Wednesday, 5 January 2011

Dana Perawatan Hanya Cukup untuk Babat Rumput



http://arkeologi.web.id/articles/berita-arkeologi/1010-dana-perawatan-hanya-cukup-untuk-babat-rumput

Dana Perawatan Hanya Cukup untuk Babat Rumput

E-mail Print PDF
Cirebon, - Pemerintah Kota Cirebon menganggarkan Rp 207 juta untuk merawat empat situs budaya di kota itu dalam setahun. Dana itu diperkirakan hanya cukup untuk membabat rumput, memberi makan monyet, dan pengecatan berkala.

Situs yang masuk dalam anggaran itu adalah Taman Sunan Kalijaga, Tamansari Suryanegara, Jembatan Kuta Kosot, dan Kelenteng Tiao Kak Sie. Bangunan tersebut rata-rata sudah berdiri sejak abad XV saat Sunan Gunung Jati berkuasa. Sebagian bangunan tidak hanya butuh perawatan, tetapi juga perbaikan karena sarana umum penunjang obyek wisata masih minim.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Budaya Kota Cirebon Abidin Aslich di sela-sela seminar revitalisasi keraton di Keraton Kasepuhan, Rabu (3/3), mengatakan, dana Rp 207 juta itu hanya cukup untuk membabat rumput, mengecat, dan memberi makan monyet. Ia mengakui kemampuan Pemkot dalam menyediakan dana terbatas.

Sebagai gambaran, Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Budaya tahun ini mendapatkan anggaran Rp 4,9 miliar, termasuk gaji pegawai. Dibandingkan dengan APBD Kota Cirebon yang mencapai Rp 600 miliar, anggaran untuk dinas itu sangat kecil sehingga pos pemeliharaan situs pun kecil.

Akan tetapi, dibandingkan dengan tahun lalu, nilai anggaran perawatan kali ini lebih besar. Tahun lalu Pemkot hanya menganggarkan Rp 173 juta untuk perawatan situs. Tahun ini setidaknya ada kenaikan Rp 34 juta.

Kondisi situsPenambahan dana perawatan dinilai sangat perlu karena berimbas pada kondisi situs. "Tahun-tahun lalu, karena tidak diberi makan, monyet-monyet di situs Sunan Kalijaga sering merusak rumah warga, naik ke atap, dan memelorotkan genting. Tapi, setelah mereka diberi makan, tidak merusak lagi," kata Abidin.

Pangeran Arief Natadiningrat, putra Sultan Kasepuhan XIII, juga mengatakan, perawatan situs budaya memang sangat mahal. Untuk merevitalisasi taman di sekitar Bangsal Pagelaran Keraton Kasepuhan diperkirakan butuh Rp 4 miliar. Pemerintah pusat hanya mengabulkan setengah dari kebutuhan dana revitalisasi taman.

Arief mengaku banyak bergantung pada Pemkot, provinsi, dan pusat untuk pendanaan keraton. Kini pihaknya mencoba menggali dana dari lembaga swadaya masyarakat di luar negeri dan program tanggung jawab sosial dari perusahaan di Cirebon.

Keraton, lanjutnya, sebenarnya bisa mandiri untuk merawat bangunan bersejarahnya asal ada aset yang bisa digunakan untuk mendapatkan pemasukan. Menurut dia, aset milik keraton saat ini masih ditempati pemerintah daerah sehingga keraton tidak bisa mendapatkan hasilnya.

"Jumlahnya 337 hektar di Kota Cirebon saja. Jika ini bisa dikelola untuk pertanian, hasilnya bisa membuat kami mandiri," kata Arief.



