Tuesday, 15 December 2009

Harta Karun Soekarno , Akhirnya Ditemukan Juga


Harta Karun Soekarno , Akhirnya Ditemukan JugaJul 6, '06 11:12 PM
for everyone

http://atmoon.multiply.com/journal/item/39


GW sengaja menulis judul sedikir merangsang adrenalin kita sebagai manusia dengan kata pembuka "Harta Karun". Padahal maksudnya sih kiasan saja sebagai suatu ungkapan metaforik analitik setelah menyusuri sejarah Bangsa Indonesia. Judul aslinya adalah "Bangsa Indonesia dan Harta Karun Soekarno". Membaca tulisan ini, Anda boleh percaya dan boleh juga tidak. Tidak ada paksaan dalam membaca. Tapi mulailah berpikir dan merenungkannya.

Beberapa waktu yang lalu kita sempat dihebohkan dengan berita mengejutkan tentang Harta Karun Warisan Presiden Soekarno yang disebut-sebut berupa emas, perak yang sangat berharga dan khabarnya dapat membayar seluruh hutang Bangsa Indonesia. Isu dan kisah harta warisan Soekarno pun bergulir. Korbannya tak tanggung-tanggung “Seorang Menteri Agama era Megawati” mengacak-ngacak situ purbakala di Bogor. Amarah dan cemooh pun bermunculan karena kenaifan, kedunguan, ketamakan dan keserakahan si menteri yang belakangan diseret pengadilan karena kasus korupsi “Dana Abadi Umat”. Semenjak peristiwa yang memalukan di Bogor itu kisah harta karun peninggalan Soekarno masih terdengar beberapa waktu kemudian. Klaim-klaim masih bermunculan, umumnya dari dukun dan paranormal. Namun pelan-pelan kisah harta itu pun kemudian lenyap meskipun masih mengendap menjadi sisa informasi di benak kebanyakan masyarakat Indonesia yang kelak akan muncul kembali dengan kisah yang barangkali lebih sedap dengan sedikit rasa pedas di lidah yang membuat merah muka.

Kemunculan kisah harta karun Soekarno yang sempat menghebohkan itu memang membuat banyak orang yang kecondongannya tamak menjadi ngiler. Darimana sumber asal kisah itu pun masih simpang siur, tak ketahuan rimbanya. Mungkin salah satu makhluk halus penghuni pulau Jawa yang membisikkan salah satu budaknya untuk membisik-bisikkan tentang pusaka warisan bangsa Indonesia itu. Tapi apa tepatnya Harta Pusaka warisan Soekarno itu? Tak ada satu pun ahli atau pakar yang berminat menyibak misterinya karena tentunya takut di bilang ketularan ketamakan atau di bilang dungu karena percaya pada bisikan paranormal yang tak jelas ujung pangkalnya.

Saya justru tertarik mengungkapkan Harta Peninggalan Soekarno itu bukan dari perspektif perhartakarunan dengan gambaran emas, perak atau intan permata. Tapi dari perspektif kesejarahan Bangsa Indonesia yang jejaknya telah ditemukan oleh Sokarno di kawasan Bogor yang tidak lain adalah prasasti Batu Tulis sebagai peninggalan masa lalu yang menyimpan sejarah bangsa Indonesia dan erat kaitannya dengan transmisi pengetahuan yang saat ini sudah sangat dikenal.

Gagasan saya mengaitkan harta karun Soekarno dengan peninggalan sejarah di Batu Tulis saya ilhami dari karakter Soekarno itu sendiri yang memadukan intelektualitas dan kemampuan citarasanya yang tinggi tentang berbagai seni dan budaya di tanah air. Benar, saya kemudian harus berasumsi bahwa ungkapan Harta Karun Bangsa Indonesia sebenarnya dinyatakan oleh Soekarno sendiri dengan suatu gaya pengungkapan metaforis puitis sebagai karakter dasar beliau. Seseorang yang menguping ungkapan terselubung ini kemudian mengira bahwa yang diungkapkan Soekarno adalah harta beneran berupa emas, perak, atau berlian yang tersimpan di suatu tempat di Bogor, bahkan ada yang mengatakannya tersimpan di suatu Bank di Swiss. Padahal yang dimaksud Soekarno adalah peninggalan di Bogor yaitu Batu Tulis yang menyimpan rahasia emas dan perak sebagai simbologi tentang sumber asal Pengetahuan Tuhan yang telah dikenal semasa kerajaan Areuteun, bahkan mungkin jauh sebelum era kerajaan Areueun maupun Taruma Negara.

