http://bataviase.co.id/node/187432
Raja Sultan Gelar Konvensi
Rasa persaudaraan antarbangsa merupakan kebutuhan hakiki dan hak asasi manusia untuk dilaksanakan sungguh-sungguh. Bangsa-bangsa di ASEAN mempunyai nilai historis dan dari satu rumpun bangsa yang sama, dengan budaya sebagai perekatnya.
Demikian deklarasi yang disepakati raja dan sultan nusantara serta sejumlah pemangku serta kepala adat pada Konvensi Adat Raja-raja dan Sultan Nusantara di Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat, Bandung, Senin (26/4). "Kami merasa berasal dari satu rumpun dan keturunan maka sudah sepantasnya kami menjunjung persaudaraan melalui wujud persatuan dan kesatuan dalam perdamaian," ujar Benny Ahmad Samu Samu, Raja Samu Samu VI dari Negeri Abubu, Pulau Nusa Laut, Maluku.
Dalam deklarasi tersebut, para raja, sultan, dan pemangku adat merasa harus dapat membuktikan eksistensinya dalam menjawab tantangan global. "Selain itu, implikasi dari reformasi birokrasi serta refleksi dari demokrasi semakin menuntut dalam menumbuhkan persaingan di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi tidak harus mengesampingkan persatuan dan kesatuan," ujar Benny.
Tiga kesepakatan
Konvensi Adat Raja-raja dan Sultan Nusantara menghasilkan tiga kesepakatan. Ketiga kesepakatan itu, yaitu para raja dan sultan nusantara menyadari untuk membangkitkan kembali kearifan lokal menghadapi tantangan global.Kemudian, menyadari bahwa dalam pelaksanaannya ha-rus dilandasi rasa kebersamaan yang tinggi, senasib seper-juangan, sama-sama merasa memiliki, dan sama-sama ikut memelihara. Selanjutnya, menyadari bahwa diperlukan hubungan ikatan kerja sama di bidang seni dan budaya yangberbasis ekonomi sosial budaya di kalangan ASEAN plus.
"Melalui pertemuan setiap tahun, kami berharap semakin mempererat persatuan dan kesatuan serta menciptakan kedamaian," ujar Hj. Rustuty Rumaeesan, dari Kerajaan Sekar, Papua Barat. Konvensi tersebut dihadiri sekitar lima puluh perwakilan raja dan sultan serta kepala adat dari sejumlah daerah di tanah air. Selain itu, konvensi juga dihadiri sejumlah sultan dan putri sejumlah kerajaan di Malaysia, seperti Sri Ratu Sandong dan Puteri Fauziah dari Kelantan Malaysia. (A-87)*"