Sumber: http://cetak.kompas.com/


http://aadl.wordpress.com/2008/08/31/dialog-tradisi-dan-arsitektur/

Dialog Tradisi dan Arsitektur

mediasi antara tradisi keraton dengan ruang kota
[Design method III]
[00]
Sabtu hari kedua bulan ini saat hampir tengah hari pak Putu Mahendra mengajak seseorang masuk ke ruang gajah, tempat dimana saya sedang merevisi gambar yang akan diasistensi pak Bill besoknya untuk memperkenalkan tamunya. Dia adalah Sonny Sutanto. Ini adalah pertama kalinya saya bertemu. Diskusi santai berlanjut di selasar kantor Bensley Design Studio Sanur. Banyak hal menarik, salah satu diantaranya adalah statement pak Sonny yang lebih kurang menjawab pertanyaan, kenapa Frank Gehry bisa dengan mudah membuat Museum Gugenheim di Spanyol dengan bentuk dan material seperti itu. Jawabannya adalah karena budaya masyarakat di eropa terutama di Spanyol sudah tidak kuat. Mendengar ini, saya menjadi teringat pada kompetisi yang saya dan teman-teman ikuti saat masih semester tiga. Ini tentang tradisi dan budaya dalem keraton yang sangat kuat dalam interaksinya dengan arsitektur kota.
[01]
Revitalisasi alun-alun selatan keraton Surakarta, sayembara desain pertama yang saya ikuti. Berbeda dengan apa yang dilakukan Frank Gehry dengan Gugenheimnya, disini justru ditantang untuk mengembalikan objek historis ke posisi awalnya, sebuah alun-alun keraton. Dilatarbelakangi oleh teralih fungsinya alun-alun selatan dari yang seharusnya sebagai bagian hierarki arsitektur keraton, yang justru menjadi ruang tanpa kontrol, tempat huni liar, hingga praktik prostitusi di malam hari. Hanya ada brand image negatif di kala itu.
[02]
Jero Benteng Keraton Kasunanan Surakarta. Mengawali dengan meraba dan memahami. Diskusi tentang keraton tidak sekedar terbatasi pada keraton secara fisik. Namun, meliputi pula kehidupan orang jawa, pandangan hidup, kejawen, mitologi, kosmologi dan lain sebagainya. Alun-alun selatan keraton kasunanan Surakarta termasuk didalamnya. Secara filosofi, kosmologi, dan mitologi, alun-alun selatan memiliki keterikatan yang sangat kuat dan dalam terhadap posisinya bagi keraton. Alun-alun selatan seharusnya sebagai ruang yang sunyi dan hening.
Berbeda dengan apa yang ada di jero benteng. Di luar benteng orang solo telah mengenal dengan apa yang disebut urban lifestyle yang modern. Ada banyak rentetan pusat perbelanjaan modern yang disebar hampir merata di kota Solo. Termasuk pula diantaranya beberapa pusat perbelanjaan besar yang melekati benteng keraton kasunanan Surakarta.
[03]
Berangkat dari hal-hal diatas, maka upaya merevitalisasi alun-alun selatan keraton Surakarta meliputi beberapa hal dan pentahapan strategis.
1. Mengembalikan kesunyian alun-alun selatan sebagai perjalanan akhir menjelajah keraton dari utara ke selatan. Didalamnya hanya ada siti hinggil yang diapit dua kereta raja dan sejauh mata memandang hanya terlihat padang rumput yang dibelah jalan lurus yang tepat di tengah-tengah ditumbuhi dua pohon beringin. Sepi.

2. Alun-alun selatan sebagai ruang terbuka kota [open space] dan taman kota [city park]. Pada skala kota Solo, keraton telah menjadi milik rakyat Surakarta. Tidak menutup mata dan telinga. Menyadari telah padatnya kota solo, alun-alun pun membuka diri kepada rakyatnya. Membiarkan rakyat masuk mendekat ke rajanya dan beraktifitas didalamnya dengan membuka akses lingkar formal.

3. Alun-alun selatan sebagai city attractive space di pusat kota Solo. Sebuah upaya membuka brand image baru yang positif bagi alun-alun selatan dengan menjadikannya ruang kota yang atraktif di malam hari. Ruang lapang yang sepi namun terang dipenuhi gemelap lampu atraktif membentuk bayangan pola batik-batik khas kota Solo di sepanjang jalan lingkar alun-alun.
4. Berperan mendorong sektor ekonomi kerakyatan nonformal. Sebuah upaya menata kembali ruang akhir di selatan alun-alun selatan dengan pasar tradisional, souvenir, dan pangkalan andong, kereta kuda khas Solo. Sebuah upaya untuk mempertahankan tradisi dan kearifan budaya lokal masyarakat kota Solo. Sebuah foyer, ruang transisi antara keraton sebagai masa lalu yang penuh sejarah, mitos dan pandangan hidup kejawen dengan kota Solo sebagai masa kini yang sarat bau teknologi global dan konsumerisasi.

[04]
Architecture seems like an art. It can be combined with a lot of disciplines around the world to make a new modification and creation. Music, fashion, comic, movie, dance, poetry, politic, social, technology, etc. But it is must could be proved as logical and scientific. Hopefully.
Toward to Wise Architecture.
10 nominator sayembara nasional revitalisasi alun-alun selatan keraton surakarta. 2003.
Tim Yowana Wastu; ahmad nur cahyo, andika priya utama, eko nurachmat, i putu wiadnyana, punto dhani untoro, puput ardiansyah, teguh parbowo.


