Monday, 16 February 2015

Tujuh Saptama-Kala dalam zaman Kali-Sangara


Prabu Jayabaya menulis ramalan Pulau Jawa sejak ditanami yang kedua hingga kiamat, dengan waktu lamanya 2.100 tahun matahari. Ramalan yang kemudian disebut Tri-takali. Dalam rentang waktu tersebut, Jayabaya membagi pulau Jawa dalam tiga zaman, yakni :

1. Zaman permulaan yang disebut Kali-swara, lamanya 700 tahun matahari atau 721 tahun bulan.
2. Zaman pertengahan yang disebut Kali-Yoga, banyak perubahan pada bumi, bumi membelah menyebabkan terjadinya pulau kecil-kecil, banyak makhluk yang salah jalan karena orang yang mati banyak menjelma/nitis.
3. Zaman terakhir adalah zaman yang disebut Kali-Sangara, lamanya 700 tahun. Dimana banyak hujan salah mangsa serta banyak kali dan bengawan yang bergeser, bumi kurang bermanfaat, menghambat datangnya kebahagiaan, mengurangi rasa terima, sebab manusia yang mati banyak yang tetap memegang ilmunya.

Nah, dari tiga zaman tersebut, masing-masing dibagi menjadi Saptama-kala, artinya zaman kecil-kecil. Setiap zaman rata-rata berumur 100 tahun Matahari atau 103 tahun bulan. Dari tiga zaman yang diramalakan Jayabaya tersebut, jika dikontekskan dengan kondisi Indonesia era prakemerdekaan sampai sekarang, maka Indonesia menurut ramalan Jayabaya tersebut terdiri dari tujuh tahapan.

Adapun tujuh tahapan Indonesia itu berada pada zaman akhir atau zaman ketiga dalam rentang waktu 2.100 tahun matahari ramalan Jayabaya, yakni zaman Kali-Sangara.

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa setiap zaman dibagi menjadi Saptama-Kala. Begitu pula zaman Kali-sangara yang juga dibagi menjadi Saptama-Kala yang terdiri dari tujuh zaman, yaitu :
1. Zaman Kalajangga
2. Zaman Kalasakti
3. Zaman Kalajaya
4. Zaman Kalabendu
5. Zaman Kalasubha
6. Zaman Kalasumbaga
7. Zaman Kalasutra


Itula ketujuh zaman Kali-Sangara ramalan Jayabaya yang berlaku di Indonesia yang dimulai dari era prakemerdekaan hingga sekarang.

TUJUH TAHAPAN INDONESIA MENURUT SERAT JAYABAYA

Dalam serat Jayabaya, kehidupan Nusantara (Indonesia) sejak lahir hingga berakhir, seluruhnya terbagi dalam tujuh jaman :

1. Kalajangga (Jaman Pujangga)
Banyak yang mengibaratkan jaman ini adalah jaman di masa sebelum kemerdekaan, dimana banyak muncul para pujangga yang melahirkan karya-karya besar.


2. Kalasakti
Jaman ini dianggap jaman yang mengiringi munculnya tokoh-tokoh sakti yang memerdekakan Indonesia. Hanya dengan senjata bambu runcing mampu mendesak pasukan penjajah hingga pemimpin bangsa bisa memerdekakan Indonesia.


3. Kalajaya
Jaman kestabilan dan keunggulan bangsa. Pertumbuhan ekonomi nasional bangkit dan berkembang pesat. Namun bayangan para pejabat yang korupsi mulai menghantui, hingga Indonesia mulai menumpuk hutang.


4. Kalabendu
Kala=jaman, bendu=marah, artinya dimana orang mudah marah, saling memaksakan kehendak dan melakukan berbagai tindakan kekerasan. Di tengah situasi pelik, muncul Satria Wirang yang mencoba mengarahkan Indonesia ke jalan yang benar. Satria Wirang artinya tokoh yang sering terlunta-lunta akibat pemerintah terdahulu namun kemudian bangkit sebagai pemimpin.


5. Kalasubha (Jaman sukaria)
Berkat doa rakyat yang teraniaya, akhirnya Sang Khaliq memberi awal kebahagiaan lewat kemunculan Satrio Paningit yang membawa bangsa dari jurang kehancuran.


6. Kalasumbaga (Jaman Ketenaran)
Indonesia dipimpin figur yang membawa pengaruh tingkat dunia dan berjuluk Satrio Lelono (artinya pemimpin yang sering melakukan lobi tingkat dunia) sehingga Indonesia makin berpengaruh di mata dunia internasional.


7. Kalasutra (Jaman Kebijaksanaan)
Setelah ketenaran didapat, Indonesia memasuki jaman kebijaksanaan dan dipimpin Satrio Pinandhito yaitu pemimpin yang berjiwa bagaikan seorang begawan atau ulama. Unsur kebijaksanaan dan nilai moral Indonesia kuno digali kembali dan diterapkan dalam setiap aspek pemerintahan sehingga Indonesia menjadi negara yang damai sejahtera


Link terkait : http://indonesian-treasury.blogspot.com/2014/06/cakra-manggilingan-titik-balik.html

Sumber : 
1. http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2014/07/tujuh-saptama-kala-dalam-zaman-kali.html
2. https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=333191026723259&id=182284255147271

Wednesday, 4 February 2015

Ramalan Nostradamus Tentang Kemunculan Imam Mahdi


Salam sejahtera dan salam hormat buat semua pembaca blog redzuan-ridz. Entri kali ini merupakan kesinambungan entri terdahulu mengenai Nostradamus . Entri kali ini akan membongkar mengenai satu daripada ramalan Nostradamus mengenai kemunculan Imam Mahdi yang secara jelas sebenarnya  telah disebutkan dalam Hadis Nabi yang sahih.. dan ini jelas bahawa kemungkinan Nostradamus telah megkaji dan mengambil petikan dari riwayat hadis nabi mengenai peristiwa akhir zaman , dan kemudiannya mengakui bahawa ianya merupakan sebahagian dari ramalannya.


Sebelum Rasulullah SAW dilahirkan, kisah kelahiran baginda telah diceritakan lebih awal di dalam Kitab Taurat dan Injil. Dikenali dengan nama Ahmad, dan bukannya Muhammad sebagaimana setelah dilahirkan. Kelahiran agung itu telah dihafal dan dijiwai oleh pendeta Nasrani dan rahib Yahudi, hingga mereka mengenali sifat Rasulullah SAW itu lebih daripada anak mereka sendiri. Malah ada yang ternanti-nanti kelahiran tersebut dan mengharap Nabi tersebut adalah dari kalangan mereka.


Ketika telah terjadi kelahiran Rasulullah SAW, mereka segera mengenalinya melalui tanda-tanda yang telah tersebut di dalam Kitab Taurat dan Injil. Ketika tiba seruan Islam dari Rasulullah SAW, merekalah yang menjadi penentang karana iri hati dan dengki, bukan kerana tidak tahu kebenaran. Hingga kini, Yahudi dan Nasrani tidak berhenti memusuhi Islam. Mereka terus menerus mengkaji rahsia-rahsia kekuatan umat Islam dengan tujuan untuk melumpuhkan ajaran Islam.

Mereka sentiasa berusaha agar umat Islam leka dengan rahsia keagungan Islam yang telah dibina oleh Rasulullah SAW. Mereka lupakan umat Islam dari iman dan taqwa. Mereka menanamkan sikap cinta akan dunia yang membawa umat Islam menjadi lemah. Firman Allah:

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (wahai Muhammad) sehingga engkau menurut agama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): "Sesungguhnya pertunjuk Allah (Agama Islam) itulah pertunjuk yang benar". Dan demi sesungguhnya jika engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahi yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah engkau akan peroleh dari Allah (sesuatu pun) yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepadamu. (Al Baqarah: 120)



Ketika Sepanyol hendak ditakluki kembali oleh puak Kristian dari tangan umat Islam, pelbagai strategi diatur dengan begitu rapi.

Pemimpin mereka berpesan, “Jika kamu melihat mata umat Islam cerah (tidak kuyu atau merah kerana kurang tidur-beribadah malam), waktu itu seranglah mereka. Sedangkan jika kamu lihat mereka sembahyang malam, kamu tidak akan dapat mengalahkan mereka.” Kini abad baru telah tiba.

Bagi umat Islam di akhir zaman khususnya di abad ke-21 Masihi ini, sebenarnya ada janji Allah untuk kebangkitan kembali Islam buat kali kedua. Masalah ini bagi sebahagian umat Islam dipandang remeh, kurang yakin bahkan ada yang menolak dan menentang. Termasuk di kalangan ulama yang terpengaruh dengan orentalis Barat (Islam liberal).

Keyakinan umat Islam terhadap hadith berkaitan akhir zaman dimentahkan dengan memberitakannya sebagai hadith dhaif atau palsu. Akhirnya umat Islam terus dibelenggu oleh kepompong ciptaan Yahudi dan Nasrani. Sedangkan dipihak mereka (Yahudi dan Nasrani), telah bersiap-siap lebih awal dan bersiaga dengan kebangkitan yang dijanjikan oleh Allah SWT itu.

Ini dapat kita lihat, seorang peramal berbangsa Yahudi yang terkenal telah meramalkan kebangkitan Islam di tahun 2000 bermula dari sebelah Timur. Bagi saya, ini bukan semata-mata ramalan, tetapi adalah tafsiran atau hasil analisis hadith oleh pakar-pakar Yahudi. Mereka amat peka terhadap hadith-hadith yang menyebut secara khusus kebangkitan Islam. Kebangkitan Islam bererti kejatuhan dan kekalahan mereka. Segala kepalsuan dan kebathilan mereka akan terbongkar, dan segala kezaliman akan bertukar keadilan.

