Incar Saham Divestasi US$ 1 Miliar
Bakrie akan Masuk ke Freeport?
INILAH.COM, Jakarta - Setelah sukses meraih saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara, Bakrie dikabarkan mengincar saham divestasi PT Freeport Indonesia. Tambang ini memang sangat menggiurkan.
Isu tentang rencana pembelian saham tambang emas, perak dan tembaga ini merebak di kalangan pengusaha papan atas di Jakarta. Satu sumber menyebutkan, para petinggi Bakrie Group kini tengah berkumpul di Singapura untuk membicarakan teknis pencarian dana yang cukup besar yang salah satunya akan dipakai untuk membeli 9,36% saham PT Freeport Indonesia.
Maklum, harga yang harus dibayar untuk saham yang akan didivestasi itu cukup besar. Tak tanggung-tanggung, Freeport memasang harga US$ 1 miliar atau 42,8% lebih mahal ketimbang harga yang ditawarkan tahun lalu kepada Pemerintah Indonesia (US$ 700 juta).
Hanya saja, kelihatannya, pembelian oleh Bakkrie (kalau jadi) tidak akan dilakukan secara langsung. Tapi melalui Pemerintah Provinsi Papua. Soalnya, sudah sejak lama Pemprov juga berminat ikut andil di pertambangan tersebut. Prosesnya tidak akan jauh seperti yang dilakukan Bakrie ketika membeli saham Newmont, kata sang sumber.
Seperti kita ketahui bersama, saat membeli saham Newmont (NNT), kelompok usaha milik Aburizal Bakrie ini menggandeng tiga pemerintah daerah, yang memiliki hak untuk membeli saham yang didivestasi. Mereka adalah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa.
Seluruh nilai pembelian saham NNT tersebut (US$ 493,6 juta) dibayar PT Multicapital, yang merupakan anak usaha dari PT Bumi Resources (BUMI). Cuma belum jelas benar, apakah Recapital akan dipakai lagi sebagai kendaraan dalam mengakuisisi saham Freeport atau tidak, kata sang sumber.
Benarkah kabar tentang rencana Bakrie ini? Wallahualam. Yang jelas, Freeport memang tambang yang menggiurkan. Tahun lalu saja, laba bersihnya mencapai US$934,8 juta. Di tahun ini, angka peruntungan tesebut diprediksi akan meningkat 149% menjadi US$2,33 miliar. [mdr]
Isu tentang rencana pembelian saham tambang emas, perak dan tembaga ini merebak di kalangan pengusaha papan atas di Jakarta. Satu sumber menyebutkan, para petinggi Bakrie Group kini tengah berkumpul di Singapura untuk membicarakan teknis pencarian dana yang cukup besar yang salah satunya akan dipakai untuk membeli 9,36% saham PT Freeport Indonesia.
Maklum, harga yang harus dibayar untuk saham yang akan didivestasi itu cukup besar. Tak tanggung-tanggung, Freeport memasang harga US$ 1 miliar atau 42,8% lebih mahal ketimbang harga yang ditawarkan tahun lalu kepada Pemerintah Indonesia (US$ 700 juta).
Hanya saja, kelihatannya, pembelian oleh Bakkrie (kalau jadi) tidak akan dilakukan secara langsung. Tapi melalui Pemerintah Provinsi Papua. Soalnya, sudah sejak lama Pemprov juga berminat ikut andil di pertambangan tersebut. Prosesnya tidak akan jauh seperti yang dilakukan Bakrie ketika membeli saham Newmont, kata sang sumber.
Seperti kita ketahui bersama, saat membeli saham Newmont (NNT), kelompok usaha milik Aburizal Bakrie ini menggandeng tiga pemerintah daerah, yang memiliki hak untuk membeli saham yang didivestasi. Mereka adalah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa.
Seluruh nilai pembelian saham NNT tersebut (US$ 493,6 juta) dibayar PT Multicapital, yang merupakan anak usaha dari PT Bumi Resources (BUMI). Cuma belum jelas benar, apakah Recapital akan dipakai lagi sebagai kendaraan dalam mengakuisisi saham Freeport atau tidak, kata sang sumber.
Benarkah kabar tentang rencana Bakrie ini? Wallahualam. Yang jelas, Freeport memang tambang yang menggiurkan. Tahun lalu saja, laba bersihnya mencapai US$934,8 juta. Di tahun ini, angka peruntungan tesebut diprediksi akan meningkat 149% menjadi US$2,33 miliar. [mdr]