Soekarno selain seorang yang teknis, paham ilmu rekayasa, ia pun dikenal sebagai ahli kesenian. Bukan sekedar seni tari atau lukis, namun ia adalah sastrawan yang paham benar ungkapan-ungkapan al-Qur’an, Injil, Kitab Siwa-Budha maupun agama Hindu, dan kenal benar karya sastra lokal (termasuk cerita daerah) maupun dunia. Sehingga gaya pengungkapannya ketika berkaitan dengan suatu titik tolak entitas kebangsaan Indonesia meniru ungkapan kitab-kitab agama dengan maksud-maksud terselubung.

Maksud terselubung itu berkaitan dengan kemampuan manusia idaman Indonesia yang diimpikan Soekarno sebagai manusia yang mestinya cerdas, berpengetahuan lahir maupun batin dengan butir-butir yang tercantum dalam Pancasila. Singkatnya, impian Soekarno tentang Manusia Indonesia di masa depan adalah “yang jenius sekaligus yang relijius” sebagai figur diri Soekarno sendiri. Dengan menyelubungi rahasia titik tolak asal usul pengetahuan Bangsa Indonesia itu, Soekarno menyodorkan suatu teka-teki mistis “Harta Pusaka Indonesia” atau yang belakangan dihebohkan sebagai “Harta Karun Peninggalan Soekarno”.

Pengungkapan demikian mempunyai tujuan. Tujuan utamanya adalah melindungi Pusaka itu dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab. Bagi yang mempunyai kecondongan tamak dan serakah, pastilah akan mengira kalau ungkapan terselubung itu berkaitan dengan emas, perak dan intan berlian. Jadi, meskipun Soekarno tak pernah menyatakan Harta Pusaka itu sebagai emas dan perak maupun berlian, perkiraan seperti itu muncul belakangan dari orang-orang yang sempat mendengar atau menguping ungkapan Soekarno dan menafsirkannya dengan ketamakan dan keserakahan akan kemaruknya harta dunia. Dan umumnya manusia mengira demikian karena selubung metaforis Soekarno memang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang paham benar dengan karakteristik Soekarno sebagai intelektual lahir dan batin yang membaca banyak buku teknis, sastra, filsafat dan kenal karakteristik dasar seluruh ajaran agama yang ada di Indonesia. Mereka yang tamak dan serakahpun terkecoh dan babak belur dengan korban pertama seorang menteri yang mengaku dapat bisikan paranormal.

Kalau kita lebih jernih menelusuri sejarah hidup Soekarno, sebenarnya menjadi jelas kalau ungkapan Harta Pusaka Soekarno berkaitan dengan JEJAK SEJARAH MANUSIA INDONESIA yang jejak-jejaknya tertera di prasasti-prasasti yang ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu yang tertua adalah prasasti Batu Tulis yang ada di Wilayah Bogor yang sampai hari ini menurut perbincangan arkeolog di situs www.arkeologi.net menyimpan misteri yang belum terpecahkan yaitu misteri TULISAN IKAL. Mengenai tulisan ikal sebenarnya sudah saya singgung di risalah Sangkan Paraning Dumadi : Mengintip Fajar Sejarah Manusia Indonesia dan Tuhan Yang Maha Esa yang saya bagikan gratis di milis internet (yg berminat silahkan subscribe di myquran@yahoogroups.com, atau lihat di www.yahoogroups.com/myquran cari menu File , buka folder buku, download file spada_r1.pdf).