Memang secara jelas disebut di dalam hadith tidak boleh mempercayai ramalan nujum. Tetapi apabila telah ada hadith yang mendahului ramalan itu, bukanlah nujum. Seringkali itu dikatakan sebagai ramalan hanya untuk mengelabui umat Islam. Mereka katakan itu ramalan mereka, sedangkan sebenarnya itu adalah tafsir atau hasil kajian dari hadits yang mereka sembunyikan dari umat Islam selama ini.

Umat Islam dikelabui dengan hadith, mereka tipu juga umat Islam dengan menamakan hasil kajian hadith sebagai ramalan (nujum) mereka. Di antara yang disebut oleh Michael Nostradamus (1503-1566) seorang warga Perancis keturunan Yahudi, tokoh peramal dari Barat yang terkenal, yang dikatakan banyak ramalannya yang tepat. Menurut ramalan beliau yang ditulis semula oleh V. J. Hewitt dan Peter Lorie dalam buku The End of the Millennium, Prophecies : 1992 to 2001, beliau meramalkan pada tahun 2000, disebutkan secara lebih khusus mengenai munculnya seorang pemimpin Islam yang bakal merubah dunia.

Menurut beliau:

1. Akan muncul A New World Religion.
2. Dipimpin oleh seorang yang dikenali dengan panggilan The Man from The East.
3. Dia muncul dari negeri yang terletak di pertemuan tiga buah laut.
4. Kemunculannya menggemparkan Timur dan Barat.
5. Ketika muncul, dia memakai serban biru (The Blue Turban).
6. Dia merayakan hari Khamis sebagai hari istimewa bagi dirinya.

Di sini diuraikan tentang hal-hal yang disebut oleh Nostradamus berdasarkan hadith, sekaligus membuktikan terdapat “mala-fide” Yahudi dalam konspirasi menipu umat Islam.



1. Akan muncul A New World Religion.  
Kemunculan satu kuasa baru dunia berlandaskan agama telah disebut secara nyata oleh Rasulullah SAW di dalam beberapa hadith. Di antaranya: Sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya Allah akan membangkitkan bagi umat ini (Islam) pada awal setiap seratus tahun seorang mujaddid yang bakal memperbarui (menghidupkan) urusan agamanya.” (Riwayat Abu Daud, Al Hakim, Al Baihaqi, Al Iraqi, Ibnu Hajar Al Asqalani) Imam As Sayuti berkata: Para penghafal hadits sepakat mengatakan hadits ini sahih) Kita kini berada di awal kurun Hijrah ke-15, yaitu 1420 Hijrah. Mengikuti tafsiran ulama, yang dikatakan awal masa itu adalah 1/4 yang pertama.

Maknanya kita kini berada di awal masa. Sebagaimana janji Allah melalui lidah Rasulullah SAW ini, pastinya akan lahir seorang pemimpin yang akan menghidupkan syiar serta perjuangan Islam di zaman ini. Bertepatan juga kita melangkah ke abad ke-3 Masehi dan berada di awal tahun 2000. Dalam sebuah hadits yang lain, bersabda Rasulullah SAW:

“Telah berlaku zaman kenabian ke atas kamu, maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian berlakulah zaman kekhalifahan (Khulafa Ar-Rasyidin) yang berjalan seperti zaman kenabian. Maka berlakulah zaman itu sepertimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya lalu berlakulah zaman pemerintahan yang menggigit (zaman fitnah). Berlakulah zaman itu seperti yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya pula. Kemudian berlakulah zaman penindasan dan penzaliman (zaman pemerintahan diktator) dan kemudian berlakulah zaman itu sepertimana yang Allah kehendaki. Kemudian berlakulah pula zaman kekhalifahan (zaman Al Mahdi dan Isa a.s) yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian. Kemudian baginda diam.” (Riwayat Ahmad)

Secara umum apabila kita meneliti sejarah, zaman kenabian, zaman Khulafa’- ur -Rasyidin, zaman fitnah (pemerintah telah rusak sedang rakyat masih baik), zaman diktator (penjajahan Yahudi dan Nasrani) dan kini adalah giliran zaman seperti zaman kenabian itu berulang kembali. Inilah yang dimaksudkan sebagai A New World Religion oleh Nostradamus.



2. Dipimpin oleh seorang yang dikenali dengan panggilan The Man from The East.  
Kebangkitan yang dimaksudkan itu akan dipimpin oleh seorang pemimpin dari Timur sebagai pencetusnya. Di dalam beberapa hadits disebutkan berkenaan pemimpin dari Timur itu:

a). Daripada Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW sambil memegang tangan Sayidina Ali; baginda berkata: “Akan keluar dari sulbi ini seorang pemuda yang memenuhi bumi ini dengan keadilan. Maka apabila kamu menyakini demikian itu hendaklah bersama Pemuda Bani Tamim itu. Sesungguhnya dia datang dari sebelah Timur dan dialah pemegang panji-panji Al Mahdi.” (Hadits riwayat At Tabrani)

b). Dari Tsauban r.a dia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW, akan datang Panji-Panji Hitam (kekuasaan) dari sebelah Timur, seolah-olah hati mereka (pendukung-pendukung) umpama kepingan-kepingan besi (jiwa yang berani). Barangsiapa mendengar tentang mereka, hendaklah datang kepada mereka dan berbai’atlah kepada mereka sekalipun harus merangkak di atas salju. (Dikeluarkan oleh Al Hafiz Abu Naim)

3. Dia muncul dari negeri yang terletak di pertemuan tiga buah laut. 
Negara Timur tempat perjuangan pemimpin tersebut terletak di pertemuan tiga buah laut. Siapa saja yang merasakan kedudukan mereka terancam akan membuat kajian dan menyusun strategi untuk menyelamatkan diri. Begitupula Yahudi dan Nasrani yang telah tahu tentang kebangkitan Islam di akhir zaman.
Jika diperhatikan, faktor geografi Semenanjung Tanah Melayu hampir menepati ramalan itu Memang Timur itu tidak ditentukan di manakah negaranya melalui hadith. Ini adalah kajian pihak musuh, akhirnya mereka berpendapat negara tersebut terletak dalam lingkungan tiga buah laut di sebelah Timur. Mereka mencari negeri yang ada ciri demikian dan di negeri-negeri tersebut, mereka menjalankan ‘kerja-kerja kotor’ iaitu mencuba memadamkan kalimah Illahi dengan pelbagai cara. Dengan berbuat demikian, mereka berharap dapat menghalang kebangkitan Islam yang kedua dari kawasan yang telah disebutkan itu. Oleh kerana itulah, wilayah-wilayah di Malaysia dan Indonesia sejak dahulu menjadi sasaran utama mereka karena mereka yakin dari sanalah akan bangkitnya “The Man from The East” itu. Selain itu, mereka juga membangun pangkalan (pusat operasi) di dekatnya iaitu di Filiphina dan Singapura.

Fillipina adalah pusat bagi operasi bagi kaum Nasrani (Amerika Syarikat) manakala Singapura pula adalah pusat operasi bagi Yahudi Zionis ( Israel ). Dari kedua tempat itu mereka memantau seluruh Asia Tenggara, terutama Malaysia dan Indonesia karena dipercayai oleh mereka bahawa Pemuda Bani Tamim itu berasal dan berkembang di rantau ini. Itulah bukti betapa kuatnya kepercayaan para Rahib Yahudi dan Pendeta Nasrani terhadap kemunculan Pemuda Bani Tamim dan Imam Mahdi itu serta kawasan di mana mereka berdua akan dibangkitkan.

Namun, kerana permusuhan yang sangat kuat, setiap pergerakan mereka ini dibuat atas nama perdagangan, hubungan politik, ekonomi, pertahanan, ketenteraan dan sebagainya sehingga tidak kelihatan niat sebenar meraka pada umat Islam di kawasan ini. Di samping itu, mereka juga sangat teliti menyimpan rahsia berkaitan niat asal mereka, sehingga tidak pernah diketahui oleh sesiapapun umat Islam di kawasan ini sejak dulu hingga hari ini.


4. Kemunculannya menggemparkan Timur dan Barat.  
Semua manusia di seluruh dunia akan terkejut dengan perlantikannya sebagai pemimpin manusia di Timur. Pernyataan ini disebutkan oleh Nostradamus dengan tegas dalam buku ramalannya.

Ketika itu, kebanyakan urusan perniagaan akan terhenti atau lumpuh seketika sebelum pulih di negara-negara lain. Di negara tempat beliau zahir itu, ekonominya akan lumpuh terus dan lenyap lalu beliau gantikan dengan sistem ekonomi Islam yang lebih adil dan sangat stabil. Sistem ekonomi Islam yang beliau terapkan nanti akan turut menggemparkan seluruh ahli ekonomi dan tokoh perniagaan serta pakar-pakar di seluruh dunia.

Sistem ekonomi Islam beliau menyebabkan sistem kapitalis, sosialis dan sebagainya itu akan hancur, lumpuh dan tidak berdaya. Akhirnya, sistem ekonomi Islam yang beliau terapkan akan berkembang pesat dan meruntuhkan seluruh sistem ekonomi yang telah ada di dunia. Perkara ini termasuk dalam sifat keadilan yang dibawa oleh pemimpin tersebut. Kedatangannya memenuhi dunia dengan keadilan sepertimana sebelum ini dipenuhi oleh kezaliman.

