Menurut Leo Hadi Loe, Country Representative World Gold Council di Indonesia, pelemahan dolar AS merupakan faktor utama penyebab lonjakan harga emas saat ini. "Kabar negatif mengenai prediksi defisit AS dan utangnya yang besar menjadi sentimen buruk yang memicu kekhawatiran investor," jelasnya, kemarin (8/9).
Merujuk data Bloomberg, indeks dolar AS sepanjang tahun ini telah menukik 5,16% ke posisi 77,114 pada pukul 21.50 WIB, kemarin. "Ini level terendah dolar AS sepanjang tahun ini," kata Nico Omer Jonckheere, Wakil Presiden Riset dan Analis Valbury Asia Securities.
Sebaliknya, harga emas mencapai rekor tertingginya. Hingga pukul 19.00 WIB kemarin, harga emas di divisi bursa berjangka (Comex) New York Merchantile Exchange untuk pengiriman Oktober 2009 berada di posisi US$ 1.006,7 per troy ounce. "Investor kembali memburu emas untuk mengamankan investasinya," kata Leo.
Nico yakin, harga emas bakal terus mendaki karena pelemahan dolar AS masih akan berlanjut. Dalam hitungannya, harga emas bisa menembus US$ 1.033 per troy ounce dalam waktu dekat. Bahkan, dalam sembilan bulan ke depan, harga emas mungkin melewati angka US$ 1.325 per troy ounce. "Sesekali akan koreksi, tapi tidak banyak. Sebab, investor hanya merealisasikan keuntungannya," imbuhnya.
Leo meramal, selama data-data ekonomi AS masih negatif, harga emas akan tetap bertengger di atas US$ 1.000 per troy ounce. "Paling akan ada profit taking yang membuat emas turun ke US$ 900-an, tapi harga emas akan naik lagi," cetusnya.
Di dalam negeri, harga emas batangan Logam Mulia kemarin berada di Rp 331.000 per gram. Jadi, sudah naik 3,44% dari Rp 320.000 per gram pada akhir Agustus lalu.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis PT Monex Investindo Apelles Rizal T. Kawengian memprediksi, harga emas batangan itu akan menembus Rp 380.000-Rp 400.000 per gram pada akhir tahun ini.
Herlina KD KONTAN