjanjian itu sebelum masuk jatuh tempo pada 21 November 2965 dengan tujuan menguasai account The HEF tersebut yang berarti menguasai keuangan dunia perbankan.

Target sasaran pertama, ’menyelesaikan’ pihak I selaku pembayar, yakni membuat konspirasi super canggih dengan ending menembak mati Presiden AS JF Kennedy itu dan berhasil. Sudah mati satu orang penandatangan perjanjian, masih seorang lagi sebagai target ke II, yakni Ir Soekarno. Kaki tangan kelompok Zionis Internasional yang sejak awal menentang kesepakatan perjanjian itu meloby dan menghasut CIA dan Deplu AS untuk menginfiltrasi TNI-AD yang akhirnya berpuncak pada peristiwa G30S disusul ’penahanan’ Soekarno’ oleh rezim Soeharto. Apesnya lagi, Soekarno tidak pernah sempat memberikan mandat pencairan fee penggunaan kolateral AS itu kepada siapa pun juga !! Hingga beliau almarhum beneran empat tahun kemudian dalam status tahanan politik.

Sedangkan kalangan dekat Bung Karno maupun pengikutnya dipenjarakan tanpa pengadilan dengan tudingan terlibat G30S oleh rezim Soeharto. Mereka dipaksa untuk mengungkapkan proses perjanian itu dan bagaimana cara mendapatkan harta nenek moyang di luar negeri itu. Namun usaha keji ini tidak pernah berhasil.
Hal Ikhwal Perjanjian
Sepenggal kalimat penting dalam perjanjian tersebut => ”Considering this statement, which was written andsigned in Novemver, 21th 1963 while the new certificate was valid in 1965 all the ownership, then the following total volumes were justobtained.”
Perjanjian hitam di atas putih itu berkepala surat lambing Garuda bertinta emas di bagian atasnya dan berstempel ’The President of The United State of America’ dan ’Switzerland of Suisse’.
Berbagai otoritas moneter maupun kaum Monetarist, menilai perjanjian itu sebagai fondasi kolateral ekonomi perbankan dunia hingga kini. Ada pandangan khusus para ekonom, AS dapat menjadi negara kaya karena dijamin hartanya ’rakyat Indonesia’, yakni 57.150 ton emas murni milik para raja di Nusantara ini. Pandangan ini melahirkan opini kalau negara AS memang berutang banyak pada Indonesia, karena harta itu bukan punya pemerintah AS dan bukan punya negara Indonesia, melainkan harta raja-rajanya bangsa Indonesia.

Bagi bangsa AS sendiri, perjanjian The Green Hilton Agreement merupakan perjanjian paling tolol yang dilakukan pemerintah AS. Karena dalam perjanjian itu AS mengakui asset emas bangsa Indonesia. Sejarah ini berawal ketika 350 tahun Belanda menguasai Jawa dan sebagian besar Indonesia. Ketika itu para raja dan kalangan bangsawan, khususnya yang pro atau ’tunduk’ kepada Belanda lebih suka menyimpan harta kekayaannya dalam bentuk batangan emas di bank sentral milik kerajaan Belanda di Hindia Belanda, The Javache Bank (cikal bakal Bank Indonesia). Namun secara diam-diam para bankir The Javasche Bank (atas instruksi pemerintahnya) memboyong seluruh batangan emas milik para nasabahnya (para raja-raja dan bangsawan Nusantara) ke negerinya di Netherlands sana dengan dalih keamanannya akan lebih terjaga kalau disimpan di pusat kerajaan Belanda saat para nasabah mempertanyakan hal itu setelah belakangan hari ketahuan.

