Meluruskan Sejarah Wiranatakusumah
MELURUSKAN sejarah, menjadi maksud dan tujuan pada kegiatan mengenang 46 tahun wafatnya Raden Aria Adipati Haji Muharam Wiranataku-sumah V (23 November 1888-22 Januari 1965). Bupati Bandung ke-14 tersebut merupakan salah satu legenda tanah Pasundan yang turut andil membangun peradaban Bandung.
Kiprahnya sebagai politisi, ahli ilmu pemerintahan, santri, serta budayawan memberikan kontribusi \ang besar bagi kedaulatan Bandung di nusantara. Namun, kontribusi besar tersebut dirusak oleh beberapa fakta yang salah. Salah satunya adalah
Wiranatakusumah V dianggap sebagai pengkhianat Indonesia karena mendirikan Negara Pasundan.
Salah seorang tokoh Jawa Barat Popong Orje Djundju-nan mengungkapkan, Wiranatakusumah V bukanlah pengkhianat atau ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia. Menurut Popong, Wiranatakusumah V adalah seseorang yang sangat nasionalis. Dia mendirikan Negara Pasundan bukan untuk memisahkan diri, tetapi itu taktik dia untuk melawan Belanda.
"Dia menjadi Wah Negara Pasundan pun ditunjuk oleh
Presiden Soekarno. Hal ini menunjukkan, Kanjeng Haji (Wiranatakusumah V) merupakan seseorang yang cinta Indonesia seutuhnya," kata Po-pong pada acara mengenang wafatnya KJlA. Wiranatakusumah V di Convention Hall, Hotel Grand Pasundan Jln. Peta, Kota Bandung,
Sabtu (22/1). Hadir Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf dan para tokoh Jawa Barat lainnya.
Akibat dari catatan sejarah yang salah tersebut, Wiranatakusumah V jarang disebut pada peringatan hari jadi Kota Bandung atau peringatan lainnya.
Selain dianggap pro-Belanda, ada catatan sejarah lain yang perlu diluruskan, yaitu dengan jumlah istri tujuh orang, Wiranatakusumah V dianggap gemar kawin dan berpoligaml Salah seorang eratnya, sekaligus Ketua Bale Bandung Fazwan Kusumadinata mengungkapkan,
buyutnya tersebut tidak pernah berpoligami. Meskipun punya tujuh istri, dia selalu menceraikan istrinya terlebih dahulu jika ingin menikah lagi Dari tujuh istri tersebut, Wiranatakusumah V dikaruniai 24 anak Saat ini, ada sekitar 800 orang keturunan
Wiranatakusumah V yang bernaung di bawah Yayasan Wiranatakusumah.
Kiprah Wiranatakusumah di dunia politik dan pemerintahan tercatat panjang dalam sejarah tanah Pasundan. Karier pertamanya di bidang pemerintahan dimulai saat menjadi juru tulis Wedana Tanjungsarl Sumedang pada 1910. Satu tahun kemudian, dia menjadi Mantri Polisi di Cibadak, G-heulang. Sukabumi dan dilanjutkan dengan jabatan yang sama di Sukapura, Tasikmalaya. Pada 1912, dia menjadi Asisten Wedana Obeureum, Tasikmalaya, sebelum
akhirnya diangkat menjadi Bupati Cianjur sejak 1912 sampai 1920. Setelah itu, dia menjabat sebagai Bupati Bandung pada 1920-
1931 dan 1935-1945-
Saat Indonesia resmi merdeka pada 17 Agustus 1945, Wiranatakusumah V diangkat oleh Presiden Soekarno untuk menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri. Pada 1948 sampai 1950, dia ditunjuk sebagai Wah Negara Pasundan.
Wiranatakusumah V juga aktif pada kegiatan jurnalistik sebagai salah satu wahana untuk menyalurkan pemikirannya. Dia aktif sebagai pelindung Ma-jalah TJahaja Pasoendan (1914-197), pemimpin umum Majalah Obor (1921-1924), dan pemimpin umum Majalah Pemimpin (1929-1935).
Pemikiran-pemikiran kritis dan cerdas Wiranatakusumah V bisa terlihat dari beberapa kutipannya di media massa. Salah satu kutipan yang masih relevan dengan masa sekarang dan bisa
kita renungkan termuat dalam Majalah Pandji Poestaka pada 1931.
"...Saya selalu melawan peraturan yang menurut pendapat saya tak baik bagi rakyat saya. Saya seorang nasional dan hal itu harus saya tunjukkan."
Sebelumnya, pada Sabtu (22/1) pagi, keluarga besar Wiranatakusumah V melaksanakan ziarah ke makam Wiranatakusumah di Makam Boepati Bandung Jln. Karang Amar Kota Bandung.
Ketua Umum Yayasan R.HAAJI. Wiranatakusumah. Matoyo Male Wiranatakusumah mengatakan, ayahnya telah memberikan contoh sebagai pemimpin yang peduli pada rakyatnya di segala bidang. "Beliau peduli terhadap masyarakatnya. Sewaktu menjadi Bupati Cianjur, beliau mengembangkan koperasi Beliau sangat peduli Beliau gemar sekali dengan cianjuran," katanya. (Windy Eka Pramudya/-Catur Ratna/TR")***