(inilah.com/Bayu Suta)
Sao Paolo - Pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20 yang berakhir kemarin mendukung usulan Indonesia mengenai pembentukan mekanisme dukungan pembangunan bagi negara-negara berkembang dalam mengatasi krisis keuangan global.
Usulan ini nanti akan dibahas dalam KTT G 20 di Washington DC 15 November mendatang. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang hadir pada pertemuan itu, anggota G20 mendukung usulan Indonesia mengenai mekanisme support bagi pendanaan pembangunan di emerging markets yang berfundamental baik namun terkena imbas dari tidak berfungsinya pasar akibat dampak krisis keuangan.
Sri Mulyani menjelaskan langkah-langkah lain yang disepakati dalam pertemuan itu, yaitu pentingnya mengembalikan kepercayaan pasar terhadap sistem keuangan, upaya-upaya bersama mengatasi kelangkaan likuiditas internasional, reformasi arsitektur keuangan global yang lebih mencerminkan keterwakilan negara-negara berkembang, serta mekanisme pengawasan yang lebih baik bagi sektor keuangan.
Pertemuan G20 kali ini memfokuskan pada pembahasan krisis keuangan global dan respon otoritas moneter dan keuangan untuk mengatasinya. Dalam pertemuan kali ini, Menteri Keuangan Indonesia bersama-sama dengan Presiden Bank Dunia - menjadi pembicara utama pada sesi mengenai respon kebijakan fiskal dalam menangani krisis keuangan.
G20 sepakat bahwa krisis keuangan saat ini diakibatkan risk taking yang berlebihan, praktik pengelolaan risiko pasar keuangan yang kurang bertanggung jawab, kebijakan moneter yang menyebabkan terjadinya global imbalances, serta lemahnya regulasi dan pengawasan di beberapa negara maju.
Terkait dengan arsitektur keuangan internasional, G20 menyepakati perlunya mereformasi Bretton Woods Institutions secara menyeluruh, agar lebih mencerminkan konstelasi ekonomi dan keuangan global saat ini di mana peran emerging markets semakin signifikan. G20 juga memberi mandat kepada World Bank dan bank pembangunan lainnya untuk meningkatkan kapasitas lending-nya, dan menugaskan IMF untuk mereformasi prosedur lending dengan menciptakan instrument likuiditas yang dapat dicairkan secara cepat dan tanpa persyaratan bagi negara yang memiliki track records kebijakan yang baik.
Di sela-sela pertemuan G20, Menteri Keuangan juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Australia, China, Jepang, Perancis, UK, dan US, serta World Bank dan IMF, guna menyamakan pandangan mengenai upaya penanganan krisis keuangan, upaya mereformasi sistem keuangan global dan upaya mendapatkan dukungan internasional bagi program pembangunan khususnya di bidang infrastruktur dan pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Setelah pertemuan G20, Menteri Keuangan akan ke Washington D.C. mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri KTT G20 membahas penanganan krisis keuangan internasional.*/[cms]