Waktu terus berjalan, lalu meletuslah Perang Dunia II di front Eropa, dimana kala itu wilayah kerajaan Belanda dicaplok pasukan Nazi Jerman. Militer Hitler dan pasukan SS Nazi-nya memboyong seluruh harta kekayaan Belanda ke Jerman. Sialnya, semua harta simpanan para raja di Nusantara yang tersimpan di bank sentral Belanda ikut digondol ke Jerman.
Perang Dunia II front Eropa berakhir dengan kekalahan Jerman di tangan pasukan Sekutu yang dipimpin AS. Oleh pasukan AS segenap harta jarahan SS Nazi pimpinan Adolf Hitler diangkut semua ke daratan AS, tanpa terkecuali harta milik raja-raja dan bangsawan di Nusantara yang sebelumnya disimpan pada bank sentral Belanda. Maka dengan modal harta tersebut, Amerika kembali membangun The Federal Reserve Bank (FED) yang hampir bangkrut karena dampak Perang Dunia II, oleh ’pemerintahnya’ The FED ditargetkan menjadi ujung tombak sistem kapitalisme AS dalam menguasai ekonomi dunia.
Belakangan kabar ’penjarahan’ emas batangan oleh pasukan AS untuk modal membangun kembali ekonomi AS yang sempat terpuruk pada Perang Dunia II itu didengar pula oleh Ir Soekarno selaku Presiden I RI yang langsung meresponnya lewat jalur rahasia diplomatic untuk memperoleh kembali harta karun itu dengan mengutus Dr Subandrio, Chaerul saleh dan Yusuf Muda Dalam walaupun peluang mendapatkan kembali hak sebagai pemilik harta tersebut sangat kecil. Pihak AS dan beberapa negara Sekutu saat itu selalu berdalih kalau Perang Dunia masuk dalam kategori Force Majeur yang artinya tidak ada kewajiban pengembalian harta tersebut oleh pihak pemenang perang.

Namun dengan kekuatan diplomasi Bung Karno akhirnya berhasil meyakinkan para petinggi AS dan Eropa kalau asset harta kekayaan yang diakuisisi Sekutu berasal dari Indonesia dan milik Rakyat Indonesia. Bung Karno menyodorkan fakta-fakta yang memastikan para ahli waris dari nasabah The Javache Bank selaku pemilik harta tersebut masih hidup !!

Nah, salah satu klausul dalam perjanjian The Green Hilton Agreement tersebut adalah membagi separoh separoh (50% & 50%) antara RI dan AS-Sekutu dengan ’bonus belakangan’ satelit Palapa dibagi gratis oleh AS kepada RI. Artinya, 50 persen (52.150 ton emas murni) dijadikan kolateral untuk membangun ekonomi AS dan beberapa negara eropa yang baru luluh lantak dihajar Nazi Jerman, sedang 50 persen lagi dijadikan sebagai kolateral yang membolehkan bagi siapapun dan negara manapun untuk menggunakan harta tersebut dengan sistem sewa (leasing) selama 41 tahun dengan biaya sewa per tahun sebesar 2,5 persen yang harus dibayarkan kepada RI melalui Ir.Soekarno. Kenapa hanya 2,5 persen ? Karena Bun Karno ingin menerapkan aturan zakat dalam Islam.
Pembayaran biaya sewa yang 2,5 persen itu harus dibayarkan pada sebuah account khusus a/n The Heritage Foundation (The HEF) dengan instrumentnya adalah lembaga-lembaga otoritas keuangan dunia (IMF, World Bank, The FED dan The Bank International of Sattlement/BIS). Kalau dihitung sejak 21 November 1965, maka jatuh tempo pembayaran biaya sewa yang harus dibayarkan kepada RI pada 21 November 2006. Berapa besarnya ? 102,5 persen dari nilai pokok yang banyaknya 57.150 ton emas murni + 1.428,75 ton emas murni = 58.578,75 ton emas murni yang harus dibayarkan para pengguna dana kolateral milik bangsa Indonesia ini.