Dan telah mengeluarkan Ibni Abi Syaibah dan Nu'aim bin Hammad dalam Al Fitan dan Ibnu Majah dan Abu Nu'aim dari Ibnu Mas'ud, katanya : “Ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba datang sekelompok anak-anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terlihat akan mereka, maka kedua mata Rasulullah berlinang air mata dan wajah beliau berubah. Akupun bertanya : “Mengapakah kami melihat pada wajahmu, sesuatu yang kami tidak sukai?”. Beliau menjawab :


“Kami Ahlul bait telah Allah pilih untuk kami akhirat lebih dari dunia, kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran sepeninggalanku kelak, sampai datangnya suatu kaum dari sebelah Timur yang membawa bersama mereka panji-panji berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan , tetapi tidak diberikannya. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kemenangan. Lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu, tetepi mereka tidak menerimanya hingga mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yang memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi dipenuhi dengan kedurjanaan. Siapa diantara kamu yang sempat menemuinya, maka datangilah mereka walalupun merangkak di atas salji. Sesungguhnya dialah Al Mahdi.”

Keadilan yang ditegakkan itu secara menyeluruh meliputi setiap aspek seperti politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Telah mengeluarkan Tabrani dalam Al Ausat, dari Ibnu Umar bahwa Nabi SAW telah mengambil tangan Ali dan bersabda :

     “Akan keluar dari sulbi ini pemuda yang memenuhi dunia dengan keadilan (Imam Mahdi). Bilamana kamu melihat yang demikian itu, maka wajib kamu mencari Pemuda dari Bani Tamim, dia datang dari sebelah Timur dan dia adalah pemegang panji-panji Al Mahdi”.(dari kitab Al Hawi lil Fatawa oleh Imam Sayuti)


5. Ketika muncul, dia memakai sorban biru (The Blue Turban).  
Oleh kerana pemimpin tersebut adalah seorang pejuang Islam yang amat cinta kepada Rasulullah SAW, pastilah segala sunnah Rasul itu diperjuangkannya. Tidak mungkin seorang pejuang Islam tidak bersorban seperti Rasulullah SAW. Walaupun sekarang ini, amalan sunnah seperti bersorban itu telah dijelek-jelekan oleh orang.

 Disebutkan tentang warna sorban, sebenarnya banyak hadits menyebut tentang sorban pemimpin ini, baik secara khusus ataupun secara umum. Khususnya di dalam kitab Jamiussoghir karangan Imam As Sayuti. Ketika kemunculannya hanya dia seorang yang memakai sorban berwarna biru di dunia ini. Mungkin sorban biru itu tidak selalu dipakainya, cuma sekali-sekali saja. Namun begitu, ini sudah cukup menjadi bukti bahwa hanya beliau seorang yang sanggup memakai sorban biru. Ulama lain ketika itu, terutama ulama fiqih, sudah tidak sanggup lagi meletakkan sorban di atas kepala sebagai pakaian harian, apalagi untuk memakai sorban yang berwarna biru atau hijau.

 Berat juga pernyataan dari Nostradamus ini merujuk kepada pemakaian sorban berwarna biru ketika zahirnya Pemuda Bani Tamim ini dengan mendapat kekuasaan di dunia sebelah Timur itu. Maknanya, sorban warna biru itu dipakainya ketika beliau pertama kali mendapat kuasa di negeri sebelah Timur dan ketika diberikan baiat oleh sekalian manusia. Mungkin begitulah yang dimaksudkan sorban biru oleh Nostradamus.

6. Dia merayakan hari Khamis sebagai hari istimewa bagi dirinya.  
Ini suatu yang tidak lazim bagi kebanyakan umat Islam ketika itu, di seluruh dunia termasuk oleh para ulamanya. Maksudnya di sini adalah, hari Khamis malam Jumaat. Malam yang lazimnya orang-orang Islam membaca Surah Yasin selepas Maghrib di masjid, di musholla atau di rumah. Beliau menjadikannya istimewa kerana pada malam Jumaat itulah, beliau akan memperbanyak zikir, doa dan sebagainya seolah-olah orang yang menyambut malam yang besar. Mungkin maksudnya beliau menjadikan malam Jum’at itu sebagai masa untuk membaca solawat dan mengamalkan zikrullah sehingga jadilah malam Jum’at itu sangat istimewa bagi dirinya.

 Dan memang begitu keadaannya, bagi para solihin dan wali-wali sejak zaman para sahabat hingga kini, mereka menjadikan hari Khamis malam Jumaat sebagai satu hari raya dan malam berpesta-pesta amal dan taqarrub kepada Allah. Itulah maksud sebenarnya yang dikatakan oleh tokoh peramal Barat yang terkenal, Nostradamus, dengan kenyataan bahawa, beliau menjadikan hari Khamis sebagai hari istimewa bagi dirinya. Maksudnya di sini juga, umat Islam ketika itu sudah semakin jauh meninggalkan ajaran agamanya sendiri, sehingga hari Kamis malam Jumaat yang mulia itupun sudah dianggap tiada perbezaan dari hari-hari dan malam-malam lainnya.

 Tahun yang disebut iaitu tahun 2000 Masihi telah tiba. Sebagai orang yang beriman dengan hadith, sepatutnya kita peka dengan perkara ini. Di mana, ketika ini pihak musuh Islam jauh lebih peka berbanding umat Islam, maklumlah mereka dijanjikan untuk menerima kekalahan. Sedangkan bagi umat Islam, telah dijanjikan kemenangan. Hanya yang perlu, penuhi jiwa dengan iman dan taqwa, serta berusahalah untuk mendapatkan pimpinan dari pemimpin yang dimaksudkan itu.

Dari Tsauban R.A, dia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW, akan datang Panji Panji Hitam dari sebelah Timur, seolah olah hati mereka kepingan kepingan besi. Barangsiapa mendengar tentang mereka, hendaklah datang kepada mereka dan berbaiatlah kepada mereka sekalipun merangkak diatas salju.(dikeluarkan dari Al Hasan bin Sofyan dari Al hafiz Abu Nuaim) (dari kitab Al Hawi lil fatawa oleh Imam Sayuti) (Riwayat Al-Hafiz Abu Naim)”.


ISLAM MASUK NUSANTARA

Sebelum Islam masuk, Nusantara adalah daerah
beragama hindu-buddha dan menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Lalu datanglah beberapa gelombang wali-wali yang langsung berasal dari timur tengah. Banyak ditemukan di beberapa negeri makam para wali-wali.
Jika kita perhalusi dan mengkaji lagi setelahdijajah oleh penjajah saat itu yang salah satu misinya adalah mengkafirkan umat Islam di Nusantara. Apakah bukti  saya mengatakan tujuan mereka adalah mengkafirkan penduduka nusantara ?

buktinya berdasarkan misi 3G (Gold, Glory , Gospel ) Gold merujuk kepada untuk mengaut segala hasil bumi dan kekayaan Tanah Melayu dan Nusantara  dan dibawa pulang ke negara mereka, Glory merujuk kepada kemegahan mereka sebagai sebuah kuasa yang akan mentamadunkan masyarakat  rantau melayu yang mundur. manakala Gospel  pula merujuk kepada misi mereka untuk mengkristiankan dan mengkafirkan umat islam di rantau alam melayu. tetapi ternyata umat Islam dia Asia Tenggara tidak dapat di musnahkan, malah semakin membesar. Hal ini tidak terjadi di Afrika. Penjajahan di Afrika dapat mengubah agama di sana yang semula Islam menjadi bukan Islam.

Mengapa hal itu terjadi? Mengapa para wali atau yang disebut oleh ahli sejarah sebagai pedagang dari Hujarat itu datangnya ke Tanah Air, tidak ke China, ke Rom, atau Persia yang waktu itu menjadi Empayar kekuasaan dunia. Jawabannya adalah kerana mereka menagih janji Tuhan melalui Rasulullah SAW bahwa Islam akan bangkit untuk kedua kalinya di bumi sebelah Timur. Hati mereka digerakan oleh Tuhan untuk mempersiapkan timur ini. Kita adalah orang Timur. Sebenarnya ini adalah kasih sayang Tuhan kepada kita. Hanya Melayulah bangsa yang belum pernah memegang kekuasaan dunia. Tetapi Tuhan menjanjikannya melalui Kebangkitan Islam kedua..

Wallahualam . 

KH. Ahmad Dahlan: Melawan Freemasonry dan Zionis


Kampung Kauman, Yogyakarta, pada masa lalu dikenal sebagai basis santri, ulama, dan kaum ningrat. Masyarakatnya dikenal religius dan santun.
Kata Kauman, menurut sejarawan dari Universitas Gadjah Mada, Adaby Darban, berarti “Tempat Para Penegak Agama”.

Di kampung ini berkumpul para ulama, penghulu keraton dan para ketib masjid. Keberadaan Masjid Gede Kauman yang didirikan pada 1773 menjadi bukti sejarah identitas Kauman hingga kini.

Kampung Kauman pada masa lalu juga memiliki hubungan yang erat dengan kampung-kampung lain yang menjadi basis para santri di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Di Kampung Kauman inilah, Muhammad Darwis bin KH Abu Bakar bin KH Sulaiman dilahirkan. Muhammad Darwis yang belakangan berganti nama menjadi KH Ahmad Dahlan dilahirkan pada tahun 1868.

 

Garis keturunannya adalah para ulama di lingkungan keraton. Ayahnya seorang khatib di Masjid Agung Kesultanan Yogyakarta. Sedangkan ibunya, Siti Aminah, adalah putri dari seorang penghulu Kesultanan Yogyakarta. Silsilah keluarga Dahlan sendiri sampai kepada Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M/882 H) yang juga dikenal sebagai salah satu dari sembilan wali.
Sebagai anak yang lahir di lingkungan ulama dan keraton, maka pada usia 23 tahun, Dahlan muda sudah menunaikan ibadah haji ke Makkah. Ia berangkat ke Tanah Suci, bahkan sambil menimba ilmu di sana.

Di Makkah Al-Mukarramah inilah ia banyak membaca kitab, terutama kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama pembaru yang kemudian dikenal sebagai penggerak harakah at-tajdid (gerakan pembaruan).


