Wednesday, 5 January 2011

Dana Perawatan Hanya Cukup untuk Babat Rumput



http://arkeologi.web.id/articles/berita-arkeologi/1010-dana-perawatan-hanya-cukup-untuk-babat-rumput

Dana Perawatan Hanya Cukup untuk Babat Rumput

E-mail Print PDF
Cirebon, - Pemerintah Kota Cirebon menganggarkan Rp 207 juta untuk merawat empat situs budaya di kota itu dalam setahun. Dana itu diperkirakan hanya cukup untuk membabat rumput, memberi makan monyet, dan pengecatan berkala.

Situs yang masuk dalam anggaran itu adalah Taman Sunan Kalijaga, Tamansari Suryanegara, Jembatan Kuta Kosot, dan Kelenteng Tiao Kak Sie. Bangunan tersebut rata-rata sudah berdiri sejak abad XV saat Sunan Gunung Jati berkuasa. Sebagian bangunan tidak hanya butuh perawatan, tetapi juga perbaikan karena sarana umum penunjang obyek wisata masih minim.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Budaya Kota Cirebon Abidin Aslich di sela-sela seminar revitalisasi keraton di Keraton Kasepuhan, Rabu (3/3), mengatakan, dana Rp 207 juta itu hanya cukup untuk membabat rumput, mengecat, dan memberi makan monyet. Ia mengakui kemampuan Pemkot dalam menyediakan dana terbatas.

Sebagai gambaran, Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Budaya tahun ini mendapatkan anggaran Rp 4,9 miliar, termasuk gaji pegawai. Dibandingkan dengan APBD Kota Cirebon yang mencapai Rp 600 miliar, anggaran untuk dinas itu sangat kecil sehingga pos pemeliharaan situs pun kecil.

Akan tetapi, dibandingkan dengan tahun lalu, nilai anggaran perawatan kali ini lebih besar. Tahun lalu Pemkot hanya menganggarkan Rp 173 juta untuk perawatan situs. Tahun ini setidaknya ada kenaikan Rp 34 juta.

Kondisi situsPenambahan dana perawatan dinilai sangat perlu karena berimbas pada kondisi situs. "Tahun-tahun lalu, karena tidak diberi makan, monyet-monyet di situs Sunan Kalijaga sering merusak rumah warga, naik ke atap, dan memelorotkan genting. Tapi, setelah mereka diberi makan, tidak merusak lagi," kata Abidin.

Pangeran Arief Natadiningrat, putra Sultan Kasepuhan XIII, juga mengatakan, perawatan situs budaya memang sangat mahal. Untuk merevitalisasi taman di sekitar Bangsal Pagelaran Keraton Kasepuhan diperkirakan butuh Rp 4 miliar. Pemerintah pusat hanya mengabulkan setengah dari kebutuhan dana revitalisasi taman.

Arief mengaku banyak bergantung pada Pemkot, provinsi, dan pusat untuk pendanaan keraton. Kini pihaknya mencoba menggali dana dari lembaga swadaya masyarakat di luar negeri dan program tanggung jawab sosial dari perusahaan di Cirebon.

Keraton, lanjutnya, sebenarnya bisa mandiri untuk merawat bangunan bersejarahnya asal ada aset yang bisa digunakan untuk mendapatkan pemasukan. Menurut dia, aset milik keraton saat ini masih ditempati pemerintah daerah sehingga keraton tidak bisa mendapatkan hasilnya.

"Jumlahnya 337 hektar di Kota Cirebon saja. Jika ini bisa dikelola untuk pertanian, hasilnya bisa membuat kami mandiri," kata Arief.