Pulau Jawa dalam cacatan sejarah telah dikenal oleh Cina melalui tulisan pendeta Budha Fa Hsien yang terdampar di “Ya-wa-di” dan tinggal di situ selama 5 bulan setelah berlayar selama 90 hari dari Srilangka menuju Kanton pada tahun 414 M. Menurut catatan Fa-Hsien, belum ada pemeluk agama Budha yang ada adalah pendeta Brahmana, jadi saat itu agama Hindu telah ada di Kawasan Jawa atau Javadvipa.

Kontak resmi Cina dengan Ja-wa secara resmi dimulai di zaman Dinasti Sung (420-479 M) yang pada tahun 435 M menerima utusan Ja-wa-da atau Jawa Dwipa yang diperintah oleh Sri Pa-da-do-a-la-mo. Yang membawa sepucuk surat dan upeti. Negara asal dari utusan raja Jawa Kuno itu seringkali disebut sebagai Holotan yang diidentifikasikan oleh Prof. Slamet Muljana sebagai Areuteun kerajaan tertua di Jawa Barat sebelum masa Taruma. Bahkan kerajaan Holotan ini bisa dikatakan sebagai kerajaan tertua di Jawa, lebih tua dari “Ho-ling” atau Keling di lembah sungai Brantas Jawa Timur. Utusan kerajaan Tarumanegara atau menurut teks Cina To-Lo-Mo datang ke Cina pertama kali pada tahun 528 M, sekitar 100 tahun setelah utusan pertama kerajaan Holotan atau Areuteun tadi. Hubungan Cina dengan Tarumanegara terus berlanjut sampai Tarumanegara ditumbangkan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 686 M. Arus peradaban dan pelayaran pun bergeser ke Sriwijaya di Sumatra dan Holing atau Keling di Jawa Timur.

Jawa Barat merupakan pusat keramaian yang tertua yang tercatat oleh sejarah di Indonesia. Wilayah kerajaan tertua itu diidentifikasi oleh Profesor Slamet Mulyana sebagai Areuteun di muara sungai Ciliwung. Tidak banyak informasi yang tersedia mengenai kerajaan Areuteun yang muncul sekitar tahun 414 M di Jawa Barat sebelum kerajaan Galuh Pakuan pada tahun 686 M. Catatan tentang kerajaan ini diperoleh dari Fa-Hsien seorang Buddha yang terdampar di Jawa dan prasasti Ciareuteun. Namun, sedikitnya sejarawan Indonesia seperti Prof. Slamet Muljana pernah mengulas tentang kerajaan ini yang bukunya sampai hari ini belum saya temukan di toko buku. Jadi, memang sulit sekali seperti aja wajah kerajaan Areuteun ini yang muncul sekitar 272 tahun sebelum galuh Pakuan dengan nama rajanya yang disebut dalam catatan raja-raja Cina sebagai Holotan.

Di Internet topik “Areuteun” atau “Ciareuteun” ditemukan di suatu situs yang nyaris menjadi situs purba sesuai namanya karena nampaknya aktivitas anggotanya sangat rendah, situs itu adalah situs www.arkeologi.net yang rupanya dikelola oleh mahasiswa arkeologi UI. Diskusi tentang Ciareuteun ditemukan sebagai suatu topik yang cukup hangat dibawah sub-judul “Hindu-Budha Archeology” meskipun nampaknya diskusi itu tidak berlanjut. Kutipannya secara ringkas tentang Areuteun antara lain menjelaskan beberapa prasasti yang ditemukan di Kawasan Jabodetabek.

Dalam suatu topik posting yang dipicu oleh nickname “Manchu Pichu” disebutkan bahwa di daerah Ciampea ada beberapa prasasti. Lahan tempat prasasti-prasasti ini ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.