Padahal, terhitung pada 21 November 2010, dana yang tertampung dalam The Heritage Foundation (The HEF) sudah tidak terhitung nilainya. Jika biaya sewa 2.5 per tahun ditetapkan dari total jumlah batangan emasnya 57.150 ton, maka selama 45 tahun X 2,5 persen = 112,5 persen atau lebih dari nilai pokok yang 57.150 ton emas itu, yaitu 64.293,75 ton emas murni yang harus dibayarkan pemerintah AS kepada RI. Jika harga 1 troy once emas (31,105 gram emas ) saat ini sekitar 1.500 dolar AS, berapa nilai sewa kolateral emas sebanyak itu ?? Hitung sendiri aja !!
Mengenai keberadaan account The HEF, tidak ada lembaga otoritas keuangan dunia manapun yang dapat mengakses rekening khusus ini, termasuk lembaga pajak. Karena keberadaannya yang sangat rahasia. Makanya, selain negara-negara di Eropa maupun AS yang memanfaatkan rekening The HEF ini, banyak taipan kelas dunia maupun ’penjahat ekonomi’ kelas paus dan hiu yang menitipkan kekayaannya pada rekening khusus ini agar terhindar dari pajak. Tercatat orang-orang seperti George Soros, Bill Gate, Donald Trump, Adnan Kasogi, Raja Yordania, Putra Mahkota Saudi Arabia, bangsawan Turko dan Maroko adalah termasuk orang-orang yang menitipkan kekayaannya pada rekening khusus tersebut.
George Soros dengan dibantu ole CIA berusaha untuk membobol account khusus tersebut. Bahkan, masih menurut sumber yang bisa dipercaya, pada akhir 2008 lalu, George Soros pernah mensponsori sepasukan kecil yang terdiri dari CIA dan MOSSAD mengadakan investigasi rahasia dengan berkeliling di pulau Jawa demi untuk mendapatkan user account dan PIN The HEF tersebut.

Selain itu, George Soros dibantu dinas rahasia CIA pernah berusaha membobol account khusus tersebut, namun gagal. Bahkan akhir 2008 lalu, George Soros pernah mensponsori sepasukan kecil agen CIA dan MOSSAD (agen rahasia Israel) mengadakan investigasi rahasia dengan berkeliling di pulau Jawa demi untuk mendapatkan user account dan PIN The HEF tersebut termasuk untuk mencari tahu siapa yang diberi mandat Ir Soekarno terhadap account khusus itu. Padahal Ir Soekarno atau Bung Karno tidak pernah memberikan mandat kepada siapa pun. artinya pemilik harta rakyat Indonesia itu tunggal, yakni Bung Karno sendiri. Sampai saat ini !!
Penjahat Perbankan Internasional Manfaatkan Saat Ada Bencana Alam Besar
Sialnya, CUSIP Number (nomor register World Bank) atas kolateral ini bocor. Nah, CUSIP inilah yang kemudian dimanfaatkan kalangan bankir papan atas dunia yang merupakan penjahat kerah putih (white collar crime) untuk menerbitkan surat-surat berharga atas nama orang-orang Indonesia. Pokoknya siapa pun dia, asal orang Indonesia berpassport Indonesia dapat dibuatkan surat berharga dari UBS, HSBC dan bank besar dunia lainnya. Biasanya terdiri dari 12 lembar, diantaranya ada yang berbentuk Proof of Fund, SBLC, Bank Guaranted, dan lainnya. Nilainya pun fantastis, rata-rata di atas 500 juta dolar AS hingga 100 miliyar dolar AS.

Ketika dokumen tersebut dicek, maka kebiasaan kalangan perbankan akan mengecek CUSIP Number. Jika memang berbunyi, maka dokumen tersebut dapat menjalani proses lebih lanjut. Biasanya kalangan perbankan akan memberikan bank officer khusus bagi surat berharga berformat Window Time untuk sekedar berbicara sesama bank officer jika dokumen tersebut akan ditransaksikan. Sesuai prosedur perbankan, dokumen jenis ini hanya bisa dijaminkan atau dibuatkan rooling program atau private placement yang bertempo waktu transaksi hingga 10 bulan dengan High Yield antara 100 persen s/d 600 persen per tahun.