Di Makkah Al-Mukarramah pula, Ahmad Dahlan berkenalan dengan ide-ide Pan-Islamisme yang saat itu marak diperbincangkan, karena upaya dominasi Kristen-Barat yang berusaha menguasai negeri-negeri Islam, khususnya pasca jatuhnya Khilafah Utsmaniyah di Turki.
Karenanya, Ahmad Dahlan ketika itu banyak bersentuhan dengan tulisan-tulisan Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, dan Jamaluddin Al-Afghani. Bahkan, Ahmad Dahlan pula yang membawa Majalah Al-Urawatul Wutsqa dan Al-Manar yang ia ‘selundupkan’ lewat perjalanan via kapal yang merapat di Pelabuhan Tuban, Jawa Timur.

Pemikiran-pemikiran dalam majalah-majalah dan buku bacaan yang dibawa Kiai Dahlan dari Timur Tengah itulah yang kemudian banyak mempengaruhi pemikirannya terutama dalam bidang tajdid (pembaruan), sehingga Muhammadiyah yang dibidani oleh Kiai Dahlan disebut sebagai Harakah at-Tajdid (Gerakan Pembaruan).

Pada saat itu, bacaan-bacaan dari Timur Tengah dilarang, karena dianggap oleh Belanda membawa ajaran Pan-Islamisme yang menyuarakan penentangannya terhadap penjajahan di negara-negara Muslim.

Dalam pertemuan tahunan ibadah haji di Tanah Makkah, tokoh-tokoh Islam dari berbagai belahan dunia, termasuk dari Nusantara, membincangkan upaya untuk menyelamatkan negeri-negeri Muslim dari kolonialisme negara-negara kafir. Kiai Ahmad Dahlan terlibat dalam ide-ide itu selama mukim di Makkah.

J. Vredebregt dalam tulisan berjudul ”The Hadji” seperti dikutip W. Poespoprodjo menyatakan bahwa kontak langsung dengan Arabia mengalirkan pemikiran-pemikiran ke Indonesia. ”Udara” Asia Barat (Timur Tengah) menghembuskan sikap-sikap baru pada orang Jawa, yakni sebutan bagi orang-orang Nusantara yang melaksanakan ibadah haji.

Arabia tak hanya menjadi tempat berkumpul dan bersatunya umat Islam yang naik haji pada masa itu, tetapi tempat berkumpulnya para ahli-ahli politik dari berbagai dunia Islam, untuk saling bertemu dan berembuk soal politik dan rencana-rencana mereka.

Di Makkah juga mereka mengadakan konsultasi dan saling meminta nasihat, kemudian pulang dengan semangat baru untuk melawan penjajahan yang dilakukan para penjajah Kristen.

Kontak langsung dengan Arabia melalui pertemuan dalam ibadah haji di Makkah menimbulkan ketakutan tersendiri bagi penjajah terhadap munculnya fanatisme yang digerakkan lewat usaha-usaha membangun persaudaraan Muslim dunia.

Karena itu, usaha menghalang-halangi orang pribumi untuk melaksanakan ibadah haji dilakukan lewat Ordonansi Haji (Peraturan Haji). Larangan berhaji juga diberlakukan untuk para Pangreh Pradja, Sultan, regent, dan elit-elit penguasa lokal lainnya.

Karenanya, tak heran jika elit-elit di Jawa pada masa lalu, terutama mereka yang berasal dari keraton dan priayi yang menjadi kepanjangan tangan kolonial, tak ada yang melaksanakan ibadah haji.



Gerakan Boedi Oetomo

Sepulang dari Makkah, KH Ahmad Dahlan bergabung dalam organisasi Boedi Oetomo pada 1909. Namun keberadaanya dalam organisasi yang berada dalam pengaruh kuat Gerakan Freemason ini tak lama. Kiai Dahlan melihat Boedi Oetomo tak mempunyai kepedulian terhadap Islam. Para aktivisnya ketika itu lebih kental mengamalkan kebatinan, dibandingkan menjalankan ajaran-ajaran Islam.

Sejak awal berdiri, Boedi Oetomo sudah didekati oleh kelompok Freemason, yang pada masa lalu disebut oleh orang Jawa sebagai “Gerakan Kemasonan”. Ketua pertama Boedi Oetomo, Raden Mas Tirtokoesoemo, adalah seorang Mason, begitu pun ketua-ketua selanjutnya. Gerakan
Boedi Oetomo menjadi Gerakan Kebangkitan Bangsa

Selama di Boedi Oetomo, Kiai Dahlan pernah berupaya mengadakan pengajian keislaman, namun usaha itu ditolak oleh para anggota lainnya yang kebanyakan para penganut kejawen.



Kiai Dahlan juga gencar melakukan dakwah kepada tokoh-tokoh lain di kalangan Kemasonan dan Kristen, seperti Dirk van Hinloopen Labberton (Tokoh Theosofi-Freemasonry) dan Van Lith (Tokoh Katolik Serikat Jesuit), juga dikalangan elit keraton Jawa seperti Ki Ageng Soerjomentaram.

Pada masa itu, kelompok kebatinan-kejawen dan sekular seperti para aktivis Boedi Oetomo memang seringkali menyerang ajaran-ajaran Islam. Bahkan, pelecehan terhadap ajaran Islam dilakukan secara terbuka lewat rapat-rapat umum (openbare) dan media massa.

Inilah yang juga menjadi keprihatinan Kiai Dahlan, sehingga ketika ramai-ramainya Nabi kaum Muslimin dihina oleh kelompok tersebut, KH Ahmad Dahlan bersama para tokoh Islam lainnya terlibat dalam organisasi Tentara Kandjeng Nabi Muhammad yang bertujuan membela kemurnian Islam.

Sebagai seorang Muslim yang berilmu, KH Ahmad Dahlan pada waktu itu sangat prihatin dengan maraknya sekolah-sekolah netral (neutrale school) yang bercorak netral agama dan mendapat dukungan pemerintah kolonial Belanda.

Selain itu, ia juga prihatin dengan menjamurnya sekolah-sekolah yang dikelola oleh misi Kristen dan kelompok Freemasonry. Ia khawatir, banyak anak-anak Muslim yang masuk dalam sekolah tersebut sehingga rusak akidahnya. Ia juga miris dengan banyaknya kaum Muslimin yang masih hidup dalam kekurangan, sehingga hanya berpikir bagaimana bisa makan, tanpa memikirkan pendidikan dan masa depan.

Keprihatinan KH Ahmad Dahlan terekam dalam penelitian yang dilakukan oleh sejarawan senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Abdurrachman Surjomihardjo dalam buku “Kota Yogyakarta Tempoe Doeloe”.

Dalam buku ini, dijelaskan keprihatinan KH Ahmad Dahlan dengan tumbuh suburnya pendidikan netral bercorak barat, yang dikelola oleh Gerakan Kemasonan.

Selain itu, ia juga prihatin dengan maraknya sekolah-sekolah Kristen yang mendapat subsidi pemerintah Belanda, yang kerap melakukan upaya kristenisasi. Semua sekolah-sekolah ini, selain mendapat dukungan pemerintah kolonial, juga mendapat dukungan elit pemerintahan setempat yang kebanyakan sudah berada dalam pengaruh Gerakan Kemasonan (Freemasonry).


Dukungan pemerintah kolonial terhadap sekolah-sekolah milik Gerakan Kemasonan dan Kristen adalah upaya untuk mendirikan sekolah pribumi yang mampu bersaing dengan pesantren yang menjadi basis pendidikan umat Islam.

Tujuan pendidikan netral yang didirikan oleh Gerakan Kemasonan dan menjamurnya sekolah-sekolah Kristen tak lain adalah upaya mematikan peran pesantren.

Pendidikan netral bertujuan menumbuhkan jiwa loyalitas masyarakat pribumi terhadap pemerintah kolonial atau mengubah anak-anak elit Jawa menjadi ”bangsawan holland denken” (bangsawan yang berorientasi kebelandaan).
Karena itu, untuk mendapatkan kaki tangan yang setia bagi pemerintah kolonial dalam bidang pemerintahan dan jaksa, dibuatlah sekolah pamong praja, Opleiding School voor Indische Ambtenaren (OSVIA).

Karena prihatin dengan sekolah-sekolah yang membawa misi anti-Islam itu, KH Ahmad Dahlan kemudian mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada 18 November 1912, yang secara tegas menonjolkan identitas keislamannya.

Muhammadiyah mempunyai tujuan: Pertama, ”Menjabarkan pengadjaran Igama Kandjeng Nabi Muhammad sallallahu Alaihi Wasallam kepada pendoedoek boemipoetra di dalam residentie Djokjakarta”. Kedua, ”Memadjukan hal Igama anggauta-anggautanya”.





Sebab-sebab berdirinya Muhammadiyah selain faktor internal, yaitu umat Islam tidak lagi memegang teguh tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan merajalelanya kemusyrikan, juga disebabkan faktor eksternal, yaitu kesadaran akan bahaya yang mengancam akidah umat Islam yang disebabkan oleh upaya Kristenisasi yang marak saat itu.

Faktor eksternal lainnya adalah, merebaknya kebencian di kalangan intelektual saat itu yang menganggap Islam sebagai ajaran kolot, tidak sesuai zaman. Dan yang terpenting dari sebab berdirinya Muhammadiyah adalah upaya untuk membentuk masyarakat dimana di dalamnya benar-benar berlaku ajaran dan hukum Islam.



Berdirinya Muhammadiyah sebagai bentuk perlawanan 

Dengan berdirinya Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan dan beberapa aktivis Islam lainnya berusaha melakukan dakwah dalam bidang pengajaran dan membendung usaha-usaha Kristenisasi yang didukung oleh pemerintah kolonial lewat kebijakan Kerstening Politiek (Politik Kristensiasi) yang dimulai pada tahun 1910 oleh kelompok konservatif di Nederland dan dilaksanakan oleh Gubernur Jenderal A.W.F Idenburg.