Transkrip diskusi yang dapat ditemui di situs http://www.arkeologi.net saya lampirkan (berhubung forum di situs tsb mendadak ditutup,jadi saya copy pastekan saja transripnya):

(posting manchu pichu, 9-5-2005)

mohon bantuan rekan2..

apakah ada yang tahu dimana letaknya prasasti jambu, yaitu prasasti tapak kaki purnawarman...bukan yg di ciaruten..katanya didaerah leuwiliang di bukit koleangkak. tapi orang di daerah leuwiliang tidak ada yg tahu. thx b4

(posting ivsamujev 12-5-2006)

Adapun Prasasti yang di temukan di Sungai Ciareuteun adalah TAPAK KAKI MANUSIA (PURNAWARMAN ) DENGAN DUA JENIS TULISAN, YAITU SANSEKERTA DAN 'IKAL' SERTA BEBERAPA GAMBAR SEPERTI LABA-LABA. Kedua prasasti ini letaknya tidak berjauhan dengan jarak lebih kurang 300 m (mohon dikoreksi). Jadi yang dimaksud prasasti Jambu adalah prasasti Tapak Kaki Gajah. Disebut Prasasti Jambu, karene letaknya yang berada di Desa Jambu.



Kemudian, di muara sungai (pertemuan dua sungai) Cianteun (mohon dikoreksi) juga ada Prasasti dengan HURUF IKAL. Letaknya masih berada di Sungai (sebagian batu tempat prasasti dipahatkan terendam air sungai), sedangkan prasasti Ciereuteun sudah dipindahkan lebih kurang 70 m ke dataran yang lebih tinggi (sekarang berada di dalam cungkup). Jarak kedua prasati ini lebih kurang 500 m (mohon dikoreksi).

Semoga ini bisa membantu (juga koreksi untuk posting ismanujev sebelumnya)

Didaerah Ciampea ada beberapa prasasti. Lahan tempat prasasti-prasasti ini ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.


Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.


Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke-16.



Prasasti-prasati itu antara lain:

Prasasti Pasir Muara

Prasasti ini ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :


ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda


Terjemahannya menurut Bosch:

Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.


Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi (catatan penulis: nabi Muhammad lahir tahun 571 M).


Prasasti Ciaruteun


Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Sungai Ciaruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Sungai Cisadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:

vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam



Terjemahannya menurut Vogel:

Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.


Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.

Prasasti Telapak Gajah

Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:

jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam


Terjemahannya:

Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.

Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguasa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah (an-Nahl).


Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan) *asy Syams-al-Qamar). Keterangan pustaka dari
Cirebon tentang bendera Tarumanagara dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.


Prasasti lain

Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:


shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.

Terjemahannya menurut Vogel:

Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.

Salah satu misteri yang belum diungkapkan dari temuan prasasti Ciareuteun di Jawa Barat yang menarik perhatian saya adalah tulisan atau simbol yang disebut huruf ikal. Saya kemudian melakukan posting yang berkaitan dengan tulisan Ikal dan prasasti Ciareuteun dari Jabar sehubungan dengan simbol-simbol Indra, Petir, Gajah, Teratai, Laba-laba dan Lebah yang tertera pada prasasti yg di temukan di Jabar.

(Posting atmoon 26-5-2006)

Saya secara teknis akademis bukan arkeolog , tetapi melihat topik diskusi yang berkaitan dengan Tulisan Ikal dan Prasasti Ciareuteun dari Jabar yang berlaitan dengan simbol-simbol Indra, Petir, Gajah, Teratai, Laba-laba dan Lebah yang tertera pada prasasti yg di temukan di Jawa Barat.

Sebenarnya saya mempunyai suatu spekulasi yang muncul dari kemungkinan historis adanya transmisi pengetahuan dari wilayah India, Jawa, ke Mediterania, dan akhirnya berujung kembali di wilayah asalnya yaitu Aleksandria tempat dimana Perpustakaan Terlengkap di Dunia pernah Berdiri dan 9 pemikir Agung menekuni sains. Khususnya berkaitan dengan simbol-simbol agama Siwa Budha dan Islam yaitu simbol Asy Syams (Matahari), Petir (Ar Rad), al-Qamar (Bulan), Lebah (an-Nahl), laba-laba dan Gajah sebagai tunggangan Dewa Indra (Raa, atau Matahari), Bunga Sidrath atau Lotus Tree dengan simbol-simbol dari Mesir.