Nah, uang sebesar itu hanya bisa dicairkan untuk proyek kemanusiaan. Makanya, ketika terjadi musibah Tsunami di Aceh dan gempa di DIY, maka dokumen jenis ini beterbangan sejagat raya bank. Brengseknya, setiap orang Indonesia yang namanya tercantum dalam dokumen itu, masih saja hidup miskin blangsak sampai sekarang. Karena memang hanya permainan bandit bankir kelas hiu yang mampu mengakali cara untuk mencairkan aset yang terdapat dalam rekening khusus itu.
Di sisi lain, mereka para bankir curang juga berhasil membentuk opini, dimana sebutan ’orang stress’, sarap atau yang agak halus ’terobsesi’ kerap dilontarkan apabila ada seseorang yang mengaku punya harta banyak, miliyaran dollar AS yang berasal dari Dana Revolusi atau Harta Amanah Bangsa Indonesia. Opini yang terbentuk ini bagi pisau bermata dua, satu sisi menguntungkan bagi keberadaan harta yang ada pada account khusus tersebut tidak terotak-atik, namun sisi lainnya para bankir bandit dapat memanfaatkannya demi keuntungan pribadi dan komplotannya ketika ada bencana alam besar di dunia, seperti bencana Tsunami di Jepang baru-baru ini. Tapi yang paling berbahaya, tidak ada pembelaan rakyat, negara dan pemerintah Indonesia ketika harta ini benar-benar ada dan mesti diperjuangkan bagi kemakmuran rakyat Indonesia.

Kaitannya dengan Satria Piningit, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu, Ratu Adil
Penulis punya pengertian, ketika Satrio Piningit sudah melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin maka beliau menjadi Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu (SPSW) karena kecintaannya yang teramat sangat kepada TUHAN ALLAH.
Takut akan TUHAN dengan mencintai-NYA dengan segenap hatinya menjadi awal setiap langkah beliau dalam melaksanakan tugas membawa rakyat Nusantara maupun umat manusia menuju kesejahteraan dan kemakmuran yang hakiki. Ketika semua umat manusia pada umumnya dan rakyat Nusantara pada khususnya sudah mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran yang hakiki itu, maka beliau mendapat sebutan sang Ratu Adil.






Kami juga berkeyakinan, sang SPSW yang mampu mendapatkan kembali harta abadi rakyat Nusantara, bagaimana pun prosesnya. Karena kepemimpinannya memang mendapat bimbingan langsung TUHAN Pemilik Semesta Alam. Semua harta itu akan diserahkan kepada negara yang dipimpinnya untuk dikelola demi kesejahteraan dan kemakmuran segenap pemilik sejatinya, yakni bangsa Nusantara ini !!

~ Dives ultro indonesiA ~
By- wongireng, rekan kerja kigendengbanget
sumber :http://akigendengbanget.wordpress.com

Thursday, 31 May 2012

Knight Templar pencuri harta Nabi Sulaiman


Knight Templar pencuri harta Nabi Sulaiman



Knights Templar dibentuk pada tahun 1118 oleh Sembilan jawara. Komplotan yang sangat rahasia ini menjadi kaya raya dan berkuasa selama kurun waktu dua abad. Kekayaan dan kekuasaan mereka terbesar setelah vatikan. Isu paling controversial mengatakan; “mereka memiliki rahasia religious atau teknologi pengganti kekuasaan kepausan. Karena itulah pada tahun 1307, Paus dan Raja Perancis saati itu menghancurkan komplotan Knights Templar. Pada masa kejayaannya, Knights Templar mempelopori para banker modern dengan menemukan system kredit.
Kisah Knights Templar bermula di Yerusalem pada tahun 1118, ketika Sembilan ksatria Prancis memperoleh izin dari Raja Yerusalem, Baldwin II Le Bourg, untuk membentuk angkatan perang. Raja Baldwin mengijinkan Sembilan ksatria tersebut untuk menempati sayap timur istananya, tepat di depan situs purbakala bekas kuil Raja Sulaiman as.

Organisasi Sembilan ksatria ini dikenal dengan nama Order of the Poor Knights of Christ and The Temple Solomon. Pemimpinnya seorang bangsawan Prancis yang di panggil Hugh de Payens. Para ksatria ini berhubungan dekat dengan para biksu Cistercian yang memiliki keberuntungan setingkat dengan para Ksatria Templar. Para ksatria ini kemudian membentuk komplotan Knights Templar dengan kedok melindungi para peziarah yang melakukan perjalanan ke Tanah Suci. Namun kenyataannya justru sebaliknya.


