Tuesday, 29 June 2010

SBY Nilai Kerja Sama dengan Turki Sangat Penting

http://www.detiknews.com/read/2010/06/29/052821/1388891/10/sby-nilai-kerja-sama-dengan-turki-sangat-penting?n991102605


Arifin Asydhad
- detikNews

Ankara - Presiden SBY melakukan kunjungan kenegaraan ke Turki selama tiga hari. Presiden ingin meningkatkan hubungan bilateral dengan Turki. Presiden menekankan sangat penting untuk melakukan kerja sama dengan Turki.

"Turki adalah sahabat dan partner penting. Turki negara besar, terus berkembang, memiliki peran besar dan kejayaan masa lalu. Turki merupakan negara besar," kata SBY saat memberikan briefing mengenai 'Hasil KTT G20 dan Kunjungan Kenegaraan ke Turki' di ballroom Hotel Sheraton, Ankara, Turki, pada pukul 21.30 waktu Ankara, Senin (27/6/2010) atau pukul 01.30 WIB, Selasa (29/6/2010).

Kunjungan kenegaraan terakhir dilakukan Presiden Soeharto 25 tahun lalu. Presiden Gus Dur pernah ke Turki dalam kunjungan kerja. "Jadi, saya melakukan kunjungan ini setelah 25 tahun," kata SBY.

Dengan kunjungan kenegaraan ini, SBY berharap bisa meningkatkan kerja sama global dan bilateral, seperti dalam bidang perdagangan, investasi, dan pariwisata. Menurut SBY, data ekspor RI ke Turki pada tahun 2008 sekitar 2,1 miliar. Sedangkan impor Indonesia dari Turki hanya senilai R1,6 mliar.

"Jadi kerja sama perdagangan dengan Turki, Indonesia surplus," tegas SBY. Kini, target pertumbuhan Turki sebanyak 6%, sama dengan Indonesia.

Menurut SBY, masih banyak bidang yang perlu dikerjasamakan dengan banyak pihak. "Dengan Turki kita juga ingin sama-sama berperan dalam isu global tertentu. Misalnya Palestina dan peace process middle east. Mendukung Irak dan Afghanistan bisa membangun diri lagi pasca perang. Juga membangun pemahaman hubungan Barat-Islam. Dalam semua hal ini posisi kita sama dengan Turki," kata SBY.

"Soal Climate Change juga sama. Indonesia dan Turki juga sama-sama anggota OKI dan Forum G20," tambah SBY.

8 MoU dan Agreement


SBY juga menyampaikan bahwa pada Selasa (30/6/2010), dirinya akan menyaksikan penandatangan 8 MoU dan agreement dengan Turki. "Besok akan ada penandatanganan 8 MoU. Lalu ada pertemuan bisnis di Istambul lusa," jelas SBY.

Dari 8 MoU dan agreement itu, terdapat antara lain MoU atau agreement mengenai bidang pertahanan, bidang pariwisata, bidang sumber daya manusia, perdagangan, teknik, dan UMKM.

"Besok saya juga dijadwalkan bicara di parlemen. Tidak semua kepala negara dapat kesempatan bicara di parlemen," ujar SBY.

Pertahanan Turki Sangat Kuat


Sementara itu, di tempat yang sama, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menjelaskan bahwa Turki merupakan negara terkuat kedua di dunia setelah AS dalam hal pertahanan. "Punya 700.000 personel. Punya 230 F16, bahkan seri terbaru F16 seri 53 (Indonesia punya 10 seri 2). Turki juga sudah punya lisensi memproduksi F16," kata Purnomo.

Saat ini, lanjut Purnomo, sudah ada 100 teknisi Indonesia sedang berada di Turki bekerjasama dengan Turki untuk mengubah CN235 jadi pesawat patroli pantai. "Malaysia sudah membeli 200 panser Turki. Turki juga sedang mulai membangun kapal selam," jelas dia.

(asy/asy)

Inggris, Kanada Tak Sependapat Tentang Retribusi Bank

http://www.antaranews.com/berita/1275605774/inggris-kanada-tak-sependapat-tentang-retribusi-bank

London (ANTARA News/AFP) - Perdana Menteri Inggris David Cameron, Kamis mengatakan, bahwa Inggris dan tuan rumah KTT G20 Kanada berbeda dalam pendekatan mereka terhadap retribusi perbankan global.