(tambahan saya: Jadi, gajah tunggangan Dewa Indra sejatinya simbolisme Ganesha atau Gajah sebagai lambang ilmu pengetahuan dimana dua gading gajah menunjukkan makna ilmu pengetahuan bagai gading yang mudah retak dan siapapunyang tak mampu menjaganya akan dililit oleh belalai Si Gajah sebagai suatu ungkapan simbolik metaforik bahwa ilmu pengetahuan adalah netral, baik dan buruknya tergantung pada manusia yang mengimplementasikannya)

Transkrip tulisan ikal itu mungkin bukan tulisan tetapi simbologi Indra Maya sebagai realitas The matrix yang menjadi asal usul penulisan seluruh sistem huruf-huruf yang ada di dunia khususnya sistem dengan 5, 20 (jawa), 22 (Phoenicia), 26(Latin), dan 28 huruf (hiajiah) (saya tak tahu jumlah huruf Sansekerta). Jadi boleh jadi huruf palawa, sansekerta, jawa atau tulisan di Kawasan Asia juga sama asal usulnya dengan simbol dasar tulisan yang muncul di Mediterania khusunya Phoenicia, Aramaik, Yunani, Arab, Hebrew dan lain-lainnya.


Konsep dasar Indra Maya adalah teori Bilangan Euclids yaitu bilangan sempurna 6=1+2+3 dengan pemodelan 9696 :

· 9 adalah simbol realitas yang tercitra di akal pikiran,

· 6 adalah bayangan realitas di retina mata manusia,

· 9 adalah tampilan fenomena realitas benda-benda di bawah naungan sinar matahari,

· 6 adalah simbol kelahiran Sang Waktu alias Matahari itu Sendiri sebagai Indra.

Prasasti yang mencetak simbol tersebut menyembunyikan arti bahwa cikal bakal kerajaan Kuno di Tanah Sunda adalah seorang raja yang menguasai ilmu pengetahuan dengan transmisi yang berasal dari Yunani Kuno, Mesir, India dan Cina.


Sampai sejauh ini saya masih berspekulasi atas kemungkinan diatas karena kurangnya literatur yang kompeten atau tidak tahu sama sekali karena bidang saya bukan arkeologi. Untuk itu saya membuat tulisan yang lebih banyak saya warnai dengan gaya berkisah karena kurangnya dasar-dasar ilmiah yang dapat dipercaya kecuali penggunaan sejarah dan hubungannya dengan model fisika kuno yaitu Teori Bilangan Euclids untuk menjelaskan fenomena penampilan Kekuasaan Tuhan di muka Bumi yang sebenarnya ungkapan dan simbolnya ada di Al Qur'an dan mungkin kitab Siwa Buda (saya bukan beragama Budha tetapi Islam, jadi tidak tahu persis apa isi kitab penganut Siwa Budha).


Beberapa sejarah Kuno seperti di Cirebon menyebutkan bahwa raja pertama Tarumanegara adalah Adimulya, sebenarnya namanya adalah Adam Awlia sebagai simbolisme manusia yang menciptakan sistem huruf dan hitungan yang tidak lain adalah Nabi Adam a.s. Ajarannya muncul dari transmisi ajaran Ofirisme Phytagorean dimana yang menjadi landasan adalah hukum-hukum fisika yang berkaitan dengan pemantulan atau difraksi cahaya diatas cermin yang dikemudian hari digunakan sebagai model eksperimen Isaac Newton.


