Monday, 8 January 2018

Rockefeller Pimpin Bagi-Bagi Kekayaan Indonesia ke Perusahaan Asing

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menjadi tujuan menggiurkan bagi investor asing. Namun, siapa sangka tumbuhnya penanaman modal asing di tanah air diawali peran ekonom dunia David Rockefeller.


Miliarder Amerika Serikat, David Rockefeller, meninggal pada usia 101 tahun pada Senin (20/3) waktu AS. Ia tercatat sebagai orang tua terkaya di dunia

Ia menjadi pemimpin konferensi November 1967 lalu di Jenewa, Swiss. Saat itu, Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik dan Menteri Ekonomi Sultan Hamengku Buwono menghadapi pengusaha besar dunia untuk mendengar betapa pentingnya investasi asing bagi masa depan Indonesia.

Dalam pertemuan tiga hari yang disponsori Time Inc, menghadirkan eksekutif perusahaan ternama dari Eropa, Jepang, Australia, Kanada dan Amerika Serikat (AS) seperti perusahaan-perusahaan minyak besar, bank termasuk Chase Manhattan, General Motors, Imperial Chemical Industries, British American Tobacco, Siemens, US Steel dan banyak lainnya.


"Dengan cara Anda sendiri, Anda bisa membantu membawa stabilitas ekonomi dan politik yang diinginkan dari negara kita," ujar Adam dilansir dari Time.com.


Hasil pertemuan tersebut membagi secara rapi kekayaan sumber daya alam Indonesia kepada perusahaan-perusahaan raksasa itu. Tambang hingga hutan Indonesia dimanfaatkan selama berpuluh tahun oleh mereka.
Baca juga: Miliarder Rockefeller di Balik Penjarahan Kekayaan Alam Indonesia

Salah satu perusahaan yang mendapat bagian adalah Freeport yang menguasai gunung tembaga di Papua Barat, Konsorsium US/Eropa mendapat nikel, perusahaan raksasa Alcoa mendapat sebagian besar bauksit Indonesia. Begitu juga dengan kelompok perusahaan Amerika, Jepang, dan Prancis yang mendapat jatah hutan tropis Sumatra.


Meski telah meninggal Senin (20/3), orang tua terkaya di dunia itu meninggalkan 'warisan' berupa penguasaan sumber daya alam oleh investor asing. Rocketfeller meninggal akibat gagal jantung pada usia 101 tahun di kediamannya, Poncantico Hills, New York, AS.

Wikipedia

Search results

AddThis

Bookmark and Share

Facebook Comment

Info Archive

Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Arief Natadiningrat :

"Kami berharap, negara ini tidak melupakan sejarah. Dulu sebelum kemerdekaan Bung Karno meminta dukungan keraton untuk bisa membuat NKRI terwujud, karena saat itu tak ada dana untuk mendirikan negara. Saat itu keraton-keraton menyerahkan harta yang mereka punya untuk kemerdekaan negara ini,"

http://nasional.kompas.com/read/2010/12/05/1725383/Para.Sultan.Dukung.Keistimewaan.Yogya

THE FSKN STATMENT IN SULTANATE OF BANJAR : SESUNGGUHNYA KETIKA RAJA - RAJA MEMBUAT KOMITMENT DGN BUNG KARNO DALAM MENDIRIKAN REPUBLIK INI , SEMUA KERAJAAN YG MENYERAHKAN KEDAULATAN DAN KEKAYAAN HARTA TANAHNYA , DIJANJIKAN MENJADI DAERAH ISTIMEWA. NAMUN PADA KENYATAANNYA ...HANYA
YOGYAKARTA YG DI PROSES SEBAGAI DAERAH ISTIMEWA ... AKANKAH AKAN MELEBAR SEPERTI KETIKA DI JANJIKAN ... HANYA TUHAN YG MAHA TAU. ( Sekjen - FSKN ) By: Kanjeng Pangeran Haryo Kusumodiningrat

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=177026175660364&set=a.105902269439422.11074.100000589496907