Berbicara setelah pembicaraan dengan Perdana Menteri Kanada Stephen Harper yang mengunjunginya, Cameron berkata: "Ada perbedaan pada masalah ini, tetapi Kanada dan Inggris memiliki pengalaman yang berbeda tentang masalah ini, kami memiliki bailout (dana talangan) sangat besar oleh pembayar pajak dari bank-bank.

"Saya pikir itu cukup sah untuk orang-orang mengatakan dalam waktu mendatang apa yang kita butuhkan adalah retribusi bank untuk memastikan bahwa bank-bank membayar tagihan, khususnya untuk pinjaman tanpa jaminan."

Cameron mengatakan Inggris akan berdebat untuk pendekatan itu pada KTT Kelompok 20 negara-negara maju dan berkembang terkemuka di Toronto bulan ini dan berharap orang lain akan mengikutinya.

Pemerintahan Harper bersikeras menentang proposal untuk pajak (retribusi) bank global, mengatakan bahwa pungutan tersebut pada akhirnya akan disampaikan kepada nasabah melalui biaya tinggi perbankan.

"Apa yang paling penting adalah bahwa G20 terus bekerja pada pelaksanaan reformasi ini," katanya.

"Sangat penting bagi kita untuk pertama melakukan hal-hal yang kita sudah setujui."

Awal bulan ini, Harper menulis kepada para pemimpin G20 menyuarakan penentangan terhadap pajak bank -- pendapat para pejabat itu mengatakan "sangat diterima dengan baik."

Upaya untuk mencapai kesepakatan internasional tentang pajak bank terkoordinasi di pertemuan G20 dan IMF pada April terdampar.

Negara-negara termasuk Kanada dan Brasil, yang sektor perbankannya sebagian besar bangkit selamat dari krisis keuangan global, keberatan dengan rencana tersebut, mendukung kebutuhan cadangan modal yang lebih tinggi daripada hal itu.

Tapi Uni Eropa telah mendesak maju pada masalah ini, meluncurkan sebuah proposalnya untuk retribusi pada bank-bank, dengan hasilnya akan digunakan untuk menyelamatkan bank-bank dalam kesulitan.

Amerika Serikat juga mendukung pajak bank. (A026/K004)

COPYRIGHT © 2010

Tuesday, 15 June 2010

Upacara ini adalah sebuah gelar seni sakral "Sunda-Nusantara-Buana"

Sampurasun

Asalamualaikum
om suastiastu
salam sejahtera
serta seluruh salam kedamaian dan kesucian bagi semua persaudaraan dan kemanusiaan

Upacara ini adalah sebuah gelar seni sakral "Sunda-Nusantara-Buana". Dimana diundang dan hadir saudara2 pemangku adat dan spiritualis dari daerah warga adat sunda dan berbagai tempat, khususnya dari Nusantara, atau bahkan saudara2 lain dari seluruh dunia.

Kita akan lakukan sebuah persembahan cinta kasih, untuk berterimakasih dan mendoakan seluruh isi dunia dengan ritual yang prinsipnya adalah membagi keindahan rasa yang dimulai dari ketulusan hati dan rasa kebersamaan.

menyusun persembahan berupa sesajen, pembacaan mantera, nyanyian suci, musik tradisional, tarian jiwa, meditasi, dengan tatacara masing-masing dan menggelarnya secara harmonis bersama-sama.

pada tanggal 25 jully 2010, kita akan bersama menikmati malam terang bulan purnama (tempat tergantung situasi, di Kota Bandung atau langsung di Gunung Tangkuban Parahu).

Kemudian tanggal 26 jully 2010, mulai dari ketika matahari terbit dan terang di awal pagi, kita bersama-sama melakukan ritual di Puncak Gunung Tangkuban perahu di sisi Kawah Putri.

Pengundang hanya mengajak para undangan bersama-sama melakukan ritual ini, tidak memfasilitasi secara khusus terutama untuk tiket masuk ke area Gunung Tangkuban Parahu (Daerah Wisata), Ransum atau makanan atau konsumsi, Tempat tinggal atau akomodasi. Pengundang hanya menyiapkan titik pertemuan sebagai tempat berkumpul dan mengumpulkan sesajen. (Yaitu di tempat dimana upacara yang ditujukan untuk tujuan yang sama pernah dilakukan tahun kemarin). Jadi para undangan bisa menyiapkan diri secara mandiri untuk memudahkan, akan lebih baik bila terketuk hati untuk membantu saudara yang lain yang perlu hadir.