Revitalisasi Keraton Surakarta Mendesak


PIHAK Keraton Surakarta berusaha meyakinkan pemerintah pusat agar bersedia mendanai revitalisasi sejumlah bangunan inti keraton yang sudah mengalami kerusakan parah sejak 2001. Antara lain Pendopo Pakubuwanan (Sasana Sewaka) dan Dalem Pakubuwono. Sembilan tahun silam, dua bangunan utama yang menopang kehidupan adat keraton itu sudah rusak dan diusulkan untuk mendapatkan bantuan Rp3 miliar, tapi belum dikabulkan.
"Karena kerusakan semakin parah, keraton berharap pemerintah pusat bersedia menurunkan dana Rp15 miliar untuk kepentingan revitalisasi. Mudah-mudahan pada 2011 sudah bisa dianggarkan di APBN," papar Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari, kemarin.
Menurut putri keraton yang akrab dipanggil Gusti Murtiyah atau Mbak Moeng itu, pemerintah telah menugasi sejumlah insinyur dari Kementerian Pekerjaan Umum untuk mengecek langsung kondisi dua bangunan yang rusak. Dua bangunan utama yang kini keropos dan banyak bocor itu pernah direnovasi ketika Keraton Surakarta mengalami kebakaran hebat pada 1985.
Bangunan situs sejarah dan budaya peninggalan dinasti Mataram Islam itu selama keberadaannya tidak pernah lekang dari segala prosesi upacara adat. Anggaran operasional yang minim kini semakin menyulitkan. Apalagi PLN berencana memadamkan listrik keraton jika sampai 20 September tidak mampu melunasi pembayaran listrik triwulan sejak Juli. (WJ/N-4)


Batik Mega Mendung ciri khas dan menjadi trade mark Cirebon




Tuesday, 4 January 2011

Indonesia, Calon Kekuatan Ekonomi Baru Dunia Morgan Stanley: PDB Indonesia bakal mencapai US$800 miliar atau Rp7.200 triliun.

http://fokus.vivanews.com/news/read/186419-indonesia--calon-kekuatan-ekonomi-baru-dunia

Indonesia, Calon Kekuatan Ekonomi Baru Dunia
Morgan Stanley: PDB Indonesia bakal mencapai US$800 miliar atau Rp7.200 triliun.
Rabu, 3 November 2010, 00:29 WIB
Heri Susanto, Syahid Latif

VIVAnews - Optimisme tentang masa depan ekonomi Indonesia kian mengemuka. Apalagi, setelah sejumlah lembaga dan institusi bergengsi dunia mulai memasukkan negeri ini sebagai calon kekuatan ekonomi baru di masa yang akan datang.

"Saya melihat, Indonesia bukan sekedar berpotensi masuk kelompok BRIC, tetapi bisa menggeser posisi Rusia," ujar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan di Jakarta, Selasa, 2 November 2010.

BRIC adalah akronim yang dipopulerkan oleh Goldman Sachs Group pada 2001, merujuk pada empat negara calon kekuatan ekonomi baru dunia pada 2020. BRIC kepanjangan dari Brazil, Rusia, India dan China. Total produk domestik bruto (PDB) BRIC diperkirakan mencapai US$30,2 triliun atau melampaui PDB tujuh negara industri maju (G-7) pada 2027. Bahkan, BRIC
akan menjadi kekuatan ekonomi paling dominan pada 2050.

Namun, BRIC dianggap belum mencerminkan potensi kekuatan ekonomi yang lebih luas, termasuk sejumlah negeri berkembang. Untuk mengakomodasinya, Goldman Sachs membuat istilah baru, yakni Next11. Ini mencakup Indonesia, Turki, Korea Selatan, Meksiko, Iran, Nigeria, Mesir, Filipina, Pakistan, Vietnam dan Bangladesh.

Morgan Stanley malah mengusulkan tambahan Indonesia pada BRIC menjadi BRICI. Alasannya, dalam lima tahun ke depan, lembaga terkemuka ini memperkirakan PDB Indonesia bakal mencapai US$800 miliar.

Senada dengan itu, majalah bergengsi The Economist, pada Juli 2010 juga memasukkan Indonesia sebagai calon kekuatan ekonomi baru pada 2030 di luar BRIC. The Economist mengenalkan akronim baru dengan sebutan CIVETS, kepanjangan dari Colombia, Indonesia, Vietnam, Egypt, Turkey dan South Africa. The Economist memperkirakan PDB enam negara ini rata-rata akan tumbuh 4,5 persen per tahun selama 20 tahun ke depan.