Bentuk huruf atau simbol Ikal, saat ini masih saya bayangkan berbentuk seperti tulisan 6 atau 9 yang saling bergulung atau 69 dengan lingkaran O yang makin membesar dari suatu titik pusat. Bentuknya memang akhirnya mirip OBAT NYAMUK yang kita kenal sekarang. Dan sejatinya memang yang kita sebut angka 6 atau 9 itu sejatinya bukan bilangan, namun simbolisme pertama kali ketika manusia Adam menyadari bentuk tampilnya Kekuasaan Tuhan yang tidak lain Simbol Siwa-Buda yaitu seperti bilangan 3. Dalam legenda
Cirebon di sebut Walang Sungsang. Simbol 3 kemudian dalam ajaran Islam dinyatakan sebagai simbolisme penampilan Allah, Ar-Rahmaan, Ar-rahiim sebagai 3 Ism Agung dengan simbol geometris bidang segi 3.


Lantas bilangan pun kemudian disesuaikan dengan citra penampilan dan perasaan yang muncul 1+2+3=6, 2+3+4=9, lahirlah sistem bilangan dengan rujukan akhir 1+2+3+4=10, 10 jari tangan kita. Bilangan 6 disebut bilangan sempurna, sedangkan bilangan 3 disebut bilangan yang menjadi Pembagi Agung alias 3 Ism Agung.


Bilangan-bilangan lainnya muncul dengan mengalikan secara berturutan sebanyak 3 kali, 2x2x2=8, 3x3x3=27, 4x4x4=64=8x8 yang ternyata menthok ketika disandingkan dengan geometri dan disebut anomali runtuhnya papan catur Brahmana India. Bilangan kita ternyata hanya akurat sampai hitungan ke 7 kuadrat yaitu 7x7=49 alias Muthaa alias 7 langit bumi. Yang meruntuhkan adalah Si Bintang penembus yang disebut Ahmad nama kecil Nabi Muhammad SAW yang tidak lain adalah ADHI BUDHA atau Budha Yatim Piatu dengan cara memotong papan catur menjadi 4 bagian sehingga didapati bahwa 8x8=64 ternyata bisa menjadi 13x5=65, darimana angka 1 ini muncul? (silahkan cari jawabannya, hint nya buatlah kotak 8x8=64 yaitu kotak papan catur. Buat 3 garis dengan koordinat 0,5 dan 5,3 ; 5,8 dan 5,0 ; lalu garis ketiga 3,0 dan 8,8 dengan catatan sumbu matrisk 8x8 nya dimulai dengan angka 0; kemudian potonglah dengan mengikuti garis tersebut dan susun ulang dengan posisi membuat segi empat 13x5=65 kotak, jadi begitulah kenapa memori komputer hanya berupa kelipatan 64).


Mudah-mudahan postingan saya ini tidak membuat para ahli arkeologi puyeng karena secara tidak langsung saya mengaitkan temuan budaya dengan agama yang ada di
Indonesia sejak dulu sampai hari ini yaitu Hindu, Budha, dan Islam dan mungkin juga Yuddeo Kristen yang sudah campur sari.

Sampai hari ini, posting saya tersebut belum ada yang menjawab. Mungkin pada bingung atau memang anggota forum diskusi situs www.arkeologi.net sudah pada males melakukan posting-posting baru yang lebih menggigit. Beberapa posting lainnya saya tambahkan di beberapa topik terutama informasi tentang sesar vulkanik purba di Indonesia yaitu letusan Gunung Toba yang skarang menjadi Danau Toba (lihat juga di Wikipedia dan disini) yang membawa Planet Bumi ke zaman Es 75 ribu tahun yang lalu, tepat semalam sebelum pagi harinya saya mendengar kabar gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya yang menelan korban 6000 lebih orang (27-5-2006).