Para undangan diharapkan benar mengenakan pakaian adatnya masing2, atau pakaian yang berhubungan dengan kebiasaan melakukan ritual suci. Juga diharapkan membawa sesajen berupa sesajen kebiasaan komunitas adatnya, atau buah2an, sayuran, benda pusaka, atau peralatan upacara masing-masing sesuai kebutuhan dari kebiasaan masing-masing.

Semoga kita mampu menghadirkan rasa terbaik, tulus dan kasih sayang yang paling mulia di dalam hati kita masing-masing

Semoga kebersamaan kita akan memberi kehidupan yang penuh damai dan cinta kasih bagi seisi dunia.

Saya berharap segala bantuan (pendanaan, ijin dan fasilitas di tempat, kendaraan, akomodasi, konsumsi, tenaga, pikiran dan lain-lain) bisa diberikan oleh para undangan agar semua yang perlu dilakukan menjadi lebih muda dan lancar

Rahayu, rahayu, rahayu

Monday, 14 June 2010

Sumber Legitimasi Kerajaan-kerajaan di Kepulauan Nusantara

http://www.facebook.com/notes/ivan-taniputera/sumber-legitimasi-kerajaan-kerajaan-di-kepulauan-nusantara/432950516941#!/note.php?note_id=432950516941&comments
oleh : Ivan Taniputera

Legitimasi kekuasaan di kepulauan Nusantara dapat dikategorikan menjadi 2, yakni tradisional dan yang berasal dari pemerintah kolonial. Legitimasi tradisional dikenal sebelum masuknya pengaruh pemerintah kolonial ke Kepulauan Nusantara.

Legitimasi tradisional

Berbagai kerajaan di Kepulauan Nusantara berawal dari persekutuan adat, sebagai contoh adalah Kerajaan Gowa yang berasal dari persekutuan 9 gallarang. Semakin kompleksnya berbagai permasalahan yang dihadapi mendorong mereka membentuk kerajaan dan mengangkat satu orang sebagai raja mereka.... See More
Oleh karena itu, diperlukanlah legitimasi. Menurut penelitian saya, legitimasi tradisional di Kepulauan Nusantara dapat dibedakan menjadi 5:

1.Merunut leluhurnya dari kerajaan tua yang lebih besar, contohnya Majapahit. Yang tergolong dalam kategori ini adalah Demak. Raden Patah dianggap sebagai keturunan Prabu Brawijaya. Lalu kerajaan2 di Bali, seperti Klungkung, Mengwi, dll. Mereka merunut leluhurnya dari Majapahit.

2.Dari makhluk2 yang turun dari langit atau makhluk gaib. Karena memiliki sifat kedewaan, maka mereka merasa berhak memerintah manusia. Sebagai contoh adalah Gowa yang merunut leluhur raja-rajanya dari seorang Tomanurung (orang yang turun dari langit). Kerajaan Tawaili dari puteri yang keluar dari sebatang bambu. Kerajaan Kutai Kertanegara dari Putri Junjung Buih dan Raja Aji Agung Batara Sakti.

3.Dari pendatang asal luar daerah itu. Contohnya beberapa raja di kerajaan Timur merunut bahwa leluhurnya berasal dari Sina Mutin Malaka.

4.Memperoleh hak dari kerajaan lain yang dianggap lebih tinggi kedudukannya. Contohnya leluhur kerajaan2 di pesisir timur Sumatera yang memperoleh mandatnya dari sultan Aceh. Sebagai contoh adalah kisah Gocah Pahlawan.

5.Adanya perjanjian dengan rakyat. Ini merupakan kasus yang langka dan unik. Sebagai contoh adalah arung matoa Wajo.

Legitimasi setelah masa kolonial

Setelah kedatangan Belanda dan para raja mengadakan kontrak (korte dan lange verklaring), pemerintah kolonial perlu melakukan penataan dalam administrasi pemerintahan. Itulah sebabnya berbagai kerajaan yang telah menyatakan "takluk" dijelmakan menjadi zelfbestuur landschap atau daerah swapraja (yakni daerah otonomi yang bersifat kerajaan) dan diatur dengan undang-undang. Pemerintah kolonial memberikan surat pengangkatan terhadap masing-masing raja (baca: kepala swapraja atau zelfbestuurder) dan mereka berjanji menjalankan pemerintahannya berdasarkan kehendak kolonial. Jadi kini legitimasi berasal dari pemerintah kolonial dan diperkuat dengan sepucuk surat
Seorang kepala swapraja (zelfbestuurder) dapat diberhentikan dan diasingkan oleh Belanda apabila dipandang menyimpang; sebagai contoh adalah sultan Dompu yang diasingkan Belanda ke Kupang, sehingga kerajaan Dompu mengalami kevakuman kekuasaan.

