Kerugian itu terjadi ketika Chief Executive Oswald Gruebel sedang berupaya membawa UBS kembali ke jalurnya setelah menderita kerugian akibat krisis kredit dan juga rusaknya reputasi akibat skandal bank membantu klien-klien kaya asal AS untuk menghindari pajak.
"Masalah itu masih diinvestigasi, namun perkiraan terkini dari UBS adalah kerugian perdagangan berkisar US$ 2 miliar," ujar UBS dalam pernyataannya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (15/9/2011).
Saham UBS langsung turun 5,5% menjadi 10,33 franc, jauh dibandingkan saham-saham sektor perbankan Eropa yang tercatat naik 1,3%.
UBS memperkirakan kerugian perdagangan itu dapat menyebabkan kerugian secara keseluruhan pada tahun ini. Namun ditegaskan, tidak ada klien yang terpengaruh oleh kasus tersebut. Sayangnya, juru bicara UBS enggan memberikan detailnya.
Regulator pasar saham Swiss, FINMA mengaku pihaknya telah mendapatkan informasi tentang kasus keserakahan pialang yang menyebabkan kerugian UBS tersebut. FINMA juga mengaku telah melakukan kontak dengan UBS.
Kasus serupa pernah dialami oleh Societe Generale, yang kebobolan hingga US$ 6,7 miliar akibat keserakahan pialangnya, Jerome Kerviel yang melakukan perdagangan tanpa otorisasi namun selanjutnya mengalami kerugian. SocGen tercatat mengalami kerugian pada tahun 2008 dan Kerviel dihukum 3 tahun penjada pada Oktober 2010,
"Mengherankan bahwa hal ini masih mungkin. MEreka jelas memiliki masalah dengan manajemen risiko. Meski ketika jumlahnya tidak terlalu tinggi, namun sekali lagi ini menggerus keyakinan pada UBS," jelas analis dari ZKB, Claude Zehnder.
UBS dalam 2 tahun terakhir terus mencoba membangun kembali bank investasi tersebut setelah tersungkur selama krisis finansial akibat eksposure pada subprime mortgage yang cukup besar. Di bawah kepemimpinan Gruebel, UBS telah merekrut ratusan pialang untuk mendongkrak bisnis surat utangnya.
UBS pada bulan lalu juga mengumumkan rencana memangkas 3.500 tenaga kerja dalam rangka menghemat biaya tahunan hingga US$ 2,3 miliar.