"Kemunculan CIVETS akan mempercepat pergeseran ekonomi global ke wilayah Timur dan Selatan," tulis Economist.

Kini, proyeksi sejumlah lembaga asing tersebut mulai bergema di Jakarta. Dalam sebuah forum diskusi bertema "Indonesia The Next I in BRICI?" yang digelar di Jakarta, kemarin, sejumlah petinggi dan eksekutif menyuarakan optimistisme serupa.

"Indonesia memiliki semua prasyarat untuk masuk jajaran elit BRIC. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menambahkan 'I' pada akronim BRIC untuk menjadi BRICI," kata Wakil Direktur Bank Mandiri Riswinandi. "Sebab, label ini jadi acuan investor asing menanamkan modal mereka."

Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri, Mirza Adityaswara, ada sejumlah alasan mengapa Indonesia layak disejajarkan dengan negara BRIC. Pertama, wilayah Indonesia tergolong luas hingga lebih dari 3 juta km2. Kedua, potensi pasar RI besar dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa. Ketiga, memiliki kekayaan sumber daya alam, bahkan produsen nomor satu minyak sawit mentah, nomor dua timah dan eksportir besar batu bara.

Keempat, pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen per tahun. Bahkan, RI menjadi satu dari tiga negara di dunia dengan pertumbuhan ekonomi positif pada 2008 bersama Cina dan India. Kelima, PDB per kapita Indonesia pada 2009 sekitar US$3.900 atau lebih baik dari India yang hanya US$2.900. Keenam, fiskal Indonesia tergolong sehat dengan defisit hanya 1,6 persen, lebih kecil dari defisit anggaran Rusia sebesar 6 persen, Brasil 3,3 persen, India 10 persen dan China 2,2 persen.

Bahkan, Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) memuji ekonomi RI cukup tangguh dalam menghadapi krisis global. PDB Indonesia pada 2009 sebesar 4,6 persen atau ketiga terbesar dalam kelompok negara G-20, setelah China dan India. "Situasi terkini memberi peluang unik bagi Indonesia untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan taraf hidup secara berkelanjutan," kata Sekretaris Jenderal OECD, Angel Gurria.

Namun, untuk mengejar impian sebagai negara berpengaruh di bidang ekonomi ada sejumlah syaratnya. OECD menyebutkan Indonesia harus serius menerapkan agenda reformasi, seperti perbaikan sistem pemungutan pajak, peningkatan efektivitas belanja negara, serta penegakan sistem hukum. "Subsidi energi Rp144 triliun pada 2010 harus dihapuskan bertahap," katanya. Dengan begitu, Indonesia punya anggaran lebih besar untuk membiayai infrastruktur yang kurang memadai.

Xavier Salai Martin, Chief Advisor dari World Economic Forum juga menyebutkan sejumlah syarat yang hampir sama agar Indonesia masuk jajaran ekonomi bergengsi. Syaratnya adalah perbaikan infrastruktur fisik, peningkatan mutu birokrasi, penegakan sistem hukum dan menjaga stabilitas ekonomimakro.

"Waspadai soal infrastruktur, jika tidak investasi, Indonesia takkan bisa mencapai pembangunan yang diharapkan." (kd)

• VIVAnews

Stanchart: RI Masuk 10 Raksasa Ekonomi, 2020

http://bisnis.vivanews.com/news/read/189139-indonesia-masuk-10-besar-ekonomi-2020

Stanchart: RI Masuk 10 Raksasa Ekonomi, 2020
Kekuatan Cina menggeser Amerika Serikat yang pada 2010 menjadi negara terbesar.
Rabu, 17 November 2010, 07:07 WIB
Nur Farida Ahniar

VIVAnews - China akan menjadi negara adidaya ekonomi dunia pada 2020. Kekuatan Cina bakal menggeser Amerika Serikat yang pada 2010 masih menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia.

Dalam laporan terbaru Standard Chartered Research yang berjudul "The Super-Cycle Report" pada 15 November 2010, bank terkemuka internasional itu menilai dunia tengah berada dalam sebuah kelanjutan periode waktu dari pertumbuhan ekonomi tinggi.

Negara-negara berkembang akan menjadi pendorong utama pertumbuhan. Bahkan, negara-negara berkembang akan dapat melampaui negara maju dengan lebih baik. Akibatnya, keseimbangan kekuatan global ekonomi akan bergeser tegas dari Barat ke Timur. "Asia akan mendorong sebagian besar dari pertumbuhan global selama 20 tahun ke depan," kata Stanchart.

Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi China akan menjadi 6,9 persen selama dua dekade mendatang, China menyalip Amerika Serikat untuk sebagai negara adidaya ekonomi dunia pada 2020.

Total PDB China saat itu sekitar US$ 24,6 triliun, meningkat dibanding 2010 sebesar US$ 5,9 triliun. Sedangkan, PDB Amerika sendiri diperkirakan mencapai US$ 23,3 triliun meningkat dibanding 2010 sebesar US$ 14,6 triliun.

Pertumbuhan ekonomi India naik 9,3 persen dalam periode yang sama dan mengekori Amerika Serikat sebagai perekonomian terbesar ketiga pada 2030. PDB India akan mencapai US$9,6 triliun. Posisi India langsung melesat, karena pada 2010 negara ini tidak masuk dalam daftar negara terbesar.

Selain China dan India, kekuatan baru yang bakal melesat adalah Brazil dan Rusia. Dalam satu dekade lagi, Brazil akan menempati posisi kelima dengan PDB US$5,1 triliun. Sedangkan, Rusia akan menempati posisi kedelapan dengan PDB US$ 3,5 triliun.

Kejutan lainnya adalah masuknya Indonesia - seperti halnya India - yang tahun ini tak masuk 10 negara terbesar ekonomi dunia. Namun, pada sepuluh tahun lagi, Indonesia akan masuk urutan kesepuluh dengan total PDB US$3,2 triliun.

Sementara, negara-negara Eropa yang sekarang dikenal sebagai negara industri maju justru turun dari posisi saat ini. Bahkan, Italia dan Kanada justru terpental dari sepuluh besar.

10 Besar Ekonomi Dunia 2010 dan 2020
2010 PDB (US$ triliun) 2020 PDB (US$ triliun)
Amerika Serikat 14,6 China 24,6
China 5,9 Amerika Serikat 23,3
Jepang 5,6 India 9,6
Jerman 3,3 Jepang 6,0
Prancis 2,6 Brazil 5,1
Inggris 2,3 Jerman 5,0
Italia 2,0 Prancis 3,9
Brazil 2,0 Rusia 3,5
Kanada 1,6 Inggris 3,4
Rusia 1,5 Indonesia 3,2

Sumber: IMF dan Stanchart

Menurut laporan Stanchart, peta negara maju dunia selalu berubah tiap dekade. Pada abad 19, awalnya Inggris sebagai negara produktif memimpin secara ekonomi, lalu disusul oleh Amerika Serikat menjelang akhir abad 19.

Namun, pasca era perang dunia, Jepang menjadi negara maju di bidang ekonomi. Sekarang, China menjadi negara yang ekonominya paling dinamis, sedangkan India akan menyusul secepatnya.

Kemajuan tersebut membuat standar hidup yang diukur dengan pendapatan per kapita akan meningkat sembilan kali lipat di China dan India dalam kurun waktu antara tahun 2000 hingga 2030.

Sedangkan pada 2030, kekuatan ekonomi akan bergeser dari negara Barat ke negara Timur. Sedangkan AS, Uni Eropa dan Jepang yang mewakili 72 persen ekonomi global harus menyusut hanya 29 persen pada 2030. Saat itu, kekuatan ekonomi telah pindah ke kekuatan baru, seperti China, India, Brazil dan Indonesia. (hs)

Baca Juga:

2030, Ekonomi Indonesia Geser Jepang
RI Dibanding Brazil, Rusia, China dan India

Lima Raksasa Ekonomi Dunia 2030 Peta kekuatan ekonomi dunia berubah pada 2030, Indonesia masuk lima besar?

Peta kekuatan ekonomi dunia berubah pada 2030, Indonesia masuk lima besar?
Rabu, 24 November 2010, 08:31 WIB
Heri Susanto


VIVAnews - Optimisme bahwa kekuatan ekonomi dunia akan bergeser dari Barat ke Timur kian merebak. Bahkan, Asia kini menjadi pusat perhatian utama dunia sebagai kawasan tujuan investasi.

“Pendulum geo-politik dan geo-ekonomi akan bergeser ke kawasan Asia,” ujar Dirjen Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri Indonesia, Djauhari Oratmangun seperti ditulis VIVAnews 23 November 2010.

Optimisme Djauhari adalah satu dari deretan optimisme berbagai lembaga keuangan dunia lainnya. Baru-baru ini, dalam laporan khusus Standard Chartered Bank juga diyakini soal pergeseran keseimbangan kekuatan ekonomi global dari Barat ke Timur.