Semoga penjelasan ini dapat membawa manfaat.

Tuesday, 8 June 2010

Perkembangan Alat Tukar dan Pembayaran Kuno di Nusantara

http://www.wacananusantara.org/3/672/perkembangan-alat-tukar-dan-pembayaran-kuno-di-nusantara?mycustomsessionname=bd15b75f62aaff4bdfd66fcbae4f52ff


Sebelum muncul teknologi penempaan logam, manusia melakukan transaksi ekonomi melalui benda-benda alami. Barter antarbarang adalah langkah paling awal yang dilakukan manusia untuk memperoleh kebutuhan hidupnya. Di Tana Toraja kini masih terdapat sistem barter saat diadakan upacara kematian.
Begitu kebutuhan hidup makin kompleks dan jumlah manusia makin bertambah, manusia mulai memikirkan cara yang lebih efesien. Penemuan akan logam mulia, emas, mendorong tumbuhnya transaksi yang lebih elegan dan mudah. Nilai barang dipertukarkan dengan nilai emas. Namun, perputaran emas sebagai alat tukar tak serentak terjadi di semua belahan dunia. Di bagian bumi di mana emas jarang ditemukan, otomatis alat tukar pun masih berupa benda alam, seperti kerang kauri; atau benda olahan manusia yang nilainya lebih rendah dari emas, seperti keramik atau perunggu.
Dari semua jenis alat tukar, ada yang menentukan kegunaan mereka sebagai alat pembayaran: mahal. Mahal di sini bisa mengacu pula pada keindahan estetika seperti yang terdapat pada benda perunggu, motif keramik, atau keunikan pada kerang kauri.
Kerang, Perunggu, dan Keramik Cina
Asia Tenggara—yang sejak abad belasan menjadi lintasan kapal-kapal dagang—merupakan jalur persimpangan alat tukar dari berbagai jenis. Lombard mencatat (2008: 158), kerang kauri, yang kebanyakan berasal dari Maladewa dan dari Borneo, terutama diedarkan oleh pelabuhan-pelabuhan Bengali (India) yang meneruskannya ke wilayah Arakan, Pegu, hingga Yunnan, yang diteruskan ke Siam. Marcopolo pada abad ke-13 mencatat adanya kerang sebagai alat pembayaran di Yunnan. Di timur Asia Tenggara, persebaran benda keramik asal Cina telah menggeser pemakaian benda dari perunggu.
Mengenai pemakaian benda perunggu sebagai alat tukar, di Pulau Alor masih terdapat transaksi yang menggunakan genderang perunggu (sejenis moko). Ini mengingatkan kita pada jenis budaya Dongsong, yang merupakan jejaring sosial-budaya yang sangat kuno.
Namun, lambat-laun pemakaian benda perunggu dilibas oleh kehadiran keramik. Keramik tersebut tentu bernilai tinggi, seperti tenpayan, pinggan seladon, dan mangkuk biru putih, baik yang tersebar di Filipina, Kalimantan, Sulawesi, maupun timur Indonesia. Di titik-titik tertentu di Kalimantan, kerimik Cina masih dipergunakan sebagai “mata uang”, sementara di wilayah pantainya, terutama di Kuching dan Pontianak, orang-orangnya masih membuat guci yang lalu dikumpulkan oleh orang Dayak pedalaman. Di “Pulau Dewata” Bali, pada awal abad ke-20 kepeng Cina masih dipakai sebagai mata uang dan selalu ditawarkan kepada para wisatawan untuk ditukarkan dengan uang rupiah.
Hingga kini, para kolektor benda seni, terutama dari Barat dan Jepang, begitu semangat berburu koleksi keramik dengan harga yang begitu tinggi; dan ini membuktikan bahwa nilai keramik tetap tak bergeser meski fungsinya bukan tidak lagi sebagai alat pembayaran nominal.
Kepeng Cina “Caixa” dan “Uang Perak”
Setelah “periode” benda perunggu dan keramik, selanjutnya giliran kepeng Cina mendominasi persebaran alat pembayaran. Kepeng Cina merupakan uang dari tembaga yang ditempa agar diperoleh bentuk khusus dengan lubang kecil di tengah-tengah diameternya. Lubang tersebut berfungsi untuk mengikat rangkaian kepeng. Idiom “setali tiga uang” memperlihatkan pada kita tentang fungsi lubang pada uang itu.
Kepeng logam Cina mulai menyebar ke Asia Tenggara bersamaan dengan majunya perniagaan Dinasti Sung (960-1279). Salah satu tempat yang banyak dibanjiri kepeng jenis ini adalah Jawa, di mana para pedagangnya berperan besar dalam jaringan perniagaan regional. Mata uang Cina ini beredar terutama di pesisir Jawa. Kendati begitu, kehadiran kepeng Cina ini tak serta merta merata dan langsung tersebar. Orang ketika itu melihatnya sebagai suatu cara untuk memperoleh komoditas yang sangat digemari, yakni tembaga (Lombard, 2008: 159).
