Apa yang disebut sebagai Trisula Karara Reksa merupakan sebuah pusaka sakti yang tersimpan di Istana laut Kidul. Benarkah pusaka ini banyak diburu oleh kalangan paranormal? Dan, seperti apa pula kisahnya…?
Pengantar:
Tulisan bersambung ini sama sekali tak ada unsur rekayasa di dalamnya. Sang penulis menyebut tulisan ini sebagai suatu pengalaman pribadi yang tak pernah bisa dilupakannya. Seperti apakah urutan kisahnya? Simak saja dari awal hingga akhir. Selamat mengikuti…!
Tulisan berikut ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul “Rahasia Kekuatan Batu merah Delima” (Lihat Misteri No. 0421). Disebutkan oleh para gaib yang berhubungan dengan Misteri, bahwa: “Pada tahun 2009 nanti, saat kursi pemimpin negara Indonesia sedang mulai diperebutkan, maka pada saat itu pula seluruh kekuatan dari benda bertuah akan menjadi perioritas utama. Namun, hanya ada satu pusaka pilih tanding yang sedang diburu oleh seluruh paranormal sebagai raja dari semua pemimpin gaib. Pusaka tersebut adalah Trisula Karara Reksa.”
Seperti apakah sesungguhnya yang disebut sebagai pusaka Trisula Karara Reksa tersebut?
Menyelusuri keberadaan pusaka yang satu ini memang tidaklah mudah, melainkan sebuah pekerjaan yang teramat sulit. Mengapa demikian? Sekedar informasi, pusaka ini memang berada di dasar Laut Kidul. Tepatnya di istana agung Kanjeng Ibu Ratu Laut Kidul. Karena begitu istimewanya, Trisula Karara Reksa ditempatkan di dalam apa yang disebut sebagai “ruangan khusus tingkat ke lima.”
Pusaka ini juga sebagai bentuk dari kebesaran kursi para pembesar istana bawah laut, disamping juga kebesaran para raja Majapahit dan Mataram. Bahkan dalam dunia pawayangan, pusaka ini digambarkan pada gunungan dengan bentuk menyerupai rumpun padi atau bentuk rambut bergerigi. Hal ini berarti lambang dari kemakmuran, pangkat, kesuksesan, kedudukan dan kepercayaan seluruh wadyabala atau lapisan masyarakat luas.
Bercerita tentang karomah atau kesaktian pusaka Trisula Karara Reksa, tentu sudah tidak diragukan lagi sebagai tameng dari berbagai ilmu santet, teluh dan sebagainya. Bahkan dalam hal memuluskan suatu jabatan, Syekh Abdul Karim, Benda Kerep (kini sudah alamarhum) yang semasa hidupnya menjadi guru besar para Habaib se-Indonesia disebut-sebut pula sebagai orang yang tahu secara persis mengenai keampuhan pusaka ini.
“Pada masa itu, seorang intelektualis bernama Ir. Soekarno, sebelum menjadi pemimpin negara, meminta pendapat pada Kyai yang satu ini tentang sebuah jalan menuju derajat mulia di tengah banyaknya manusia yang mengharapkan.” Demikian kisah sebuah sumber.
Lalu Kyai tersebut (maksudnya Syekh Abdul Karim) berkata; “Dunia adalah derajat dan derajat adanya di dunia. Keberkahan Allah SWT yang punya, namun harus dicari pangkal ujungnya. Segala upaya ada jalannya, carilah karomah yang bersifat raja.”
Dengan penghayatan seksama, Ir. Soekarno lalu bertanya, “Dimana gerangan harus aku cari suatu karomah bersifat raja?” Sang Kyai menjawabnya, “Bersatulah lahir dan batinmu untuk sejalan beriringan, sesungguhnya derajat duniawiyah banyak dimiliki makhluk kasat mata, pintar-pintarlah dalam mencari derajat, karena di tengah derajat akan ada tipu muslihat. Ambillah pusaka raja TRISULA KARARA REKSA. Mintalah izin dari sang murid Nabi Khidir AS (yang dimaksud dengan murid di sini adalah Kanjeng Ibu Ratu Kidul), sebab sesungguhnya karomah raja (pusaka raja) ada padanya.”
Dikisahkan, setelah itu Ir. Soekarno pamit diri dari hadapan sang Kyai untuk menjalankan suatu perintah mulia lewat jalan bertirakat. Dalam suatu kontemplasinya, Ir. Soekarno mendapat suatu wangsit untuk bertirakat/bersemedi di puncak Gunung Penjalu, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Lewat suatu perjalanan, Bung Karno akhirnya tiba di puncak gunung tersebut, tepatnya diatas puncak bebatuan yang bernama Harja Mukti atau Pataka Harja. Dengan berbagai amalan dan petunjuk yang diberikan oleh Syekh Abdul Karim, mulailah Bung Karno melakukan tirakatnya. Tepat hari ke-41 dari semedinya di puncak Gunung Penjalu, akhirnya Bung Karno mendapatkan apa yang diinginkannya, yaitu pusaka TRISULA KARARA REKSA, yang langsung diberikan oleh Kanjeng Ibu Ratu Kidul sendiri.