Komplotan Knights Templar menggali reruntuhan Kuil Sulaiman yang dibangun sekitar 3000 tahun yang lalu. Kuil ini diyakini menyimpan Tabut Perjanjian, peninggalan paling sacral bangsa Yahudi. Diriwayatkan bahwa Tabut Perjanjian merupakan perantara bagi bangsa Yahudi untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Kuil ini ditengarai menyimpan ilmu pengetahuan tersembunyi dan jauh lebih tua serta lebih kuat dari Injil. Karena itu, komplotan Knights Templar membangun lorong bawah tanah di reruntuhan Kuil Sulaiman. Lorong bawah tanah ini ditemukan oleh para insunyur Kerajaan Inggris pada akhir abad 19.

Namun tidak bisa dipastikan seberapa jauh Knights Templar menemukan situs – situs purbakala di bawah reruntuhan kuil itu. Ada yang mengatakan mereka kembali lagi ke Prancis karena gagal menemukan Tabut Perjanjian Yahudi itu dan kembali ke Prancis. Namun, besar kemungkinan mereka menemukan rahasia – rahasia yang sangat sacral (sacred geometry) dan gulungan perkamen berisi riwayat kehidupan Yesus sebelum turunnya Injil. Gulungan perkamen itu bertentangan dengan pandangan Kristen Ortodoks tentang penyaliban dan hari pembalasan.

kuil nabi sulaiman

Komplotan Knights Templar menggali reruntuhan Kuil Sulaiman yang dibangun sekitar 3000 tahun yang lalu. Kuil ini diyakini menyimpan Tabut Perjanjian, peninggalan paling sacral bangsa Yahudi. Diriwayatkan bahwa Tabut Perjanjian merupakan perantara bagi bangsa Yahudi untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Kuil ini ditengarai menyimpan ilmu pengetahuan tersembunyi dan jauh lebih tua serta lebih kuat dari Injil. Karena itu, komplotan Knights Templar membangun lorong bawah tanah di reruntuhan Kuil Sulaiman. Lorong bawah tanah ini ditemukan oleh para insunyur Kerajaan Inggris pada akhir abad 19.
Namun tidak bisa dipastikan seberapa jauh Knights Templar menemukan situs – situs purbakala di bawah reruntuhan kuil itu. Ada yang mengatakan mereka kembali lagi ke Prancis karena gagal menemukan Tabut Perjanjian Yahudi itu dan kembali ke Prancis. Namun, besar kemungkinan mereka menemukan rahasia – rahasia yang sangat sacral (sacred geometry) dan gulungan perkamen berisi riwayat kehidupan Yesus sebelum turunnya Injil. Gulungan perkamen itu bertentangan dengan pandangan Kristen Ortodoks tentang penyaliban dan hari pembalasan.
Tahun 1128 di Dewan Troyes, Knights Templar diakui Vatikan sebagai organisasi religious dan militer resmi. Dalam waktu setahun Knights Templar mampu menguasai Eropa. Tahun 1131, Raja Aragon memberi sepertiga tanahnya kepada komplotan Knights Templar. Tahun 1139, Paus Innocent II mengkaruniai Knights Templar hak kepausan untuk menjawab masalah umat dan bebas dari pembayaran pajak, bahkan mereka justru meraup pajak untuk gereja dan kerajaan. Komplotan Knights Templar juga diizinkan mendirikan gereja sendiri. Inilah yang menyebabkan kelompok Knights Templar menjadi kekuatan pengendali sejumlah gereja besar Eropa pada abad pertengahan, terutama katedral Charters di Paris.
Dengan menyebarkan pengaruh dan kekayaannya, Knights Templar menjadi bankir pertama Eropa. Mereka membebankan bunga pinjaman hingga 60 persen. Mereka menemukan system kredit bagi peziarah atau pedagang agar bisa menyimpan uang atau barangnya kepada Knights Templar dengan tanda bukti nota promes. Dengan nota promes ini, si penyimpan bisa mencairkan uang atau barangnya jika telah sampai masanya. Cek yang baru digagas untuk para musafir ini menjadi pengaman efektif agar terhindar dari bea cukai, kolektor sedekah gereja dan perampok. 
engetahuan Knights Templar tentang sacred geometry menjadikan Katedral Charters sangat superior dalam hal desain dan teknologi pada saat itu, seperti arsitektur atap berbentuk kubah melengkung tinggi yang dibangun untuk pertama kalinya. Bahkan para ahli kimia modern tak bisa membuat tiruan kaca berwarna kaya Knights Templar.
Prestasi Knights Templar sangat gemilang dan menonjol kala itu. Sayangnya, kegetolan dan kerahasiaan Knights Templar membuat para propagandis memfitnah Knights Templar. Mereka disebutkan menyembunyikan rahasia gelap. Berita ini dihembuskan oleh Raja Prancis, Philip IV, pada tahun 1305. Raja Philip IV meyakinkan Paus Klementino V bahwa ksatria Templar sebenarnya adalah ancaman bagi kelangsungan system kepausan. Selain itu, tersebar desas desus bahwa ksatria Templar bermaksud mengembalikan keturunan Merovingian ke tampuk kekuasaan Prancis. Keturunan Merovingian meng klaim sebagai keturunan Yesus sekaligus bukti hidup bahwa Yesus tidak mati di tiang salib.
Maka pada hari Jum’at, 13 Oktober 1307, pemerintah Prancis mulai menangkap, menginterogasi, menyiksa dan membakar para Knights Templar dengan tuduhan sebagai para pelaku bid’ah dan penghina Tuhan. Puncaknya, Guru Besar Knights Templar, Jacques de Molay, dibakar hidup – hidup di Paris, tahun 1314. Kematian Jacques de Molay menandai tamatnya riwayat sebuah komunitas rahasia yang gemilang ini.
Namun, masih banyak tersisa pertanyaan yang harus dijawab berkenaan dengan Knights Templar. Sekalipun Knights Templar telah bubar, kekayaannya yang berlimpah ruah dan terbesar pada masanya tetap tak bisa dihitung. Tak heran jika muncul spekulasi bahwa harta karun yang ditemukan oleh Francois Berenger Sauniere di bawah atap Gereja Santa Maria Magdalena di Rennes-le-Chateu adalah harta karun Knights Templar.
Tapi kenyataannya, hanya sebagian kecil anggota Knights Templar yang terbunuh. Banyak anggota Knights Templar yang selamat dan tetap hidup hingga saat ini. Sebagian dari mereka berhasil melarikan diri dan sebagian lagi diampuni oleh Paus masa itu. Para anggota Knights Templar yang selamat ini melakukan gerakan – gerakan bawah tanah secara sembunyi-sembunyi dan terus berlanjut hingga saat ini.
 