Persebaran kepeng Cina di Nusantara berlaku terutama di daerah pesisir sebagai gerbang perniagaan. Para penjelajah Eropa dan teks Cina banyak mencatat keberadaan kepeng Cina sebagai alat pembayaran, terutama di Jawa. Kepeng Cina rupanya telah berlaku di Jawa pada abad ke-12 dan ke-13. Dari sinilah kemungkinan besar dibuatnya mata uang pertama hasil “cetakan” orang Jawa, yang mengambil model dari kepeng Cina. Teks-teks dari Cina berulang kali menyebutkan adanya mata uang dari logam campuran yang dibuat di Jawa. Kronik Cina pertama yang menyebutkan hal itu adalah Lingwai Daida pada abad ke-12, dan Zhufan Zhi karya Zhao Rugua berkali-kali mengutip kalimat-kalimant dalam Lingwai Daida. Pada tahun 1349 kronik Cina lain yang berjudul Daoyi Zhileu memberitakan: “Kebiasaan orang negeri itu (Jawa) adalah membuat uang logam dengan campuran perak, timah, timbel, dan tembaga yang dilebur menjadi satu …. Uang itu dinamakan ‘uang perak’.”
Pada abad ke-13, Zhao Rugua dalam karyanya, Zhufan Zhi, memberitakan bahwa para penyelundup mengekspor kepeng dari Cina secara rahasia, karena besarnya permintaan mata uang tersebut di Jawa. Pada 1433, Ma Huan, sekretaris Zheng He, menulis bahwa “mata uang tembaga Cina dengan cap dari pelbagai wangsa lazim dipakai di sana”. Tome Pires pada awal abad ke-16 memberitakan bahwa caixa Cina adalah mata uang yang lazim berlaku baik di Pasundan maupun di Jawa. Penulis Portugis itu menambahkan bahwa “di Jawa tak ada uang emas dan perak”. Antonio Nunez (1544) menulis bahwa di Sunda 120 caixa “sama dengan satu tanga perak; caixa adalah mata uang dari tembaga yang berlobang di tengah-tengah, yang dikatakan sudah bertahun-tahun lamanya diimpor dari Cina: di negeri itu (Sunda) caixa berlimpah-limpah.” Uang kepeng atau “caixa” mungkin dipergunakan sebagai alat pembayaran dalam lalu lintas perniagaan internasional dan perpajakan pada abad ke-14 di sekitar Jawa.
Mata uang kepeng Cina
Mengenai “uang perak” dalam kronik Daoyi Zhileu, Indonesian Heritage menyebutkan bahwa pada masa Majapahit terdapat mata uang yang disebut gobog. Inilah yang oleh Lombard (2008: 160) disebut “mata uang takhayul”. Mata uang ini merupakan tiruan kasar dari kepeng Cina, dibuat dari campuran tembaga dengan lubang persegi di tengah-tengah tetapi dengan garis tengah yang lebih besar (kira-kira 4 cm) dari kepeng Cina. Bentuk lubangnya pun bervariasi: bulat, segi empat, dan segi enam. Pada sisi depan dan belakang, terdapat pelbagai motif—menggantikan aksara Cina—paling sering karakter wayang, dan tak pernah ada cetakan angka nilainya. Tak ada kepastian yang bisa menyatakan di mana uang-uang Jawa itu dicetak. Juga tak ada bukti atas kekuasaan pemerintah siapa dan kapan uang tersebut dibuat. Mata uang ini sudah berhenti dicetak sebelum awal abad ke-16, dan kini digunakan sebagai zimat oleh orang Jawa karena dianggap pembawa rezeki.
Raffles memerikan dalam bukunya yang mahatebal The History of Java sejumlah gambar mata uang yang ditemukan di sekitar candi-candi yang rapuh, terbuat dari kuningan dan tembaga. Raffles menyertakan gambar-gambar mata uang kuno tersebut dari berbagai zaman, yang diduga berasal dari tahun 852 (tertua) hingga tahun 1568 (termuda). Berdasarkan keterangan dari Kiai Adipati Demak, Raffles menyebutkan adanya penanggalan dengan sistem candrasengkala pada sisi uang-uang logam itu, seperti yang berangka candrasengkala 8651. Ada pula yang bertarikh 1489 dengan tulisan aksara Jawa “Pangeran Ratu”, gelar bagi seorang pangeran Bantam (Banten) yang berkuasa saat itu dan dikenal oleh orang-orang Jawa. Namun Raffles meragukan keakuratan penanggalan tersebut. Mata uang ini, begitu pendapat Raffles (2008: 425), kelihatannya merupakan buatan rumah tangga—jadi bukan atas perintah kekuasaan politik tertentu—karena pengerjaannya kasar. Karena itulah Lombard berani menamai “mata uang takhayul”. Meski demikian, figur-figur yang tergambar di dalamnya secara umum terlihat jelas dan dapat dibedakan satu dengan yang lainnya, ekspresinya pun cukup jelas. Raffles pun melihat sebuah mata uang perak kecil, menggambarkan pagoda Madras, dengan tanda salib kecil, dan karakternya digambarkan kasar dan sulit dipahami.
“Uang perak” abad ke-14 zaman Majapahit,
Yang sebentulnya terbuat dari campuran perak, timah, timbel, dan tembaga