Demikianlah sepenggal kisah perjalanan gaib Bung Karno dalam mendapatkan pusaka langka tersebut. Nah, bercerita tentang pusaka Trisula Karara Reksa, Misteri dalam hal ini mempunyai kisah tersendiri. Berikut Misteri tuturkan secara lengkap, dan dalam penuturan ini sengaja Misteri mengubah kata ganti dirinya menjadi aku, dengan maksud agar cerita lebih mengalir dan mudah dicerna. Selamat mengikuti…!
Ketika itu aku sama sekali tak menyangka, kalau pusaka yang ada di tanganku adalah pusaka nomor satu yang sedang diperebutkan banyak paranormal. Kedatangan pusaka itu bermula dari suatu tirakat. Tepatnya saat aku tengah memperdalam suatu ilmu karuhun bernama Aji Wijaya Kusuma. Tirakat aku lakukan di salah satu peninggalan bersejarah, yaitu sebuah rumah tinggal seorang waliyullah sakti, Raden Mas Kuncung Anggah Buana. Tepatnya berlokasi di desa Trusmi, Kecamatan Plered, Cirebon, Jawa Barat.
Sekedar diketahui, dalam sejerah masyarakat Cirebon, tokoh bernama Raden Mas Kuncung Anggah Buana ini dilahirkan tanpa seorang ayah seperti pada umumnya. Tapi dari suatu keajaiban dan kebesaran Allah SWT terhadap seorang hamba pilihannya. Hal ini seperti kisah Nabiyullah Isa AS.
Ada suatu kisah menarik tentang silsilah Raden Mas Kuncung Anggah Buana Disebutkan, suatu ketika Desa Trusmi mengalami masa kekeringan yang begitu panjang. Seorang puteri cantik jelita, Ratu Ayu Roro Jati, selalu bersedih hati dengan keadaan ini. Karenya sang puteri sering menyendiri di sebuah taman keputren, sambil menatap tanaman yang tinggal tangkai tanpa satu pun daun yang bertengger di atasnya. Dengan melihat kondisi seperti ini, sang puteri sering menangis sambil melantunkan seuntai syair keprihatinan, diantaranya; “Wahai Dewata Agung, tidaklah kau turunkan seseorang yang mampu merubah taman kering ini menjadi subur kembali. Sesungguhnya aku hidup tanpa punya kesenangan lani kecuali keasrian tamanku pulih kembali. Wahai Dewata Agung, aku bersumpah dengan segala kerendahan hatiku. Siapapun yang mampu menghidupkan taman kesayanganku ini, bila orang itu laki-laki, aku kan jadikan dia suamiku. Tapi bila dia seorang perempuan, akan kujadikan keluargaku yang paling dekat.”
Pada esok harinya, seorang pemuda yang entah dari mana datangya, tiba-tiba muncul dengan kondisi dan mimik wajah kelelahan sehabis perjalanan jauh. Rupanya, si pemuda langsung beristirahat sambil mandi di pancuran taman keputren Trusmi, yang sedang dilanda kekeringan. Dengan rasa tergesa-gesa, pemuda itu langsung menanggalkan bajunya di antara ranting pohon yang sudah teramat kering. Terlihat kesegaran di wajah pemuda itu, setelah merasakan sejuknya air pancuran keputren.
Bertepatan saat pemuda tadi selesai mandi, tanpa disengaja puteri Roro Jati masuk ke dalam taman keputren. Sang puteri langsung terkejut dan juga tercengang takjub. Ya, sang puteri benar-benar terkesima melihat dua hal yang belum pernah dilihatnya semasa hidupnya. Kedua hal tersebut adalah:
- Di saat pemuda tadi mengambil bajunya yang tergelak di atas ranting kering, tiba-tiba pohon itu mengeluarkan daun yang begitu lebatnya serta bermunculan beragam bunga dengan beraneka warna yang sungguh indah di pandang mata. Bukan hanya itu saja, seluruh pohon yang ada di taman semua ikut subur seperti sedia kala.
- Saat berpandangan mata, sang puteri langsung terpesona dengan ketampanan pemuda tadi yang tak lain adalah Sunan Gunung Jati. Konon, saking terpesonanya sampai sang puteri tak sadar kalau betisnya tersingkap lebar-lebar, dan pada saat itu Sunan Gunung Jati melihatnya, hingga terbukah sir kelakiannya.