Pemicunya adalah peningkatan besar di negara berkembang, terutama perdagangan di pasar-pasar negara berkembang, industrialisasi yang pesat, suplai tenaga kerja murah, urbanisasi dan meningkatnya masyarakat kelas menengah, serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi, rata-rata 5,2 persen di Asia dalam dua dekade mendatang.

Bahkan, Stanchart memperkirakan 20 tahun lagi, lima kekuatan ekonomi akan benar-benar berubah. Pada 2010 ini, lima kekuatan ekonomi dunia dikendalikan oleh Amerika Serikat, China, Jepang, Jerman dan Prancis.

Namun, dua dekade lagi, bank terkemuka yang berpusat di Inggris itu meyakini posisi lima besar akan benar-benar berganti. China akan menempati posisi pertama, lantas diikuti oleh Amerika Serikat, India, Brazil dan Indonesia. Berikut ini profil singkat lima raksasa ekonomi dunia 2030.

1. China
Pada 2030, China akan menjadi negara adikuasa secara ekonomi. volume PDB China diperkirakan akan mencapai US$73,5 triliun atau tertinggi di dunia.Saat ini, PDB China mencapai US$5,9 triliun atau terbesar kedua dunia. China akan menguasai 24 persen ekonomi dunia. Negeri dengan jumlah penduduk tertinggi sejagat ini akan tetap menjadi mesin utama pertumbuhan yang ditopang oleh industri manufaktur. Apalagi, kaum berpendidikan tinggi di China melonjak sangat signifikan.

2. Amerika Serikat
Saat ini, Amerika merupakan mbahnya kapitalisme dunia dan negara adidaya ekonomi dengan PDB terbesar dunia, yakni US$14,6 triliun. Amerika juga termasuk negara kaya dunia dengan tingkat pendapatan penduduk per kapita cukup besar, yakni US$46.760 per tahun.

Jumlah penduduk dan kondisi geografis membuat negara adidaya ini tak muncul sebagai negara paling kaya di dunia. Negara ini mengedepankan perekonomi kapitalis yang tak terlalu memprioritaskan program sosial. Namun, negara ini tak ragu menghabiskan anggaran besar untuk pendidikan. Meski tergolong maju, kesenjangan sosial-ekonomi di negara ini cukup kentara.

3. India
PDB India diperkirakan akan mecapai US$30 triliun dalam dua dekade lagi. India yang juga memiliki populasi terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan menjadi mesin pertumbuhan besar kedua setelah China. Negara ini telah meningkatkan investasi luar biasa besar dari 24 persen PDB pada 2000 menjadi 40 persen PDB pada 2010. Kapasitas produksi, perbaikan infrastruktur, serta upaya memperbaiki standar pendidikan akan memicu pertumbuhan India.

4. Brazil
Sebagai calon raksasa ekonomi keempat di dunia, PDB Brazil diperkirakan akan mencapai US$12,2 triliun pada 2030. Selain memiliki jumlah penduduk yang tinggi, Brazil juga dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber alam serta perkembangan di industri manufaktur.

5. Indonesia
Indonesia merupakan salah satu kuda hitam yang akan menempati posisi kelima dunia pada 2030. Indonesia bukan hanya menggeser Rusia, melainkan juga menggeser Jepang yang kini merupakan kekuatan ekonomi terbesar ketiga dunia. Pada saat itu, Indonesia akan memiliki PDB sebesar US$9,3 triliun.

Saat ini, Indonesia merupakan negara yang memiliki peran penting di ASEAN. Dari 565 juta populasi ASEAN, Indonesia mencakup 40 persennya. Dari total PDB US$1,3 triliun, 50 persennya juga dikuasai Indonesia. Indonesia tengah berupaya menggenjot infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen per tahun.

Sumber: Stanchart I Bank Mandiri I IMF I Bank Dunia

Baca Juga
10 Negara Super Makmur di Dunia
10 Negara Paling Miskin di Dunia
10 Propinsi Paling Miskin di Indonesia
10 Bandara Terbaik di Dunia

• VIVAnews

China Geser Amerika, Indonesia Masuk 5 Besar?

http://bisnis.vivanews.com/news/read/191093-asia--sang-pemenang-siklus-ekonomi-2030

China Geser Amerika, Indonesia Masuk 5 Besar?