Masa Uang Emas dan Perak
Penempaan logam putih, menurut Lombard, dimulai pertama kali di Bengali pada abad ke13. Pada periode yang kurang lebih sama, di Sumatra Utara dimulai penempaan uang emas—yang bertahan hingga abad ke-18. Ini terlihat dari bukti adanya mata uang mas bermotif Sultan Muhammad Malik al-Zahir dari Samudra Pasai (1297-1326). Mata uang tersebut kecil saja dengan garis tengah 10 mm dan berat 0,58 gram. Di Pasai itu telah ditempa mata uang dari timah, yang kemudian ditiru di Malaka pada pertengahan abad ke-15. Setelah Sultan Mughayat Syah (meninggal pada 1530) memaksa orang menerima dominasi Aceh Darussalam, maka berlangsunglah penempaan emas (bukan lagi timah) di Kota Aceh.
Tak diragukan lagi bahwa Pulau Sumatradisebut dengan nama yang indah dan menggiurkan: Swarnadwipa, “Negeri Emas”. Pada masa kejayaan Kesultanan Aceh, daerah Minangkabau merupakan sumber-sumber emas yang merangsang perekonomian Aceh, namun kemudian habis pada akhir abad ke-17, yang mana membuat Belanda yang sebelumnya menaruh harapan besar, kecewa. Sekarang yang tersisa adalah tambang emas di Simau, dekat Bengkulu). Sementara sumber-sumber emas di Jawa—tempat lahir cincin-cincin emas yang indah pada abad ke-9 dan ke-10 dan tempat asal pertukangan emas masa selanjutnya (Majapahit)— pada abad ke-15 sudah tak ada lagi. Emas tersebut yang berbentuk bubuk atau batangan tak pernah dicetak menjadi uang di Jawa. Di saat makin menjarangnya emas, berkembanglah uang kepeng Cina dalam jumlah besar serta munculnya bengkel penempaan uang di berbagai wilayah Nusantara.
Selain emas, logam lain yang digunakan sebagai bahan mata uang adalah timah. Barang bukti bahwa di Malaka pernah ada penempaan uang timah adalah penemuan uang timah dari masa Sultan Muzaffar Syah (1445-1459). Pada abad ke-15 pula Siam mulai membuat tikal perak berupa bola-bola kecil yang mempunyai berat tetap dan bercap. Pada awal abad ke-16, Tome Pires memberitakan adanya “tikal” di Ayutya dan Pegu. Di Kamboja, Raja Khan (1498-1505) telah memerintahkan penempaan mata uang pertama dari perak. Pada abad selanjutnya, abad ke-16 dan ke-17 di Kamboja ditempat pula mata uang (di Patani dan di Kelantan) dari emas bergambar kijang, mata uang dari timah dan perak (di Kedah dan Perak). Ada pula logam campuran Banten dan emas dari Makassar yang ditempat menjadi mata uang di daratan Kamboja.
Gambar mata uang emas dari Samudra Pasai