Membayangkan Soekarno memang seperti membayangkan wajah Indonesia yang telah lama terbelenggu dalam tipu daya, amarah dan kebodohan yang ingin dibebaskannya dan ingin diriasnya supaya kelihatan menjadi seksi, charming dan menarik. Namun, apa daya, perkiraan Soekarno yang faham karakter ketamakan manusia nampaknya memang muncul menjadi suatu kenyataan pahit. Ungkapan terselubungnya, meskipun saya mengasumsikannya sebagai Oengkapan Soekarno yang poeitik, nampaknya menunjukkan kenyataan ketika sejarah Bangsa Indonesia mulai dilupakan. Ketamakan, kebodohan dan kejahilan muncul dengan berbagai bentuk. Salah satunya penafsiran Harta Pusaka Soekarno sebagai harta berupa emas, perak, intan dan permata. Banyak orang yang tamak dan serakah pun terkecoh karena tipu daya penafsir yang bodoh dan dungu, karena sejatinya Harta Pusaka Soekarno adalah PRASASTI KESEJARAHAN MANUSIA INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN TUHAN YANG MAHA ESA yang menjadi butir pertama Pancasila yang telah disia-siakan oleh masyarakatnya yang saat ini megap-mgap dihantam gelombang liar hawa nafsunya karena kelalaiannya sendiri mengabaikan asal usul dirinya dan Tuhannya Yang Maha Esa. Saya pun teringat pepatah lama, “Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yang Mengenal Sejarahnya”. Lantas, sayapun teringat salah satu ayat al-Qur’an yang tercantum dalam surat al-Kahfi yang mengecam Iblis sebagai makhluk yang tidak tahu bagaimana langit dan bumi dan dirinya diciptakan Tuhannya. Al Kahfi adalah surat yang menjadi titik tolak penyingkapan tabir jiwa-jiwa manusia dari ketercelaan akhlaknya. Difirmankan-Nya dalam Qs 18:51 “Aku tidak menjadikan mereka saksi atas penciptaan langit dan bumi dan tidak pula penciptaan diri mereka sendiri, dan Aku tidak mengangkat penyesat-penyesat itu sebagai penolong”. Sebuah peringatan Tuhan yang jelas berhubungan dengan arti sebuah sejarah manusia sebagai perjalanan spiritualnya ketika menyingkapkan hubunganya dengan Tuhan Sang Pecipta, Pemelihara dan Pendidik baik manusia spiritual sebagai indvidu maupun manusia sebagai suatu kaum atau suatu bangsa seperti Bangsa Indonesia yang dinaungi Garuda dengan kibaran Sang Saka Merah Putih. Sambil nonton berita TV yang menampilkan kesedihan anak-anak SMU yang kecewa dan malu karena gagal ujian nasional tapi lulus sebagai calon mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri karena nilai matematikanya ambur adul, saya kemudian berkata dalam hati “Sadarkah kita semua sebagai Bangsa Indonesia hari ini?

Wikipedia

Search results

AddThis

Bookmark and Share

Facebook Comment

Info Archive

Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Arief Natadiningrat :

"Kami berharap, negara ini tidak melupakan sejarah. Dulu sebelum kemerdekaan Bung Karno meminta dukungan keraton untuk bisa membuat NKRI terwujud, karena saat itu tak ada dana untuk mendirikan negara. Saat itu keraton-keraton menyerahkan harta yang mereka punya untuk kemerdekaan negara ini,"

http://nasional.kompas.com/read/2010/12/05/1725383/Para.Sultan.Dukung.Keistimewaan.Yogya

THE FSKN STATMENT IN SULTANATE OF BANJAR : SESUNGGUHNYA KETIKA RAJA - RAJA MEMBUAT KOMITMENT DGN BUNG KARNO DALAM MENDIRIKAN REPUBLIK INI , SEMUA KERAJAAN YG MENYERAHKAN KEDAULATAN DAN KEKAYAAN HARTA TANAHNYA , DIJANJIKAN MENJADI DAERAH ISTIMEWA. NAMUN PADA KENYATAANNYA ...HANYA
YOGYAKARTA YG DI PROSES SEBAGAI DAERAH ISTIMEWA ... AKANKAH AKAN MELEBAR SEPERTI KETIKA DI JANJIKAN ... HANYA TUHAN YG MAHA TAU. ( Sekjen - FSKN ) By: Kanjeng Pangeran Haryo Kusumodiningrat

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=177026175660364&set=a.105902269439422.11074.100000589496907