Wikipedia

Search results

AddThis

Bookmark and Share

Facebook Comment

Info Archive

Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Arief Natadiningrat :

"Kami berharap, negara ini tidak melupakan sejarah. Dulu sebelum kemerdekaan Bung Karno meminta dukungan keraton untuk bisa membuat NKRI terwujud, karena saat itu tak ada dana untuk mendirikan negara. Saat itu keraton-keraton menyerahkan harta yang mereka punya untuk kemerdekaan negara ini,"

http://nasional.kompas.com/read/2010/12/05/1725383/Para.Sultan.Dukung.Keistimewaan.Yogya

THE FSKN STATMENT IN SULTANATE OF BANJAR : SESUNGGUHNYA KETIKA RAJA - RAJA MEMBUAT KOMITMENT DGN BUNG KARNO DALAM MENDIRIKAN REPUBLIK INI , SEMUA KERAJAAN YG MENYERAHKAN KEDAULATAN DAN KEKAYAAN HARTA TANAHNYA , DIJANJIKAN MENJADI DAERAH ISTIMEWA. NAMUN PADA KENYATAANNYA ...HANYA
YOGYAKARTA YG DI PROSES SEBAGAI DAERAH ISTIMEWA ... AKANKAH AKAN MELEBAR SEPERTI KETIKA DI JANJIKAN ... HANYA TUHAN YG MAHA TAU. ( Sekjen - FSKN ) By: Kanjeng Pangeran Haryo Kusumodiningrat

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=177026175660364&set=a.105902269439422.11074.100000589496907