Mata uang dirham dari emas yang ditemukan di Samudra Pasai tentu dikeluarkan oleh pemerintahan Sultan Pasai. Ini berhubungan erat dengan perkembangan perniagaan di Sumatra dan kemudian Malaka (Raja Malaka, Parameswara menikah dengan putrid Sultan Pasai, lalu masuk Islam). Uang emas pertama dicetak atas perintah Sultan Muhammad (1297-1326). Berat untuk setiak kepingnya adalah 0.60 gram, mutu 19-20 karat, garus tengah 10 mm. Semua raja Pasai memerlukan untu menuliskan frasa al-sultan al-‘adil pada dirham mereka, yang diambil dari teks Al Quran: Allah menitahkan keadilan, membuat kebajikan, kebebasan seluruh umat manusiaserta keturunannya, serta Allah melarang segala perbuatan memalukan dan ketidakadilan ….”
Ada pun jenis mata uang lain, yaitu mata uang buatan Eropa, kebanyakan dari perak. Terhadap mata uang Eropa ini, begitu Tome Pires bersaksi, penduduk Nusantara begitu menghargainya. Dan begitu melihat mata uang Portugis, orang Jawa berkata bahwa “negeri yang menempa mata uang semacam itu mestinya seperti Jawa.” Satu setengah abad kemudian, pendapat Pires dibenarkan oleh Tavernier: “Ada pun mata uang dari perak … para raja membiarkannya berlaku sebagaimana datangnya dari negeri-negeri asing, dan tidak meleburnya. Di Bantam, di seluruh Jawa, di Batavia, dan di beberapa tempat di Maluku, yang kelihatan hanya real-real Spanyol, riksdalder dari Jerman, dan ecu dari Prancis, sebagian besar setengah-realan, perempat-realan, dan perdelapan-realan” (Lombard, 2008: 162).
Kepustakaan
Lombard, Denys. 2008. Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian II, Jaringan Asia. Terjemahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Forum Jakarta-Paris, Ecole francaise d’Extreme-Orient.
McGlynn, John H. dkk. 2002. Indonesian Heritage 3, Sejarah Modern Awal. Jakarta: Buku Antar Bangsa.
Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History of Java. Terjemahan. Yogyakarta: Narasi.

Wikipedia

Search results

AddThis

Bookmark and Share

Facebook Comment

Info Archive

Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Arief Natadiningrat :

"Kami berharap, negara ini tidak melupakan sejarah. Dulu sebelum kemerdekaan Bung Karno meminta dukungan keraton untuk bisa membuat NKRI terwujud, karena saat itu tak ada dana untuk mendirikan negara. Saat itu keraton-keraton menyerahkan harta yang mereka punya untuk kemerdekaan negara ini,"

http://nasional.kompas.com/read/2010/12/05/1725383/Para.Sultan.Dukung.Keistimewaan.Yogya

THE FSKN STATMENT IN SULTANATE OF BANJAR : SESUNGGUHNYA KETIKA RAJA - RAJA MEMBUAT KOMITMENT DGN BUNG KARNO DALAM MENDIRIKAN REPUBLIK INI , SEMUA KERAJAAN YG MENYERAHKAN KEDAULATAN DAN KEKAYAAN HARTA TANAHNYA , DIJANJIKAN MENJADI DAERAH ISTIMEWA. NAMUN PADA KENYATAANNYA ...HANYA
YOGYAKARTA YG DI PROSES SEBAGAI DAERAH ISTIMEWA ... AKANKAH AKAN MELEBAR SEPERTI KETIKA DI JANJIKAN ... HANYA TUHAN YG MAHA TAU. ( Sekjen - FSKN ) By: Kanjeng Pangeran Haryo Kusumodiningrat

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=177026175660364&set=a.105902269439422.11074.100000589496907