Di antara kebijakan Kerstening Politiek adalah dikeluarkannya ”Sirkuler Minggu” dan ”Sirkuler Pasar” oleh Gubernur Jenderal pada 1910. SirkulerMinggu menegaskan bahwa tidak patut mengadakan perayaan kenegaraan pada hari Minggu. Kegiatan pemerintahan pada hari Minggu diliburkan. Sirkuler Pasar melarang diadakannya hari pasaran pada hari Minggu.

Kebijakan ini berlanjut sampai hari ini, sehingga di Indonesia yang mayoritas Muslim, hari liburnya itu Minggu, bukan hari Jumat. Inilah di antara keberhasilan Politik Kristenisasi.

Kiprah KH Ahmad Dahlan dalam membendung arus Kristenisasi dan Gerakan Freemasonry juga dijelaskan oleh Dr. Alwi Shihab dalam disertasinya yang kemudian dibukukan dan diberi judul “Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia”.


Alwi menjelaskan, bahwa Freemasonry di Indonesia digerakkan oleh orang-orang Kristen yang sadar diri dan sangat peduli terhadap penyebaran Injil. Mereka melakukan upaya Kristenisasi, termasuk tentu saja mempropagandakan ajaran-ajaran Freemasonry.

Alwi Shihab memaparkan, ”Lembaga ini (Freemason, pen) telah berhasil menggaet berbagai kalangan Indonesia terkemuka, dan dengan demikianmempengaruhi berbagai pemikiran berbagai segmen masyarakat lapisan atas… Merasakan bahwa perkembangan Freemasonry dan penyebaran Kristen saling mendukung, kaum Muslim mulai merasakan munculnya bahaya yang dihadapi Islam… Dalam upayanya menjaga dan memperkuat iman Islam di kalangan Muslim Jawa, (Ahmad) Dahlan bersama-sama kawan seperjuangannya mencari jalan keluar dari kondisi yang sangat sulit ini. Untuk menjawab tantangan ini, lahirlah gagasan mendirikan Muhammadiyah. Dari sini, berdirinya Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dari keberadaan dan perkembangan pesat Freemasonry.”


Selain jawaban terhadap upaya Gerakan Kemasonan dan Kerstening Politik, berdirinya Muhammadiyah juga sebagai respon dari berbagai pelecehan terhadap Islam yang dilakukan oleh para aktivis kebangsaan yang tergabung dalam Boedi Oetomo.

Dengan bahasa sindiran, Muhammadiyah menyatakan, ”Jika agama berada di luar Boedi Oetomo, maka sebaliknya Politik berada di luar Muhammadiyah.” Demikian khittah perjuangan Muhammadiyah pada awal-awal berdirinya.

Begitulah kiprah perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam membendung Kristenisasi dan Freemasonry di Indonesia, dengan mendirikan lembaga pendidikan yang bercorak Islam.

Sudah sepatutnya, generasi pewaris perjuangan KH Ahmad Dahlan saat ini, yang menjadi kader Persyarikatan Muhammadiyah, meniru ketegasan ulama tersebut, terutama dalam mencegah upaya-upaya kelompok yang merusak akidah! 


Freemason dan Yahudi di Indonesia, Jejak Langkah

Sungguh terkejut, ternyata organisasi Freemason (Tarekat Mason Bebas)-organisasi rahasia Yahudi- itu telah bercokol lama di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda, bahkan salah satu tokoh utama Freemason ini adalah tokoh-tokoh yang dianggap sebagai tokoh pergerakan nasional. Penampakan Freemason ini pada awalnya mengibarkan propaganda sebagai sebuah organisasi yang menjunjung tingi nilai-nilai kemanusiaan.
Kita dapat simak dalam salah satu anggaran dasar dari Freemason di Indonesia ini:
“Tarekat Mason Bebas adalah pandangan hidup jiwa yang timbul dari dorongan batin, yang mengungkapkan dirinya dalam upaya berkesinambungan untuk mengembangkan semua sifat roh dan hati nurani, yang dapat mengangkat manusia dan umat manusia ke tingkat susila dan moral yang lebih tinggi. Ia terapkan dalam pelaksanaan seni hidup yang lebih tinggi.” (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 5).
Selanjutnya Freemason ini meluaskan sayap-sayapnya di berbagai elemen masyarakat untuk dapat menyebarkan paham-paham terselubung dari agama Yahudi ke berbagai lapisan masyarakat. Freemason ini tak lupa juga menyisipkan ritual-ritual islam di dalam pengajaran dari freemason. Kita dapat saksikan dalam kutipan berikut ini:
“Situasi yang baru sama sekali tercipta ketika muncul anggota-anggota Indonesia (dan Tionghoa) di loge-loge. Pakaian tradisional dari kalangan elit Jawa, penggunaan Al Quran sebagai Kitab Suci pada pertemuan-pertemuan formal di Rumah Pemujaan…memberikan wajah baru kepada kegiatan-kegiatan loge.” (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 28).
Loge dan Rumah Pemujaan yang dimaksud pada kutipan diatas bukanlah masjid maupun gereja, merupakan sebuah tempat pertemuan anggota Freemason Indonesia untuk mengadakan pemujaan kepada kepada Yang Maha Terang, yang dalam ritualnya para anggota Mason tersebut membacakan sebuah nyanyian kerohanian. Loge yang pertama kali dibangun di Batavia oleh Albertus van der Parra (1761-1775), yang bernama “La Choisie (Terpilih) atas prakarsa Joan Cornelis Radermacher. Setelah itu di bangun pula pada bulan November 1767 di Batavia sebuah loge baru bernama “La Fidele Sincerite”.

Tahun 1767 pada umunya dianggap sebagai awal kehadiran Tarekat Mason Bebas yang terorganisir di Jawa. Selain melakukan pertemuan di loge-loge, mereka juga kerap melakukan pertemuan rahasia di Amanusgracht (Jl. Kopi/Jl. Bandengan Jakarta) dan di kawasan Molenvliet (Jl. Gajah Mada/ Hayam Wuruk). Selain di kedua daerah diatas, seorang pakar Hukum yang namanya diakui dalam ilmu Hukum Indonesia, yaitu Jacob Van Vollenhoeven, ternyata memainkan peranan penting terhadap pendirian Loge Matahari di Padang pada tahun 1858 yang beberapa bulan sebelumnya pada tanggal 11 Desember 1857 berkumpul dirumahnya untuk me,bahas mengenai pendirian Loge tersebut.

Loge terakhir yang didirikan terakhir sebelum tahun 1890 di Jawa adalah Loge “Veritas” di Probolinggo Jawa Timur.


(selengkapnya baca : http://indonesian-treasury.blogspot.com/2010/10/freemason-dan-yahudi-di-indonesia-jejak.html)

Sumber : 
  1. http://wisbenbae.blogspot.com/2012/11/kh-ahmad-dahlan-melawan-kristenisasi.html
  2. http://indonesian-treasury.blogspot.com/2010/10/freemason-dan-yahudi-di-indonesia-jejak.html
  3. http://indonesian-treasury.blogspot.co.id/2016/09/architects-of-deception-concealed_10.html
 

Monday, 26 January 2015

SYEKH NURJATI

 
SYEKH NURJATI


Pintu gerbang menuju makam Syekh Datuk Kahfi


Syekh Nurjati adalah tokoh perintis dakwah Islam di wilayah Cirebon. Beliau menggunakan nama Syekh Nurjati pada saat berdakwah di Giri Amparan Jati,atau disebut juga dengan nama Gunung Jati.
            Sebelumnya Syekh Nurjati dikenal dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Maulana Idhofi Mahdi. Secara kronologis singkat, Syekh Nurjati lahir di Semenanjung Malaka. Setelah berusia dewasa muda pergi ke mekah untuk menuntut ilmu dan berhaji. Syekh Nurjati pergi ke Bagdad dan menemukan jodohnya dengan Syarifah Halimah serta mempunyai putra putri. Lalu beliau pergi berdakwah sampai di Pesambangan, bagian dari Nagari Singapura (sekarang Desa Mertasinga, Kabupaten Cirebon). Beliau wafat dimakamkan di Giri Amparan Jati.

Syekh Nurjati di Tempat kelahiran nya, pertengahan Abad ke- 14 
      Syekh Nurjati ketika lahir dikenal dengan nama Syekh Datul Kahfi, putra dari Syekh Datuk Ahmad, seorang ulama besar. Syekh Datuk Ahmad putra dari Maulana Isa, yang juga seorang tokoh agama yang berpengaruh pada jamannya. Syekh Datuk Ahmad mempunyai adik yang bernama Syekh Datuk Sholeh, ayahanda dari Syekh Siti Jenar (Abjul Jalil).
       Syekh Datuk Kahfi memiliki dua orang adik, yaitu Syekh Bayanullah yang mempunyai pondok di Mekah, yang kemudian mengikuti jejak kakaknya berdakwah di Cirebon; dan seorang adik wanita yang menikah dengan Raja Upih Malaka.  Lalu dari perkawinan tersebut lahir lah seorang putri yang kelak menikah dengan Dipati Unus dari Demak.


Syekh Nurjati Menuntut Ilmu dan pergi ke Mekah 
            Sehubung dengan lamanya Syekh Nurjati bermukim di Mekah dan menuntut ilmu disana, maka sebagian naskah menyatakan bahwa Syekh Nurjati berasal dari Mekah.


