Parwito (detikcom)
Ketiga candi itu adalah Candi Lumbung, Candi Asu dan Candi Pendhem yang dibangun pada masa kejayaan raja Hindu atau Mataram Kuno pada tahun 869 Masehi. Dari pantauan detikcom, Selasa (18/1/2011), yang sangat terancam keberadaannya adalah Candi Lumbung di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Magelang.
Bagian belakang Candi Lumbung ini hanya berjarak satu meter dari alur Kali Pabelan dan sungai sudah menggerus tebing setinggi 20 meter di dekat candi. Sebelum banjir lahar dingin, kedalaman dan curamnya candi hanya berjarak 10 meter dan talud/tanggul yang memperkuat bangunan candi sudah hilang diterjang lahar.
Sedangkan, Candi Asu jaraknya masih sekitar antara 200 meter dengan alur Kali Pabelan dan Candi Pendhem juga sekitar 200 meter dari Kali Tlising. Beberapa bagian candi berserakan dan jatuh tidak teratur, karena pergerakan tanah saat gemuruh banjir lahar dingin.
Ariyanto (34), warga Desa Sengi, mengatakan Candi Lumbung yang dulu sering jadi tempat lumbung padi ini tidak terawat dan belum pernah dipugar. Masyarakat juga khawatir Candi Asu dan Candi Pendhem yang sering jadi tempat ritual seniman dan tokoh spiritual, juga runtuh akibat lahar dingin.
"Kondisi ini diperparah lagi dengan terjangan lahar dingin yang membuat candi banyak berubah bentuknya," ujar Ari pendek.
Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Ikhsan, mengatakan perlu ada perhatian khusus dari Pemprov Jateng untuk segera menyelamatkan candi. "Jika tidak, batu-batu candi dalam waktu tidak lama akan diterjang banjir lahar dingin yang semakin mengganas," tegas Ihksan.
Selain itu, akses jalan menuju Candi Asu dan Candi Pendhem menuju ke Candi Lumbung juga sudah terputus oleh terjangan lahar dingin Merapi. Kali Pabelan dan Kali Tlising yang memisahkan ketiga candi itu sudah terendam material lahar dingin Merapi yang memutuskan jembatan sekaligus yang berfungsi sebagai bendungan antar dusun di Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Magelang.
(fay/nrl)