Ekonomi dunia berada dalam super-cycle babak baru pertumbuhan tinggi. Asia pemenangnya?
Senin, 29 November 2010, 08:10 WIB
Heri Susanto

VIVAnews - Perekonomian dunia kini berada dalam super-cycle (siklus-super). Ini adalah masa pertumbuhan global historis yang tinggi, yang berlangsung satu generasi atau lebih. Super-cycle yang ditandai dengan munculnya pertumbuhan ekonomi yang cepat ini dinikmati oleh negara seperti Cina, India dan Indonesia sekarang.

Ada banyak faktor pendorong terjadinya hal ini, termasuk peningkatan perdagangan, tingginya tingkat investasi, urbanisasi yang cepat dan inovasi teknologi.

Dalam sejarahnya, perekonomian dunia telah dua kali menikmati super-cycle sebelumnya. Pertama, 1870-1913, mengalami pick-up signifikan pada pertumbuhan global. Rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia setiap tahun sebesar 2,7%, satu persen lebih tinggi dari sebelumnya. Siklus itu dipimpin oleh munculnya Amerika Serikat, serta munculnya peningkatan perdagangan dan penggunaan teknologi yang lebih besar dari Revolusi Industri.

Super siklus kedua, dari 1945 hingga awal 1970-an, pertumbuhan rata-rata 5% dan ditandai oleh rekonstruksi pasca-Perang dan catch-up di sebagian besar dunia. Ini juga ditandai oleh munculnya kelas menengah yang besar di Barat dan negara-negara pengekspor di Asia, dipimpin oleh Jepang.

Sekarang, kita mungkin berada dalam super-cycle yang berbeda, namun dengan aspek-aspek serupa seperti dua super-cycle sebelumnya.

Bagi orang-orang di Asia dan di seluruh dunia, muncul ide pertumbuhan mungkin terdengar tidak biasa. Tapi bagi banyak orang di Barat, pikiran dari Super-Cycle bukan hal aneh mengingat masalah inilah yang dihadapi perekonomian dunia. Faktanya,ekonomi dunia sekarang lebih dari US$62 triliun, sekitar dua kali lipat dibandingkan satu dekade lalu, bahkan telah melampaui puncak pra-resesi.

Selama dua tahun terakhir, ekonomi telah rebound didorong oleh kebijakan stimulus di Barat dan oleh pertumbuhan kuat di Timur. Memang, pasar di negara-negara berkembang, yang merupakan sepertiga dari ekonomi dunia, saat ini mencapai dua-pertiga pertumbuhannya. Tren ini tampaknya akan terus berlanjut.

Pada tahun 2030, perekonomian dunia bisa tumbuh menjadi US$308 triliun. Proyeksi ini berarti tingkat pertumbuhan riil sebesar 3,5% untuk periode mulai tahun 2000 -- saat Super-Cycle dimulai -- hingga 2030. Atau rata-rata pertumbuhan riil sebesar 3,9% dari sekarang hingga 2030. Ini akan menjadi kemajuan signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan 2,8% selama 1973 hingga 2000.

Situasi yang luar biasa tidak hanya berupa kemungkinan skala ekspansi ini, tetapi juga ramalan yang didasarkan pada proyeksi pertumbuhan yang terlalu berhati-hati. Misalnya, China diperkirakan akan tumbuh rata-rata 6,9% per tahun selama periode tahun 2030 dan India sebesar 9,3%.

Pada tahun 2030, India mungkin telah menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia. Selain itu, Indonesia, yang saat ini perekonomian peringkat 18 terbesar kemungkinan besar akan pindah menjadi lima terbesar dunia dalam jangka waktu dua puluh tahun saja, setelah menikmati hampir rata-rata 7% pertumbuhan selama periode tersebut.

Memang, selalu ada risiko yang dapat mempengaruhi pertumbuhan global. Super-cycle pertama berakhir dengan pecahnya Perang Dunia Pertama, yang kedua dengan guncangan minyak bumi diawal tahun tujuh puluhan. Namun, kali ini semoga dunia mempunyai posisi lebih baik untuk mengatasi risiko munculnya badan pengambil keputusan internasional dan forum kebijakan seperti G20.

Sangatlah penting menekankan bahwa super cycle bukan berarti pertumbuhan akan terus menguat selama seluruh periode. Dalam tiga atau empat tahun terakhir saya termasuk di antara yang paling pesimis tentang pertumbuhan ekonomi AS. Saya masih berhati-hati karena perekonomian AS masih akan berjuang di tahun depan dengan pertumbuhan di bawah tren. Demikian juga Eropa dan Jepang, keduanya akan menghadapi prospek jangka pendek yang masih lesu dengan pertumbuhan datar.