Syekh Nurjati pergi ke Bagdad
            Setelah menuntut ilmu di Mekah, Syekh Nurjati mencoba mengamalkan ilmu yang diperolehnya dengan mengajarkannya di wilayah Bagdad. Di Bagdad Syekh Nurjati menikah dengan Syarifah Halimah, putri dari Ali Nurul Alim. Ali Nurul Alim putra dari Jamaludin al Husain dari Kamboja, yang merupakan putra dari Ahmad Shah Jalaludin, putra Amir Abdullah Khanudin. Jadi, Syekh Nurjati menikah dengan saudara secicit.
            Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai empat orang anak, yakni Syekh Abdurakhman (yang kelak di Cirebon bergelar Pangeran Panjunan), Syekh Abdurakhim(kelak bergelar Pangeran Kejaksan). Fatimah(yang bergelar Syarifah Bagdad), dan Syekh Datuk Kahfid (kadang kadang disebut juga sebagai sosok Syekh Datul Kahfi, sehingga membuat rancu dengan sosok ayahnya sendiri yaitu Syekh Datul Kahfi,atau Syekh Nurjati di beberapa manukrip yang lebih muda umur nya. Keempat anak tersebut dijamin nafkahnya oleh kakak Syarifah Halimah, Syarif Sulaiman yang menjadi raja Bagdad. Syarif Sulaiman menjadi raja di Bagdad keran menikahi putri mahkota raja Bagdad.
            Syekh Nurjati hidup pada abad pertengahan, antara abad 14 – 15 dan pernah bermukim di Bagdad. 
            Di Bagdad Syekh Nurjati hidup dan berumah tangga dan di karuniai empat orang putra putri. Kemudian Syekh Nurjati di utus oleh Raja Bagdad untuk berdakwah di tanah jawa serta menuruti suara hati nuraninya. Seraya memohon petunjuk kepada Allah SWT, Syekh Nurjati bersama istrinya, pergi berkelana untuk berdakwah meninggalkan keempat anaknya yang masih kecil-kecil. Dalam perjalanannya, sampailah Syekh Nurjati di Pelabuhan Muara Jati dengan penguasa pelabuhan bernama Ki Gedeng Tapa/Ki Ageng Jumajan Jati. Sesampainya di pelabuhan Muara Jati, Syarifah Halimah berganti nama menjadi Nyi Ratna Jatiningsih/Nyi Rara Api.


Syekh Nurjati Pergi Berdakwah ke Pesambangan
            Perkampungan yang dekat dengan Pelabuhan Muara Jati disebut Pesambangan. Diceritakan dalam Carita Purwaka Caruban Nagari,dalam Sejarah Banten, juga dalam Naskah Mertasinga, bahwa Syekh Nurjati/Syekh Idofi Mahdi/Syekh Datuk Kahfi, mendarat di Muara Jati setelah pendaratan Syekh Quro dan rombongannya. Syekh Nurjati bersama rombongan dari Bagdad sebanayk sepuluh pria dan dua orang perempuan tiba di Muara Jati. Rombongan ini diterima oleh Penguasa Pelabuhan Muara Jati, Ki Gedeng Tapa/Ki Mangkubumi Jumajan Jati sekitar tahun 1420 M. Syekh Nurjati mendapatkan ijin dari Ki Gedeng Tapa untuk bermukim di daerah Pesambangan, di sebuah bukit kecil yang bernama Giri Amparan Jati.
            Ditempat baru tersebut, Syekh Nurjati giat berdakwah sebagai da’i mengajak masyarakat untuk mengenal dan memeluk agama Islam. Setelah mendengar tentang agama baru itu, orang orang berdatangan dan menyatakan diri nya masuk islam dengan tulus ikhlas. Semakin hari semakin banyak orang yang menjadi pengikut Syekh Nurjati.
            Dalam interaksinya dengan masyarakat sekitar, akhirnya Syekh Nurjati menikah dengan Hadijah. Hadijah adalah cucu Haji Purwa Galuh (Raden Bratalegawa, orang pertama yang pergi berhaji dari jawa barat, yang saat itu masih bernama Kerajaan Galuh), janda dari seorang saudagar kaya raya yang berasal dari Hadramaut. Dengan pria tersebut Hadijah tidak dikaruniai putra, namun setelah pria itu meninggal dunia, Hadijah memperoleh seluruh harta warisan dari suaminya. Setelah suaminya meninggal , Hadijah bersama kedua orang tua nya pulang ke Kerajaan Galuh dan menetap di Dukuh Pesambangan. Harta warisan tersebut digunakan Hadijah bersama suami barunya, yaitu Syekh Nurjati untuk membangun sebuah pondok pesantern yang bernama Pesambangan Jati.
            Pernikahan Syekh Nurjati dengan Hadijah dikaruniai seorang putri yang bernama Nyi Ageng Muara, yang kelak menikah dengan Ki  Gede Krangken.

======
======

Keterkaitan Syekh Quro dengan Syekh Nurjati dan Perkembangan Dakwah di Giri Amparan Jati
            Syekh Quro merupakan utusan Raja Campa. Secara geneologis, Syekh Quro dan Syekh Nurjati adalah sama sama saudara seketurunan dari Amir Abdullah Khanudin generasi keempat. Syekh Quro datang terlebih dahulu ke Amaparan bersama rombongan dari angkatan laut Cina dari Dinasti Ming yang ketiga dengan Kaisarnya, Yung Lo (Kaisar Cheng-Tu). Armada angkatan Laut tersebut dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho alias  Sam Po Tay Kam. Mereka mendarat di Muara Jati pada tahun 1416 M. Mereka semua telah masuk Islam. Armada tersebut hendak melakukan perjalanan melawat ke Majapahit dalam rangka menjalin persahabatan. Ketika armada tersebut sampai di Pura Karawang, Syekh Quro beserta pengiringnya turun. Syekh Quro akhirnya tinggal dan menyebarkan ajaran agama Islam di Karawang. Kedua tokoh ini dipandang sebagai tokoh yang mengajarkan Islam secara  formal yang pertama kali di Jawa Barat, Syekh Quro di Karawang dan Syekh Nurjati di Cirebon.
            Gerakan dakwah mereka berdua dapat terjalin secara harmonis dan berjalan saling membantu satu sama lain. Syekh Quro mengirim orang kepercayaannya yang bergelar Penghulu Karawang, ke Dukuh Pesambangan, terbukti dengan adanya nisan Makam Penghulu Karawang di Amparan Jati.

            Keharmonisan dakwah anatara Cirebon dan Karawang berlanjut dengan :
  1. Cucu Syekh Ahmad dari Nyi Mas Keraton, bernama Musanudin. Kelak Musanudin menjadi lebai di Cirebon, memimpin Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada masa pemerintahan Susuhunan Jati (Sunan Gunung Jati). Sedang Syekh Ahmad merupakan anak dari Syekh Quro dengan Ratna Sondari, putri Ki Gedeng Karawang.
  2. Putri Karawang memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan sebuah masjid di Gunung Sembung yang bernama Masjid Dog Jumeneng/ Masjid Sang Saka Ratu,yang sampai sekarang masih terawat dengan baik.
  3. Pengangkatan juru kunci di situs makam Syekh Quro dikuatkan oleh pihak Keraton Kanoman Cirebon.
Diceritakan pada suatu waktu, Raden Pamanah Rasa (kelak menjadi Sri Baduga Maharaja, Raja Pajajaran, yang dikenal dengan sebutan Prabu Siliwangi) mengadakan perjalanan ke Pondok Pesantren Quro, Pulo Klapa, Telagasari, Karawang, yang dipimpin oleh Syekh Quro (Syekh Mursahadatillah). Dalam pelawatan tersebut Raden Pamanah Rasa jatuh cinta kepada Puteri Subang Keranjang (Subang Larang), santriwati pesantren Syekh Quro, putri Ki Gedeng Tapa dari Singapura. Singapura adalah sebuah negara bagian dari Kerajaan Galuh yang di pimpin oleh Prabu Niskala Wastu Kencana. Raden Pamanah Rasa melamar sang putri dan puteri Subang Karancang bersedia dinikahi dengan syarat Raden Pamanah Rasa masuk Islam dan diperkenankan mendidik keturunannya dengan ajaran Islam.
Dari perkawinan Raden Pamanah Rasa dengan Puteri Subang Keranjang dikaruniai tiga orang putra yaitu Pangeran Walangsungsang, Nyi Mas Ratu Mas Rarasantang dan Pangeran Raja Sengara/ Kean Santang.