Sumber: http://cetak.kompas.com/


http://aadl.wordpress.com/2008/08/31/dialog-tradisi-dan-arsitektur/

Dialog Tradisi dan Arsitektur

mediasi antara tradisi keraton dengan ruang kota
[Design method III]
[00]
Sabtu hari kedua bulan ini saat hampir tengah hari pak Putu Mahendra mengajak seseorang masuk ke ruang gajah, tempat dimana saya sedang merevisi gambar yang akan diasistensi pak Bill besoknya untuk memperkenalkan tamunya. Dia adalah Sonny Sutanto. Ini adalah pertama kalinya saya bertemu. Diskusi santai berlanjut di selasar kantor Bensley Design Studio Sanur. Banyak hal menarik, salah satu diantaranya adalah statement pak Sonny yang lebih kurang menjawab pertanyaan, kenapa Frank Gehry bisa dengan mudah membuat Museum Gugenheim di Spanyol dengan bentuk dan material seperti itu. Jawabannya adalah karena budaya masyarakat di eropa terutama di Spanyol sudah tidak kuat. Mendengar ini, saya menjadi teringat pada kompetisi yang saya dan teman-teman ikuti saat masih semester tiga. Ini tentang tradisi dan budaya dalem keraton yang sangat kuat dalam interaksinya dengan arsitektur kota.
[01]
Revitalisasi alun-alun selatan keraton Surakarta, sayembara desain pertama yang saya ikuti. Berbeda dengan apa yang dilakukan Frank Gehry dengan Gugenheimnya, disini justru ditantang untuk mengembalikan objek historis ke posisi awalnya, sebuah alun-alun keraton. Dilatarbelakangi oleh teralih fungsinya alun-alun selatan dari yang seharusnya sebagai bagian hierarki arsitektur keraton, yang justru menjadi ruang tanpa kontrol, tempat huni liar, hingga praktik prostitusi di malam hari. Hanya ada brand image negatif di kala itu.
[02]
Jero Benteng Keraton Kasunanan Surakarta. Mengawali dengan meraba dan memahami. Diskusi tentang keraton tidak sekedar terbatasi pada keraton secara fisik. Namun, meliputi pula kehidupan orang jawa, pandangan hidup, kejawen, mitologi, kosmologi dan lain sebagainya. Alun-alun selatan keraton kasunanan Surakarta termasuk didalamnya. Secara filosofi, kosmologi, dan mitologi, alun-alun selatan memiliki keterikatan yang sangat kuat dan dalam terhadap posisinya bagi keraton. Alun-alun selatan seharusnya sebagai ruang yang sunyi dan hening.
Berbeda dengan apa yang ada di jero benteng. Di luar benteng orang solo telah mengenal dengan apa yang disebut urban lifestyle yang modern. Ada banyak rentetan pusat perbelanjaan modern yang disebar hampir merata di kota Solo. Termasuk pula diantaranya beberapa pusat perbelanjaan besar yang melekati benteng keraton kasunanan Surakarta.
[03]
Berangkat dari hal-hal diatas, maka upaya merevitalisasi alun-alun selatan keraton Surakarta meliputi beberapa hal dan pentahapan strategis.
1. Mengembalikan kesunyian alun-alun selatan sebagai perjalanan akhir menjelajah keraton dari utara ke selatan. Didalamnya hanya ada siti hinggil yang diapit dua kereta raja dan sejauh mata memandang hanya terlihat padang rumput yang dibelah jalan lurus yang tepat di tengah-tengah ditumbuhi dua pohon beringin. Sepi.

2. Alun-alun selatan sebagai ruang terbuka kota [open space] dan taman kota [city park]. Pada skala kota Solo, keraton telah menjadi milik rakyat Surakarta. Tidak menutup mata dan telinga. Menyadari telah padatnya kota solo, alun-alun pun membuka diri kepada rakyatnya. Membiarkan rakyat masuk mendekat ke rajanya dan beraktifitas didalamnya dengan membuka akses lingkar formal.

3. Alun-alun selatan sebagai city attractive space di pusat kota Solo. Sebuah upaya membuka brand image baru yang positif bagi alun-alun selatan dengan menjadikannya ruang kota yang atraktif di malam hari. Ruang lapang yang sepi namun terang dipenuhi gemelap lampu atraktif membentuk bayangan pola batik-batik khas kota Solo di sepanjang jalan lingkar alun-alun.
4. Berperan mendorong sektor ekonomi kerakyatan nonformal. Sebuah upaya menata kembali ruang akhir di selatan alun-alun selatan dengan pasar tradisional, souvenir, dan pangkalan andong, kereta kuda khas Solo. Sebuah upaya untuk mempertahankan tradisi dan kearifan budaya lokal masyarakat kota Solo. Sebuah foyer, ruang transisi antara keraton sebagai masa lalu yang penuh sejarah, mitos dan pandangan hidup kejawen dengan kota Solo sebagai masa kini yang sarat bau teknologi global dan konsumerisasi.