Karena itu, perkembangan akan lebih luar biasa jika Asia dapat mendorong lebih banyak pertumbuhan mereka sendiri. Apalagi hal tersebut sangat dibutuhkan dunia.

Tahun depan, China akan melihat tahun pertama dari rencana lima-tahunan ke-12. Hal ini seharusnya akan membantu pertumbuhan mereka. Namun demikian, bank sentral China dan lainnya di seluruh Asia akan melakukan pengetatan kebijakan untuk menahan inflasi. Pada gilirannya, hal ini harusnya memungkinkan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan, namun dengan tingkat yang mendekati atau bahkan di bawah yang terlihat pada tahun ini. Jadi, dalam Super-Cycle, jelas akan ada tantangan bagi para pembuat kebijakan.

Sebagaimana pentingnya untuk fokus pada tantangan jangka pendek, namun sangat penting tetap melihat peluang jangka panjang. Selama Super-Cycle, kami percaya bahwa China bisa menggantikan AS sebagai perekonomian terbesar dunia pada 2020, jauh lebih cepat daripada yang banyak pihak prediksikan.

Namun, dari perkiraan itu yang paling penting adalah cerita yang terjadi dibaliknya.

Tak bisa dipungkiri, ada skala perekonomian yang tengah berkembang. Seiring dengan pertumbuhannya, negara-negara berkembang akan memberikan pengaruh lebih besar pada perekonomian dunia. Begitupun dengan dampak dari pertumbuhan koridor-koridor perdagangan baru. Hampir 85% dari populasi dunia kini semakin saling terkait melalui perdagangan, sehingga memungkinkan pertambahan jumlah orang yang akan berkontribusi pada perekonomian global.

Sumber-sumber pendanaan akan menjadi penggerak pertumbuhan yang penting, mengingat tingginya kebutuhan investasi, khususnya di bidang infrastruktur. Lalu ada hal lain yang saya sebut perspiration atau keringat dari makin banyaknya jumlah orang yang bekerja dan berbelanja, dan juga kreativitas yang makin besar atas inovasi dan teknologi.

Negara-negara yang akan berhasil adalah negara yang paling banyak memiliki uang tunai, komoditas dan kreativitas. Dalam beberapa tahun terakhir saya kerap menjelaskan keadaan yang tengah terjadi sebagai New World Order, mencerminkan pergeseran keseimbangan kekuatan ekonomi dan keuangan dari Barat ke Timur.

Nah, di tengah pergeseran ini masih berlaku, Super-Cycle lebih tepat mencerminkan apa yang sedang terjadi. Barat masih sangat mungkin berhasil dengan lingkungan seperti ini, terutama jika perekonomian di sana kreatif. Namun sudah jelas bahwa Asia akan muncul menjadi pemenang.

Penulis:
Dr Lyons Gerard
Head of Global Research and Chief Economist di Standard Chartered Bank

• VIVAnews

Wikipedia

Search results

AddThis

Bookmark and Share

Facebook Comment

Info Archive

Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Arief Natadiningrat :

"Kami berharap, negara ini tidak melupakan sejarah. Dulu sebelum kemerdekaan Bung Karno meminta dukungan keraton untuk bisa membuat NKRI terwujud, karena saat itu tak ada dana untuk mendirikan negara. Saat itu keraton-keraton menyerahkan harta yang mereka punya untuk kemerdekaan negara ini,"

http://nasional.kompas.com/read/2010/12/05/1725383/Para.Sultan.Dukung.Keistimewaan.Yogya

THE FSKN STATMENT IN SULTANATE OF BANJAR : SESUNGGUHNYA KETIKA RAJA - RAJA MEMBUAT KOMITMENT DGN BUNG KARNO DALAM MENDIRIKAN REPUBLIK INI , SEMUA KERAJAAN YG MENYERAHKAN KEDAULATAN DAN KEKAYAAN HARTA TANAHNYA , DIJANJIKAN MENJADI DAERAH ISTIMEWA. NAMUN PADA KENYATAANNYA ...HANYA
YOGYAKARTA YG DI PROSES SEBAGAI DAERAH ISTIMEWA ... AKANKAH AKAN MELEBAR SEPERTI KETIKA DI JANJIKAN ... HANYA TUHAN YG MAHA TAU. ( Sekjen - FSKN ) By: Kanjeng Pangeran Haryo Kusumodiningrat

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=177026175660364&set=a.105902269439422.11074.100000589496907