Pangeran Walangsungsang dan Nyi Mas Ratu Rarasantang Datang Ke Amparan Jati
            Dikampung Pesambangan, Syekh Nurjati melakukan dakwah Islam. Karena menggunakan cara yang bijaksana dan penuh khidmat dalam mengajarkan agama Islam, maka dalam waktu relatif singkat pengilutnya semakin banyak, hingga akhirnya pengguron kedatangan Pangeran Walangsungsang beserta istrinya Nyi Indang Gelius/ Endang Ayu dan adiknya, Nyi Mas Ratu Rarasantang yang bermaksud ingin mempelajari Islam.
            Mereka adalah Cucu dari syahbandar pelabuhan Muara Jati jalur Ibunya. Kedatangan mereka ke Gunung Jati disamping melaksanakan perintah ibundanya sebelum meninggal, juga bermaksud sungkem kepada eyangnya Ki Gedeng Tapa. Kepergian mereka ke Pangguron Gunung Jati tanpa seizin ayah mereka, Prabu siliwangi. Karena Prabu Siliwangi kembali memeluk agama Budha setelah Nyi Subang Larang meninggal dunia. Tetapi kedua putra putri itu sudah dididik dan diberi petunjuk oleh almarhum ibunya agar memperdalam agama Islam di Pangguron Gunung jati. Akhirnya mereka pun menuntut ilmu dan memperdalam agama Islam, menjadi santri Syekh Nurjati di Pesambangan Jati.
            Syekh Nurjati memberi wejangan tentang agama Islam yang diawali oleh firman Allah yang berbunyi : Yaa ayyuhalladzina aamanu udkhulu fissilmi kaffah ( hai orang orang yang beriman masuklah ke dalam agama Islam secara keseluruhan ). Kemudian ia menjelaskan kandungan pokok ajaran Islam, yakni salat lima waktu, zakat, shaum (puasa), ibadah haji, umrah , perang sabil, ajakan ke arah kebajikan, serta menolak kemunkaran. Selain itu, ia memberikan berbagai macam ilmu, antara lain, ilmu ushuluddin (pokok-pokok agama), ilmu fiqih (aturan hukum keagamaan), dan ilmu tasawuf (penyucian diri).
            Ajaran perang sabil dari Syekh Nurjati, dilaksanakan oleh Pangeran Walangsungsang dalam banyak pertempuran sampai tahun terakhir menjelang kewafatannya.
            Wejangan lain Syekh Nurjati adalah tentang agama Islam dan makna yang terkandung dalam azimat yang telah diperoleh Walangsungsang. Ringkasan ceritanya sebagai berikut :
            Setelah ajaran tentang keimanan diberikan, maka pelajaran secara bertahap terus diberikan. Misalnya pelajaran ilmu fiqih sebagai sarana untuk melaksanakan syariat agama Islam. Pelajaran ini masih dalam taraf yang mendasar sebelum ajaran tentang tarikat, hakikat, dan makrifat. Syekh Nurjati adalah seorang ulama yang menganut mazhab fikiih Imam Syafi’i (Mazhab Syafi’i). Menurut Rama Guru Pangeran Nurbuat, tarekat Syattariah masuk ke wilayah Ciebon dibawa oleh Syekh Nurjati.
            Dari pertemuan dengan Syekh Nurjati, Pangeran Walangsungsang,istri,dan adiknya mendapat anugerah ilmu yang sangat tinggi. Nama Gunung Jati muncul karena cerita pertemuan Pangeran  Walangsungsang dengan Syekh Nurjati di Gunung Jati. Di hadapan Syekh Nurjati, Pangeran Walangsungsang, Nyi Mas Ratu Rarasantang, dan Indang Ayu dengan khusuk menekuni wejangan wejangan yang diterimanya.
            Sebelum menjadi santri Syekh Nurjati, Pangeran Walangsungsang, Nyi Mas Ratu Rarasantang, adiknya, serta Nyi Indang Geulis (istrinya) telah terlebih dahulu berguru kepada para pendeta Budha di beberapa tempat, yang berarti mempelajari ilmu-ilmu di luar ilmu ilmu islam.
            Setelah tiga tahun menuntut ilmu, Pangeran Walangsungsang diberi nama Somadullah oleh Syekh Nurjati. Pada saat memberikan nama Somadullah, Syekh Nurjati memberi nasehat berupa reinterprestasi ajaran-ajaran non- Islam dari para guru Pangeran Walangsungsang sebelumnya, menurut sudut pandangan Islam. Hal ini terungkap pada saat Syekh Nurjati memberikan wejangan kepada tiga orang tersebut.
            Syekh Nurjati bukan saja memberi bekal kehidupan dan hidup sesudah mati pada pada Pangeran Walangsungsang, adik dan istrinya, tetapi ia mampu mengubah kepribadian sang anak raja tersebut menjadi seorang pahlawan yang tidak hanya suka hidup dalam kemewahan sebagai putra raja, tetapi menjadi sosok pribadi pejuang yang saleh dan tangguh. Syekh Nurjati merasa Pangeran Walangsungsang bersama adiknya Nyi Mas Ratu Rarasantang dan istrinya, Nyi Indang Geulis, telah berguru di pengguron Islam Gunung Jati telah memiliki keteguhan iman. Setelah memberi nasehat, Syekh Nurjati memerintahkan Pangeran Walangsungsang, Nyi Mas Ratu Rarasantang dan Nyi Endang Ayu untuk membuka perkampungan baru di selatan Gunung Jati untuk penyiaran agam Islam.


Syekh Nurjati Memerintahkan Pangeran Walangsungsang Membuka Perkampungan
            Setelah menerima wejangan dari Syekh Nurjati dan seizin kakeknya (Ki Gedeng Tapa), Somadullah memilih kawasan hutan di kebon pesisir, di sebelah selatan Gunung Jati, yang disebut Tegal Alang-alang atau Lewah Wungkuk. Dikawasan tersebut ternyata telah bermukim Ki Danusela, adik Ki Danuwarsih (mertua Somadullah).
            Setibanya di tempat tujuan, mereka bertemu dengan seorang lelaki tua bernama Ki Pengalangalang dan mengucapkan kalimat: Lamma waqo ‘tu; ketika saya telah tiba. Ucapan Pangeran Walangsungsang tersebut kemudian menjadi nama Lemah Wungkuk. Ki Pengalangalang menyambut mereka dan mengakui ketiga orang yang datang tersebut anaknya.
            Pada tanggal 14 bagian terang bulan Carita tahun 1367 saka atau Kamis tanggal 8 April tahun 1445 Masehi, bertepatan dengan masuknya penanggalan 1 Muharam 848 Hijriyah, Pangeran Walangsungsang dibantu 52 orang penduduk, membuka perkampungan baru di hutan kebon pesisir.
            Dengan semangat tinggi dan ketekunannya, Pangeran Walangsungsang dapat menyelesaikan perkerjaannya. Setelah selesai pembuatan pendukuhan yang semula Tegal Alang-Alang atau kebon pesisir  diberi nama Caruban Larang dengan kuwu pertama adalah Ki Danusela. Sedangkan Ki Somadullah menjadi pangraksabumi yang bertugas memelihara tanah pemukiman dengan julukan KI Cakrabumi.
            Pangeran Walangsungsang ketika membuka pedukuhan juga mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Pejelagrahan (asal kata dari jala-graha yang artinya rumah diatas laut).
            Seusai membangun pedukuhan, Syekh Nurjati menemui Pangeran Walangsungsang di kebon pesisir, kemudian menyarankan Pangeran Walangsungsang dan Nyi Mas Ratu Rarasantang untuk pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji dan disarankan terlebih dahulu menemui Syekh Ibrahim di Campa. Keduanya menuruti nasehat Syekh Nurjati dan berhasil bertemu Syekh Ibrahim di Campa.
            Di Campa Pangeran Walangsungsang dan Nyi Mas Ratu Rarasantang menerima wejangan dari Syekh Ibrahim, selnjutnya Syekh Ibrahim menyuruh keduanya untuk melanjutkan perjalanan ke Mekah. Selama di Mekah, keduanya tinggal di pondok Syekh Bayanullah, adik Syekh Nurjati dan berguru kepada Syekh Abuyazid.
            Setelah berhaji, Nyi Mas Ratu Rarasantang bergelar Nyi Haji Syarifah Mudaim dan Pangeran Walangsungsang bergelar Haji Abdullah Iman. Akhirnya Nyi Mas Ratu Rarasantang dipersunting oleh Raja Mesir, Maulana Sultan Mahmud/ Syarif Abdullah.
            Syarif  Mudaim berharap dapat melahirkan anak yang bisa mengislamkan tanah Jawa. Hasil pernikahan ini lahir lah Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Syarif Nurullah meneruskan memimpin kerajan ayahandanya, sementara Syarif Hidayatullah berniat mensyiarkan Islam di tanah Jawa.


Syekh Bayanullah (adik Syekh Nurjati) Mendirikan Pondok Pesantren Quro di Kuningan 
            Syekh Bayanullah tiba di Cirebon bersama Syekh Bentong (putra Syekh Quro Karawang) setelah menunaikan ibadah haji. Syekh Bayanullah mendirikan Pondok Pesantren Quro di Desa Sidapurna, Kuningan, setelah menikah dengan Nyi Wandasari, putri Surayana, pengusa Sidapurna. Surayana adalah putra Prabu Niskala Watu Kancana dari istri ketiganya. Dari perkawinan itu lahirlah Maulana Arifin. Maulana Arifin kelak berjodoh dengan Ratu Selawati, penguasa Kuningan, bernama Ratu Selawati adalah adik Jayaraksa (Ki Gedeng Luragung) serta kakak Bratawijaya (Arya Kemuning). Meraka adalah cucu Sri Baduga Maharaja yang kelak di-Islamkan oleh uwaknya Pangeran Walangsungsang. Pernikahan Maulana Arifin dengan Ratu Selawati dikarunia putri Nyi Mas Kencanawati yang menikah dengan Suranggajaya yang dikenal sebagai Adipati Kuningan


Kedatangan PangeranPanjunan
            Bagian ini diselingi oleh cerita Sultan Sulaeman di Negeri Bagdad yang dilanda kegundahan karena anaknya yang bernama Syarif Abdurrahman dan adik-adiknya, Syarif Abdurrakhim, Syarif Bagdad, dan Syarif Khafid mempelajari Tasawuf yang tidak disukai oleh Sultan Sulaeman dan suka bermain rebana, yang kelak menjadi cikal bakal kesenian Brai di Cirebon.
            Syarif Abdurrakhman yang diusir ayahnya dari Bagdad melakukan perjalanan ke Cirebon sesuai dengan saran gurunya, Syekh Juned. Ia ditemani oleh tiga adiknya dan 1.200 pengikutnya yang di angkut dengan empat buah kapal. Akhirnya mereka tiba di Caruban. Setibanya di Caruban, mereka langsung menghadap Pangeran Walangsungsang Cakrabuana dan meminta izin untuk tinggal di Caruban. Kemudian diizinkan dan ditempatkan di daerah Panjunan dan Syarif Abdurrakhman ini dikenal dengan sebutan Pangeran Panjunan. Di tempat tersebut, Pangeran Panjunan bersama para wali mendirikan sebuah masjid yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Merah Panjunan.
            Pangeran Panjunan merupakan putra pertama dari Syekh Nurjati. Beliau menetap di daerah Panjunan dan mengembangkan industri gerabah di daerah tersebut. Pangeran Panjunan kemudian mendirikan Pesanggrahan Dakwah di Wringin Pitu (daerah Plangon Sumber, Kabupaten Cirebon) samapi akhir hayatnya dan dimakamkan di daerah tersebut.
            Sedangkan Syarif Abdurrakhim, putra kedua Syekh Nurjati, bertempat tinggal di Kejaksan dan bergelar Pangeran Kejaksan serta membuat masjid di tempat tersebut.
            Mereka bertemu ayahandanya, Syekh Nurjati di Gunung Jati. Syarif Khafid dan Syarif Bagdad menetap di Gunung Jati. Syarifah Bagdad kelak menikah dengan Syarif Hidayatullah dan menjadi sekretaris pribadi dalam hal masalah keagamaan sehingga bergelar Nyi Mas Penatagama Pesambangan yang sangat alim dan berakhlak mulia, sehingga Sunan Gunung Jati sangat mencintainya dan putra nya diangkat menjadi mahkota.  Namun kedua putra nya baik Pangeran Jaya Kelana maupun Pangeran Brata Kelana, meninggal/ syahid dalam usia muda.