[04]
Architecture seems like an art. It can be combined with a lot of disciplines around the world to make a new modification and creation. Music, fashion, comic, movie, dance, poetry, politic, social, technology, etc. But it is must could be proved as logical and scientific. Hopefully.
Toward to Wise Architecture.
10 nominator sayembara nasional revitalisasi alun-alun selatan keraton surakarta. 2003.
Tim Yowana Wastu; ahmad nur cahyo, andika priya utama, eko nurachmat, i putu wiadnyana, punto dhani untoro, puput ardiansyah, teguh parbowo.


Revitalisasi Keraton Surakarta Mendesak


PIHAK Keraton Surakarta berusaha meyakinkan pemerintah pusat agar bersedia mendanai revitalisasi sejumlah bangunan inti keraton yang sudah mengalami kerusakan parah sejak 2001. Antara lain Pendopo Pakubuwanan (Sasana Sewaka) dan Dalem Pakubuwono. Sembilan tahun silam, dua bangunan utama yang menopang kehidupan adat keraton itu sudah rusak dan diusulkan untuk mendapatkan bantuan Rp3 miliar, tapi belum dikabulkan.
"Karena kerusakan semakin parah, keraton berharap pemerintah pusat bersedia menurunkan dana Rp15 miliar untuk kepentingan revitalisasi. Mudah-mudahan pada 2011 sudah bisa dianggarkan di APBN," papar Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari, kemarin.
Menurut putri keraton yang akrab dipanggil Gusti Murtiyah atau Mbak Moeng itu, pemerintah telah menugasi sejumlah insinyur dari Kementerian Pekerjaan Umum untuk mengecek langsung kondisi dua bangunan yang rusak. Dua bangunan utama yang kini keropos dan banyak bocor itu pernah direnovasi ketika Keraton Surakarta mengalami kebakaran hebat pada 1985.
Bangunan situs sejarah dan budaya peninggalan dinasti Mataram Islam itu selama keberadaannya tidak pernah lekang dari segala prosesi upacara adat. Anggaran operasional yang minim kini semakin menyulitkan. Apalagi PLN berencana memadamkan listrik keraton jika sampai 20 September tidak mampu melunasi pembayaran listrik triwulan sejak Juli. (WJ/N-4)


Batik Mega Mendung ciri khas dan menjadi trade mark Cirebon




Wikipedia

Search results

AddThis

Bookmark and Share

Facebook Comment

Info Archive

Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Arief Natadiningrat :

"Kami berharap, negara ini tidak melupakan sejarah. Dulu sebelum kemerdekaan Bung Karno meminta dukungan keraton untuk bisa membuat NKRI terwujud, karena saat itu tak ada dana untuk mendirikan negara. Saat itu keraton-keraton menyerahkan harta yang mereka punya untuk kemerdekaan negara ini,"

http://nasional.kompas.com/read/2010/12/05/1725383/Para.Sultan.Dukung.Keistimewaan.Yogya

THE FSKN STATMENT IN SULTANATE OF BANJAR : SESUNGGUHNYA KETIKA RAJA - RAJA MEMBUAT KOMITMENT DGN BUNG KARNO DALAM MENDIRIKAN REPUBLIK INI , SEMUA KERAJAAN YG MENYERAHKAN KEDAULATAN DAN KEKAYAAN HARTA TANAHNYA , DIJANJIKAN MENJADI DAERAH ISTIMEWA. NAMUN PADA KENYATAANNYA ...HANYA
YOGYAKARTA YG DI PROSES SEBAGAI DAERAH ISTIMEWA ... AKANKAH AKAN MELEBAR SEPERTI KETIKA DI JANJIKAN ... HANYA TUHAN YG MAHA TAU. ( Sekjen - FSKN ) By: Kanjeng Pangeran Haryo Kusumodiningrat

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=177026175660364&set=a.105902269439422.11074.100000589496907