Beberapa waktu lamanya sejak hadirnya Sunan Gunung Jati dalam pikirannya, maka selama waktu itu pula sang putri tergila-gila dan terus menciumi bekas telapak kaki Sunan Gunung Jati. Keanehan pun terjadi. Tanpa disadari oleh sang putri, dia akhirnya hamil. Hal ini terjadi tentu semata-mata berkat kebesaran dan keagungan Allah SWT.
Waktu terus berlalu. Di saat kandungan nya telah mencapai 9 bulan, Nyi Mas Ayu Roro Jati, akhirnya melahirkan seorang bayi laki-laki yang memancarkan sinar terang dari wajahnya. Dengan rasa suka cita sang puteri dan ayahandanya langsung datang menghadap Prabu Panatagama alias Sunan Gunung Jati Cirebon. Konon pada masa itu nama Sunan Gunung Jati sudah tersohor kemana-mana.
Dihadapan seorang raja Islam Cirebon pertama itu, ayah dan sang puteri Roro Jati lalu menceritakan hal ikhwal siapa diri mereka. Dengan senyum yang menawan Sunan Gunung Jati menerima tamunya dengan riang gembira. Dan akhirnya Puteri Roro Jati dinikahinya menjadi salah satu isteri yang paling setia.
Sedangkan sang bayi yang lahir dari rahun sang putrid, oleh Sunan Gunung Jati menamainya Raden Mas Kuncung Anggah Buana. Konon dalam sejarah Cirebon, Raden Mas Kuncung Anggah Buana menjadi seorang pilih tanding dengan ribuan muridnya yang tersebar di berbagai penjuru angina. Di antara muridnya yang sampai sekarang masih terkenal namanya adalah Kanjeng Ibu Ratu Laut Kidul.
Nah, kita lanjutkan kembali kisah hidupku yang bersinggungan dengan pusaka Trisula Karara Reksa. Dalam suatu malam, tepatnya selasa kliwon. Malam itu, ruangan paseban Raden Mas Kuncung Anggana Buana begitu gelapnya karena aliran listerik padam akibat hujan lebat yang sejak sore telah mengguyur daerah Trusmi dan sektirnya.
Mungkin faktor cuaca yang sangat dingin, malam itu tanpa sadar aku terlelap tidur di serambi pintu ukir yang sudah berabada-abad usianya dan tidak pernah direnovasi oleh masyarakat setempat. Entah berapa jam lamanya aku tertidur di tempat itu. Aku baru terbangun karena terkejut akibat satu lemparan benda yang mengenai tubuhku.
Belum lagi rasa terkejutku hilang, tiba-tiba dari dalam pintu ukir keluarlah selarik sinar yang amat terang benderang. Sinar itu lalu berputar mengelilingi tubuhku sampai lima puteran, dan seterusnya sinar itu redup, lalu kembali ada sesuatu yang jatuh di hadapanku.
Dengan dibantu keremangan cahaya yang masuk ke dalam pelataran itu, aku mengambil benda apakah gerangan yang jatuh di hadapanku tadi. Setelah kuperhatikan secara seksama maka muncullah perasaan aneh. Benda itu sepertinya terbuat dari bahan tulang dengan bentuk tujuh tangkai yang saling menyatu dan semuanya bergerigi seperti bentuk padi. Tapi bila diperhatikan lagi, benda tersebut sangat mirip dengan bentuk tombak yang lepas dari gagangnya. Sungguh sangat unik dan belum pernah kulihat sebelumnya.
Malam itu juga, aku sudahi tirakatku dengan membawa sebuah kenang-kenangan dari bangsa gaib, yaitu berupa pusaka aneh. Setidaknya begitu menurutku.
Walau kegunaan dan manfaat pusaka tersebut sama sekali belum aku ketahui, demikian pula kunci pembuka gaibnya, namun aku patut bersyukur sebab telah mendapatkan hadiah yang sungguh sangat berharga itu. Mengapa?Sejak adanya pusaka tersebut di rumahku, lambat laun aku mulai kedatangan rizki dari berbagai tamu yang membutuhkan pertolongan supranaturalku.
Bahkan tak tanggung-tanggung, para pengusaha dan pejabat tinggi negara datang pula dengan berbagai persoalan dan masalah yang tentunya sangat rahasia sebab bersinggungan dengan privasi mereka. Namun, setengah tahun sejak mendapatkan pusaka aneh tersebut, pada suatu hari benda itu kubuang karena suatu alas an yang tak dapat aku ceritakan dalam tulisan ini mengingat aspek kerahasiaannya.
Lantas, apa yang terjadi setelah itu? Untuk mengetahinya, simaklah terus kisah perjalanan supranaturalku ini di edisi berikutnya…..
sumber : jagat laduni: TRISULA KARARA REKSA