Wejangan Syekh Nurjati kepada Syarif Hidayatullah dan Para Wali
            Setelah berkelana menemui para wali di Jawa, Syarif Hidayatullah pada tahun 1475 mendarat di Amparan Jati dan menemui uwaknya (Pangeran Walangsungsang) yang pada saat itu menjadi kuwu Cirebon. Uwaknya sangat gembira atas kedatangan keponakannya tersebut dan mendukung niatnya. Tetapi sebelumnya Pangeran Walangsungsang memberi nasehat agar sebelum melakukan syiar Islam, terlebih dahulu menemui Ki Guru,  yakni Syekh Nurjati di Gunung Jati. Syarif Hidayat agar meminta nasihat dan petunjuk, bagaimana dan apa yang harus dilakukan. Akhirnya, mereka berdua berangkat menuju Gunung Jati menemui Syekh Nurjati selama tiga hari tiga malam.
            Syekh Nurjati adalah tokoh utama penyebar agama Islam yang pertama di Cirebon. Tokoh yang lain adalah Maulana Magribi, Pangeran Makdum, Maulana Pangeran Panjunan, Maulana Pangeran Kejaksan, Maulana Syekh Bantah, Syekh Majagung, Maulana Syekh Lemah Abang, Mbah Kuwu Cirebon (Pangeran Cakrabuana), dan Syarif Hidayatullah. Pada suatu ketika mereka berkumpul di Pasanggrahan Amparan Jati, dibawah pimpinan Syekh Nurjati. Mereka semua muri-murid Syekh Nurjati. Dalam sidang tersebut Syekh Nurjati berfatwa kepada murid-muidnya :
            “Wahai murid-murid ku, sesungguhnya masih ada suatu rencana yang sesegera mungkin kita laksanakan, ialah mewujudkan atau membentuk masyarakat Islamiyah. Bagaimana pendapat para murid semuanya dan bagaimana pula caranya kita membentuk masyarakat islamiyah itu?”.
            Para murid dalam sidang mufakat atas rencana baik tersebut. Syarif Hidayatullah berpendapat bahwa untuk membentuk masyarakat islam sebaiknya diadakan usaha memperbanyak tabligh di pelosok dengan cara yang baik dan teratur. Pendapat ini mendapat dukungan penuh dari sidang, dan disepakati segera dilaksanakan. Sidang inilah yang menjadi dasar dibentuknya organisasi dakwah dewan Wali Songo.
            Sebelum meninggal dunia, Syekh Nurjati berwasiat kepada anak bungsunya, Syekh Khafid, “Ana sira ana ingsun” , yang artinya ada kamu ada saya. Maksudnya adalah Syekh Nurjati berperan bahwa Syekh Khafid adalah pengganti Syekh Nurjati apabila berhalangan. Wasiat inilah yang memperkuat anggapan bahwa seolah-olah Syekh Datuk Khafid adalah orang yang sama dengan Syekh Datul Kahfi.
            Beberapa saat kemudian Syarif Hidayatullah menggantikan Syekh Datuk Kahfi/ Syekh Nurjati yang meninggal dunia. Syarif Hidayatullah ketika menggantikan kedudukan sebagai Guru dan da’i di Amparan Jati diberi julukan Syekh Maulana Jati, di singkat Syekh Jati.
            Semasa hidupnya Syekh Nurjati senantiasa mengamati setiap santri yang akan meninggal Pangguron, dengan perkataan “settana” artinya berpegang teguhlah semua pelajaran yang diperoleh dari pengguron Islam Gunung Jati.


Gapura Bersayap di Pintu Makam Syekh Nurjati
            Syekh Nurjati meninggal dan dimakamkan di Gunung Jati. Sedangkan Syarif Hidayatullah meninggal di Gunung Jati sehingga disebut Sunan Gunung Jati, namun dimakamkan di Gunung Sembung, sebelah barat Gunung Jati.
            Gapura bersayap di pintu makam Syekh Nurjati adalah sebagai penanda masuknya agama Islam di Cirebon. Model gapura ini merupakan salah satu karya adi luhung orang Cirebon, pada awal abad ke 15 – 17 Masehi.
            Pintu yang ada di gapura bersayap Syekh Nurjati ini dapat melambangkan kematian. Artinya maut adalah gerbang yang akan dilalui oleh setiap manusia(ruh) unutk mencapai kehidupan berikutnya yang abadi. Pemaknaan pintu sebagai lambang kematian merupakan gambaran  yang sangat tepat dan sesuai dengan pribahasa Arab yang berbunyi “ al mautu babun wa kullunaasi dakhiluhu” , maut adalah pintu dan setiap orang akan memasukinya.
            Jika pintu bermakna kematian, maka gapura bersayap bisa menjadi makna perlambangan bagi Malaikat Izrail. Artinya, kematian bisa disebut kematian yang sesungguhnya jika ruh seseorang sudah dibawa malaikat Izrail dan menurut Al Quran bahwa para malaikat itu bersayap.


Sumur Jalatunda
            Di pasembangan terdapat dua sumur tua peninggalan Syekh Nurjati, Yakni sumur Jalatunda dan sumur Tegangpati. Sumur diartikan sebagai kirata basa : seumur atau sepanjang kehidupan. “jala” dari bahasa Arab “jalla” yang artinya luhur atau agung, dan “tundha” yang artinya titipan, sedankan “tegangpati”  berarti serah jiwa.


Nama-nama Tokoh yang Dimakamkan di Gunung Jati bersama Syekh Nurjati
            Tercatat beberapa makam tokoh-tokoh penting cirebon diantaranya :
  1. Syekh Nurjati (Syekh Datul Kahfi)
  2. Syekh Siti Jenar
  3. Tentara Putri Ong Tin 
  4. Ki Gedeng Jati
  5. Penghulu Karawang
  6. Pangeran Jaya Sampurna
  7. Ki Jaka Tawa
  8. Dewi Rara Panas
  9. Syekh Tolhah
  10. Letjen (Purn) Ismail Saleh

KESIMPULAN
            Dalam kegiatan observasi ini dan penulisan karya ilmiah ini kami dapat mengetahui tentang sejarah perkembangan islam di cirebon dan sejarah tentang Syekh Nurjati. Adapun kesimpulan lainnya sebagai berikut.
  1. Syekh Nurjati adalah tokoh perintis dakwah islam di wilayah Cirebon.
  2. Syekh Nurjati adalah seorang tokoh agama islam yang berdakwah di Giri Amparan Jati merupakan fakta sejarah bukan tokoh fiksi.
  3. Pembuktian keberadaan Syekh Nurjati menggunakan bukti sekunder dan ingatan kolektif masyarakat serta bukti arkeologis di sekitar makam Syekh Nurjati.

SARAN
            Agar melalui buku ini dapat masyarakat dapat mengetahui sejarah tentang Syekh Nurjati dan Sunan Gunung Jati , serta dapat mensosialisasikan tentang sosok Syekh Nurjati. Dan agar masyarakat tidak salah persepsi tentang Syekh Nurjati


DAFTAR PUSTAKA
Drh. H. R. Bambang Irianto, BA dan Dra. Siti Fatimah, M.hum. 2009. Syekh Nurjati (Syekh Datul Kahfi) perintis Dakwah dan Pendidikan. Cirebon : Zulfana Cirebon

Wikipedia

Search results

AddThis

Bookmark and Share

Facebook Comment

Info Archive

Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Arief Natadiningrat :

"Kami berharap, negara ini tidak melupakan sejarah. Dulu sebelum kemerdekaan Bung Karno meminta dukungan keraton untuk bisa membuat NKRI terwujud, karena saat itu tak ada dana untuk mendirikan negara. Saat itu keraton-keraton menyerahkan harta yang mereka punya untuk kemerdekaan negara ini,"

http://nasional.kompas.com/read/2010/12/05/1725383/Para.Sultan.Dukung.Keistimewaan.Yogya

THE FSKN STATMENT IN SULTANATE OF BANJAR : SESUNGGUHNYA KETIKA RAJA - RAJA MEMBUAT KOMITMENT DGN BUNG KARNO DALAM MENDIRIKAN REPUBLIK INI , SEMUA KERAJAAN YG MENYERAHKAN KEDAULATAN DAN KEKAYAAN HARTA TANAHNYA , DIJANJIKAN MENJADI DAERAH ISTIMEWA. NAMUN PADA KENYATAANNYA ...HANYA
YOGYAKARTA YG DI PROSES SEBAGAI DAERAH ISTIMEWA ... AKANKAH AKAN MELEBAR SEPERTI KETIKA DI JANJIKAN ... HANYA TUHAN YG MAHA TAU. ( Sekjen - FSKN ) By: Kanjeng Pangeran Haryo Kusumodiningrat

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=177026175660364&set=a.105902269439422.11074.100000589496907