Naskah Wangsakerta
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Naskah kontroversial ini kini tersimpan di Museum Sejarah Sunda "Sri Baduga" di Bandung.[1]
Daftar isi |
Panitia Wangsakerta
Dalam pengantar setiap naskah Wangsakerta selalu diinformasikan mengenai proses dibuatnya naskah-naskah tersebut. Panitia--yang dipimpin oleh Pangéran--Wangsakerta ini dimaksudkan untuk memenuhi permintaan/amanat ayahnya, Panembahan Girilaya, agar Pangeran Wangsakerta menyusun naskah kisah kerajaan-kerajaan di Nusantara. Panitia didirikan untuk mengadakan suatu gotrasawala (simposium/seminar) antara para ahli (sajarah) dari seluruh Nusantara, yang hasilnya disusun dan ditulis menjadi naskah-naskah yang sekarang dikenal sebagai Naskah Wangsakerta. Gotrasawala ini berlangsung pada tahun 1599 Saka (1677 M), sedangkan penyusunan naskah-naskahnya menghabiskan waktu hingga 21 tahun (selesai 1620 Saka, 1698 M).Karya Panitia Wangsakerta
Naskah-naskah yang dihasilkan oleh Panitia Wangsakerta bisa digolongkan menjadi beberapa judul:- Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara
- Pustaka Pararatwan
- Pustaka Carita Parahyangan i Bhumi Jawa Kulwan
- Pustaka Nagarakretabhumi
- Pustaka Samastabhuwana
- Salinan kitab-kitab hukum Majapahit
- Kumpulan carita, katha, dan itihasa
- Pustaka mengenai raja desa dan raja kecil
- Salinan beberapa naskah Jawa Kuna
- Mahabharata
- Kumpulan kathosana
- Salinan prasasti
- Salinan surat-surat perjanjian persahabatan
- Naskah mengenai cerita para pedagang
- Naskah dalam berbagai bahasa daerah lain dan bahasa asing
- Kumpulan widyapustaka (aneka ilmu)
- Pustaka keislaman
- Sarwakrama raja-raja Salakanagara
- Sarwakrama raja-raja Tarumanagara
- Sarwakrama raja-raja Galuh dan Pajajaran
- Sarwakrama raja-raja Galuh
- Sarwakrama raja-raja Jawa Tengah dan Timur
- Raja-raja dan pembesar Majapahit
- Raja-raja dan pembesar Bali
- Raja-raja dan pembesar Janggala dan Kadiri
- Raja-raja dan pembesar Sriwijaya
- Raja-raja daerah Bali, Kadiri, dan Janggala
- Salinan naskah-naskah karya Prapanca
Kontroversi
Ditemukannya naskah Wangsakerta pada awal tahun 1970-an, selain menimbulkan kegembiraan dan kekaguman akan kelengkapannya, untuk banyak pihak justru menimbulkan keraguan dan kecurigaan, bahkan para sarjana dan ahli sejarah menduga bahwa naskah ini aspal (asli tapi palsu). Di antara alasan-alasan yang meragukan naskah ini, yaitu:- terlalu historis, isinya tidak umum sebagaimana naskah-naskah sezaman (babad, kidung, tambo, hikayat);
- cocoknya isi naskah dengan karya-karya sarjana Barat (J. G. de Casparis, N. J. Krom, Eugene Dubois dsb.), sehingga ada dugaan bahwa naskah ini disusun dengan merujuk pada karya para ahli tersebut (tidak dibuat abad ke-17);
- keadaan fisik naskah (kertas/daluang, tinta, bangunan aksara) menunjukkan naskah yang dijadikan rujukan merupakan salinan dan tulisannya kasar, tidak seperti naskah lama pada umumnya.[2]
Catatan kaki
- ^ Resensi buku "Jejak Naskah Pangeran Wangsakerta"
- ^ Kondisi fisik naskah sudah diteliti. Lihat Lubis (2002). Humaniora XIV:20-26
Rujukan
- Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-330-5
- Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1